Marwan bin al-Hakam: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 58:
=== Menjadi khalifah ===
[[Berkas:Flickr - …trialsanderrors - Minaret of the Bride, Damascus, Holy Land, ca. 1895.jpg|thumb|upright=1.2|alt=|Marwan diangkat sebagai khalifah di negeri Syam, dengan ibu kota [[Damaskus]] (''gambar tahun 1895'')]]
Putra Yazid yang masih muda, [[Muawiyah bin Yazid|Mu'awiyah bin Yazid]] (disebut juga Muawiyah II), diangkat sebagai khalifah yang baru. Pada awal tahun 684, Marwan telah berada di Syam, kemungkinan di [[Tadmur]] atau di istana khalifah di [[Damaskus]].{{sfn|Bosworth|1991|p=622}} Muawiyah II meninggal setelah beberapa minggu menjabat khalifah. Para wali negeri di distrik-distrik militer (''jund'') di Syam, termasuk [[Jund Filastin|Filastin]] (Palestina), [[Jund Hims|Hims]], dan [[Jund Qinnasrin|Qinnasrin]], berpindah ke kubu Ibnu Az-Zubair.{{sfn|Bosworth|1991|p=622}} Alhasil, menurut Bosworth Marwan "putus asa akan masa depan dinasti Umayyah sebagai penguasa"
Penggagas pertemuan tersebut, Hasan bin Malik bin Bahdal, pemimpin [[Banu Kalb]], awalnya mendukung Khalid bin Yazid.{{sfn|Bosworth|1991|p=622}}{{sfn|Kennedy|2004|p=91}} Hasan bin Malik sendiri memiliki hubungan kekerabatan dengan Banu Umayyah trah Abu Sofyan lantaran bibinya, Maysun binti Bahdal, adalah istri Mu'awiyah bin Abu Sufyan dan ibu Yazid.{{sfn|Kennedy|2004|p=90}} Namun usia Khalid yang masih belia menjadikan kepala kabilah lain, seperti [[Rauh bin Zinba']] dari [[Banu Judzam]] dan [[Husain bin Numair]] dari [[Banu Kindah]], lebih mendukung Marwan yang dianggap berpengalaman secara politik dan militer.{{sfn|Bosworth|1991|p=622}}{{sfn|Duri|2011|pp=24–25}} Kesepakatan akhirnya tercapai pada 22 Juni 684 untuk mengangkat Marwan sebagai khalifah.{{sfn|Wellhausen|1927|p=182}} Khalid dan [[Amr bin Said bin al-Ash]], seorang tokoh muda terkemuka Umayyah lainnya, ditetapkan sebagai penerus Marwan.{{sfn|Bosworth|1991|p=622}} Kabilah-kabilah pendukung Umayyah, yang kemudian disebut kelompok Yamani, dijanjikan bayaran atas dukungan mereka untuk mengangkat Marwan.{{sfn|Kennedy|2004|p=91}} Pemuka-pemuka (''asyraf'') mereka meminta Marwan memberikan hak istimewa dalam hal militer dan pemerintahan sebagaimana yang mereka terima dari khalifah Bani Umayyah sebelumnya.{{sfn|Rihan|2014|p=103}} Husain bin Numair sebelumnya pernah menawarkan dukungan kepada Ibnu az-Zubair dengan syarat serupa, tetapi Ibnu az-Zubair secara terbuka menolak tawaran tersebut.{{sfn|Rihan|2014|pp=103–104}} Menurut sejarawan Mohammad Rihan, Marwan "menyadari pentingnya pasukan Syam dan mengikuti sepenuhnya permintaan mereka", dan menurut Kennedy "Marwan tidak memiliki pengalaman atau jaringan di Syam; ia akan sepenuhnya tergantung pada para ''asyraf'' dari kabilah-kabilah Yamani yang telah memilihnya."{{sfn|Rihan|2014|p=104}}{{sfn|Kennedy|2004|p=91}}
|