Marwan bin al-Hakam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 54:
Muawiyah meninggal pada tahun 680 dan digantikan oleh Yazid. Masyarakat [[Hijaz]] (termasuk Mekkah dan Madinah) tidak mengakui kekuasaan Yazid.{{sfn|Bosworth|1991|p=622}} dan tokoh-tokoh utama Islam yang memiliki garis keturunan khalifah yaitu [[Husain bin Ali]], [[Abdullah bin az-Zubair]], dan [[Abdullah bin Umar]], semuanya menolak melakukan baiat.{{sfn|Howard|1990|p=2, note 11}}{{sfn|Wellhausen|1927|pp=142, 144–145}} Marwan sebagai pemuka Banu Umayyah di kawasan Hijaz menganggap Husain dan Ibnu az-Zubair sebagai dua tokoh yang paling berbahaya, dan menyarankan agar Al-Walid bin Utbah, wali negeri Madinah, memaksa keduanya berbaiat.{{sfn|Wellhausen|1927|pp=145–146}}{{sfn|Howard|1990|pp=3–6}} Ibnu Umar sendiri tak lama kemudian berbaiat kepada Yazid.{{snf|Wellhausen|1927|p=146}} Menurut catatan [[Ibnu Jarir ath-Thabari]], Husain datang saat dipanggil Al-Walid dan menolak berbaiat dalam pertemuan rahasia itu, tetapi menawarkan untuk berbaiat di hadapan umum di kemudian hari. Al-Walid setuju, tetapi Marwan (yang juga hadir di pertemuan ini) mengkritik keputusan ini dan mendesak Al-Walid menahan Husain hingga ia berbaiat, atau membunuhnya jika ia tidak setuju. Husain lalu mencela Marwan dan meninggalkan pertemuan tersebut, sementara Al-Walid tidak sampai hati bertindak keras kepadanya.{{sfn|Howard|1990|pp=4–5}} Husain akhirnya berangkat ke Kufah dan memimpin pemberontakan anti-Umayyah di kota tersebut hingga ia terbunuh oleh pasukan Yazid dalam [[Pertempuran Karbala]] pada Oktober 680.{{sfn|Wellhausen|1927|p=146–147}}
 
Sementara itu, Ibnu az-Zubair mengelak dari panggilan Al-Walid dan bertolak ke Mekkah. Ia mengumpulkan pendukungnya di sekitar [[Kakbah]], tempat suci umat Islam dan tempat yang dianggap haram untuk pertumpahan darah.{{sfn|Wellhausen|1927|pp=147–148}} Beberapa riwayat menyebutkan bahwa saat Yazid mengirim utusan untuk bernegosiasiberunding, Marwan mengirim pesan rahasia memperingatkan Ibnu az-Zubair agar tidak tunduk pada sang khalifah Umayyah.{{sfn|Wellhausen|1927|p=148}} Namun, tidak semua riwayat menyebutkan hal ini dan Wellhausen menganggap kisah ini patut dipertanyakan.{{sfn|Wellhausen|1927|p=147–149}} Pada 683, penduduk Madinah bergerak menyerang Banu Umayyah di kota tersebut, dan mereka terkepung dan berlindung di kawasan sekitar rumah Marwan.{{sfn|Wellhausen|1927|p=154}} Marwan meminta bantuan dari Damaskus, dan pada akhir 683 ia mengirimkan pasukan yang dipimpin [[Muslim bin Uqbah]] untuk menegakkan kekuasaan Umayyah di Hijaz.{{sfn|Wellhausen|1927|p=154}}{{sfn|Bosworth|1991|p=622}} Sementara itu, para anggota Banu Umayyah yang terkepung di Madinah akhirnya terusir, dan sebagian (termasuk Marwan dan anggota trah Abu'l-Ash) bergabung dengan pasukan Ibnu Uqbah.{{sfn|Bosworth|1991|p=622}} Pasukan Umayyah dan penduduk Madinah bertempur dalam [[Pertempuran al-Harrah]], yang dimenangkan pihak Umayyah setelah Marwan membawa pasukan berkudanya menembus Madinah dan menyerang pasukan penduduk Madinah dari belakang.{{sfn|Wellhausen|1927|p=156}} Meski berhasil mencapai kemenangan, pasukan Umayyah mundur kembali ke Syam karena Yazid meninggal pada 683.{{sfn|Kennedy|2004|p=90}} Setelah itu, pemimpin Hijaz Abdullah bin az-Zubair menyatakan diri khalifah dengan ibu kota Mekkah, sehingga kekhalifahan terbelah antara khalifah di Syam dan khalifah di Hijaz. Tak lama kemudian, sebagian besar wilayah kekhalifahan tunduk padanya, termasuk Mesir, Irak dan Yaman.{{Sfn|Gibb|1960|p=55}} Marwan dan anggota Banu Umayyah yang menetap di Madinah terusir lagi dari kota tersebut, dan tanah milik mereka diambil oleh pengikut Ibnu az-Zubair..{{sfn|Bosworth|1991|p=622}}
 
=== Menjadi khalifah ===