Kasus Mortara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 70:
=== Berangkat ke Alatri, dan kembali ke Roma ===
{{dalam perbaikan}}
Momolo sekali lagi berangkat ke Roma pada tanggal 11 Oktober 1858. Kali ini ia membawa serta Marianna, dengan harapan kehadirannya dapat lebih memikat perhatian Gereja maupun Edgardo.{{sfn|Kertzer|1998|pp=104–108}} Lantaran khawatir akan kemungkinan terjadinya pertemuan dramatis antara ibu dan anak, Rektor Wisma Katekumen, Enrico Sarra, mengungsikan Edgardo ke [[Alatri]], kota asalnya yang berjarak 100 km (62 mil) dari Roma. Suami-istri Mortara merunuti jejak keberadaan putra mereka sampai ke sebuah gereja di Alatri. Dari gawang pintu gereja, Momolo menyaksikan seorang imam sedang merayakan misa dibantu Edgardo selaku [[putra altar|misdinar]].{{sfn|Kertzer|1998|pp=104–108}} Momolo menunggu di luar, dan setelah itu membujuk sang rektor untuk lekas menengok putranya. Sebelum pertemuan tersebut dilakukan, keluarga Mortara ditangkap atas perintah Wali Kota Alatri, mengikuti permintaan dari uskup kota tersebut, dan disuruh kembali ke Roma. Antonelli tak tinggal diam, memandangnya sebagai tindakan tak pantas yang dapat dijadikan alat bagi para penentang Gereja, dan memerintahkan Enrico Sarra untuk mengirim Edgardo kembali ke ibu kota untuk menemui orang tuanya.{{sfn|Kertzer|1998|pp=104–108}}
 
Edgardo kembali ke Wisma Katekumen pada tanggal 22 Oktober, dan sering dikunjungi oleh orang tuanya sepanjang bulan berikutnya.{{sfn|Kertzer|1998|pp=109–112}} Seperti haknya kunjungan pertama Momolo, terdapat dua versi berbeda dari apa yang terjadi. Menurut orang tua Edgardo, bocah tersebut diintimidasi oleh rohaniwan di sekitarnya dan melemparkan dirinya sendiri dalam pangkuan ibunya saat ia pertama kali melihatnya. Marianna kemudian berkata: "Ia kehilangan berat badan dan jadi pucat; matanya diisi dengan teror ... Aku berkata kepadanya bahwa ia lahir sebagai orang Yahudi seperti kami dan seperti halnya kami, ia harus selalu menjadi salah satunya, dan ia menjawab: '''Si, mia cara mamma'', Aku tak akan pernah lupa untuk mengucapkan ''[[Shema Yisrael|Syema]]'' (syahadat Yahudi) setiap hari.'"{{sfn|Kertzer|1998|pp=109–112}}{{#tag:ref|''Shema''—"Dengarlah, O Israel: Allah adalah Tuhan kami, Allah itu Satu"—adalah salah satu doa paling penting dalam Yudaisme, dan diucapkan oleh umat Yahudi setiap pagi dan sore.{{sfn|Appel|1991|p=11}}|group="n"|name="shemaexplanation"}} Sebuah laporan dalam pers Yahudi menyatakan bahwa para imam berkata kepada orang tua Edgardo bahwa Allah telah memilih putranya untuk menjadi "rasul Kristen bagi keluargnya, dicurahkan untuk mempertobatkan orang tuanya dan saudara-saudaranya",{{sfn|Kertzer|1998|pp=109–112}} dan bahwa mereka akan mendapatkannya lagi jika mereka juga menjadi Kristen. Para rohaniwan dan biarawati kemudian mendoakan rumah tangga Mortara, mengharapkan agar orang tua Edgardo meninggalkan prasangka buruk.{{sfn|Kertzer|1998|pp=109–112}}
 
Sebaliknya, catatan pro-Gereja menyatakan bahwa bocah yang sangat senang untuk menetap tersebut dibujuk oleh ibunya agar kembali ke Yudaisme.{{sfn|Kertzer|1998|pp=112–115}} Dalam penjelasan tersebut, alasan utama kedatangan keluarga Mortara tersebut bukan untuk mengambil putra mereka, melainkan karena ia sekarang makin bertumbuh dalam iman Kristen. Menurut ''La Civiltà Cattolica'', Marianna menjadi meradang saat melihat sebuah medali tergantung dari leher Edgardo yang mencantumkan gambar Bunda Maria dan mengoyakannya; sebuah artikel lebih jauh mengklaim bahwa ibu Yahudi tersebut melakukannya dengan berkata: "Aku lebih suka melihatmu mati ketimbang menjadi Kristen!"{{sfn|Kertzer|1998|pp=112–115}} Beberapa kritikus Gereja mendakwa bahwa dengan menahan Edgardo, hal tersebut melanggar [[Sepuluh Perintah Allah|perintah]] yang menyatakan bahwa seorang anak harus [[hormatilah ibu bapamu|menghormati ibu bapanya]]—''La Civiltà Cattolica'' menangkisnya dengan menyatakan bahwa Edgardo masih mengasihi keluarganya meskipun mereka berbeda keyakinan dan menulis surat pertamanya kepada ibunya, setelah diajarkan para imam untuk membaca dan menulis, bertanda tangan "putra kecilmu yang sangat dikasihi".{{sfn|Kertzer|1998|pp=112–115}} [[Louis Veuillot]], penyunting [[Ultramontanisme|ultramontane]] dari surat kabar ''[[L'Univers]]'' dan salah satu pembela Sri Paus yang paling gigih, dikabarkan setelah bertemu Edgardo di Roma, bocah tersebut berkata kepadanya "bahwa ia mengasihi ibu bapanya, dan bahwa ia akan tinggal dengan mereka saat sudah besar ... sehingga ia dapat berkata kepada mereka tentang [[Santo Petrus]], Allah dan Bunda Maria paling Kudus."{{sfn|Kertzer|1998|p=172}}
 
== Kegemparan ==