Pangeran Taliwang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Baris 117:
Menurut silsilah raja-raja Banjar yang terdapat di museum Candi Agung di kota Amuntai, Kalimantan Selatan, terdapat seorang putera raja Banjar yang bernama Raden Arya Banjar Tatas (P. Dipati Antasari) yang tinggal di [[pulau Bali]] (Gelgel ?) dan mengabdi pada raja Bali (raja Gelgel - Dalem Waturenggong ?). Di [[Bali]], Pangeran ini lebih dikenal sebagai Arya Banjar. Jejak keturunan Banjar sampai sekarang masih dapat ditemukan di desa [[Kampung Kusamba, Dawan, Klungkung|Kampung Kusamba]], kecamatan [[Dawan, Klungkung|Dawan]], [[Kabupaten Klungkung]].
 
Jejak keturunan Banjar juga ditemukan di bagian barat [[pulau Lombok]] tepatnya di Kampung Banjar di kecamatan [[Ampenan, Mataram|Ampenan]], [[kota Mataram]]. Menurut Hikayat Banjar-Kotawaringin, kerajaan Banjar juga memiliki hubungan perdagangan yang baik dengan [[kerajaan Selaparang]] yang terdapat di bagian timur pulau Lombok. [[Kerajaan Selaparang]] ini merupakan incaran [[Kerajaan Gowa]] untuk ditaklukan. Baru pada tahun 1640 Selaparang Lombok dapat ditaklukkan oleh Kerajaan Gowa (mungkin sebagian dari Kerajaan Selaparang). Tetapi kedudukan Gowa di Selaparang tidak selalu kuat dan bertahan lama, sebab dalam Babad Selaparang disebutkan cucu dari Deneq Mas Kertajagat (anak Dewa Mas Pakel, Mas Pakel ipar Mas Pemayan gelar Pemban Mas Aji Komala - raja Sumbawa) yaitu Raja Kertabumi dapat membangun Kerajaan Selaparang kembali. Kertabumi menyusun pemerintahan dengan teratur dan membangun masyarakatnya sehingga kehidupan rakyat menjadi makmur. Kerajaan Seleparang memiliki hubungan dagang yang baik dengan Kesultanan Banjarmasin. Sehingga banyak pedagang dan bangsawan Banjar (termasuk Raden Subangsa) yang datang di kerajaan Seleparang, dan sebagian menikah dengan wanita setempat. Suatu ketika Arya Sudarsana (Arya Banjar), patih kerajaan Seleparang memberontak kepada Prabu Kertabumi dan berhasil membunuh dua orang panglima kerajaan. Prabu Kertabumi sangat penasaran dengan si Arya ini. Telah banyak korban yang jatuh dalam usaha melenyapkan manusia kutu negeri ini. betapa tidak, permaisuri yang dibuatnya gila kasmaran telah menimbulkan cemburu besar di hati raja. Kekalahan para prajurit andalan Selaparang melawan pasukan Arya Sudarsana (Suranggana) yang cuma seratus orang lebih memanaskan hati baginda. Karenanya pula raja Selaparang harus minta bantuan ke Banjarmasin. Raja Banjarmasin mengutus Patih Pilo dan Patih Laga ke Selaparang. Sedang menurut versi lain, patih yang dikirim Raja Banjarmasin ialah Patih Pilo dan patih Sudarbaya. Setelah pasukan bantuan dari Banjarmasin ini tiba maka barulah pasukan Arya Banjar Getas (Arya Sudarsana) dikalahkan. Karena terdesak dan tidak dapat mengalahkan kedua patih dari Kerajaan Banjarmasin. Ariya Banjar (Arya Sudarsana) meminta perlindungan Raja Pejanggik. Di Kerajaan Pejanggik Ariya Banjar di angkat menjadi patih (bergelar Dipati Patinglaga) dan mendapat anugerah seorang isteri, yaitu Dewi Junti dari negeri Parigi. Pada suatu saat Ariya Banjar yang berganti nama menjadi Banjar Getas. Tahun 1691 Patih Banjar Getas memberontak rajanya di Pejanggik. Ketika Banjar Getas kewalahan menghadapi raja, ia meminta bantuan Raja Karangasem untuk menghadapi lawannya. Pejanggik pun takluk akibat serangan pasukan gabungan Banjar Getas dan Raja Karangasem.<ref name="Sejarah perlawanan NTB">{{cite book
| first=Lalu
| last=Wacana