Marwan bin al-Hakam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HaEr48 (bicara | kontrib)
HaEr48 (bicara | kontrib)
Baris 74:
Marwan menjadikan keluarga dan kerabatnya sebagai landasan kekuatan di pemerintahan, seperti yang pernah dilakukan Khalifah Utsman, dan bertentangan dengan gaya Muawiyah yang menjaga jarak dari kerabat-kerabatnya.{{sfn|Kennedy|2004|p=93}} Ia memberikan posisi militer penting kepada putranya Muhammad dan Abdul Aziz, dan memastikan putranya Abdul Malik sebagai khalifah selanjutnya.{{sfn|Kennedy|2004|p=93}} Walaupun awalnya dipenuhi tantangan, trah "Marwani" (keturunan Marwan) menjadi wangsa penguasa Kekhalifahan Umayyah selanjutnya menggantikan trah "Sufyani" (keturunan Abu Sofyan) seperti khalifah-khalifah sebelumnya.{{sfn|Cobb|2001|p=69}}{{sfn|Kennedy|2004|p=93}}
 
Menurut penilaian Bosworth, Marwan "jelas sekali adalah pemimpin militer dan negarawan yang memiliki kecakapan dan ketegasan, dipenuhi dengan sifat ''ḥilm'' [kesabaran] dan ''dahiya'' [kecerdikan], seperti tokoh-tokoh Umayyah terkemuka lainnya."{{sfn|Bosworth|1991|p=622}} Meski ia tidak memiliki pusatbasis kekuatan di Syam sebelum menjadi khalifah dan wilayah tersebut cukup asing baginya, ia berhasil mengambil kendali. Kukuhnya kekuasaan Umayyah di Syam menjadi landasan bagi anaknya, Abdul Malik, yang kelak akan berhasil menyatukan kembali kekhalifahan di bawah dinasti Umayyah. Kekhalifahan Umayyah akan berlanjut selama sekitar 65 tahun selanjutnya, hingga [[Revolusi Abbasiyah|digulingkan]] [[Kekhalifahan Abbasiyah|Dinasti Abbasiyah]] pada 750.{{sfn|Bosworth|1991|p=622}} Menurut sejarawan [[Wilferd Madelung]], naiknya Marwan ke posisi khalifah adalah sebuah "politik tingkat tinggi", puncak dari intrik-intrik yang dimulai dari awal karirnya.{{sfn|Madelung|1997|pp=348–349}} Menurut Madelung, intrik ini termasuk menempatkan diri sebagai "pembalas pertama" kematian Utsman dengan membunuh Thalhah dalam Pertempuran Jamal, serta denganupaya diam-diam melemahkan kekuasaan para khalifah Sufyani walaupun secara terbuka mendukungnya.{{sfn|Madelung|1997|pp=348–349}}
 
Dalam riwayat, Marwan dikenal sebagai pribadi yang kasar (''fāḥisy'') dan kurang memiliki adab. Luka-luka yang ia derita dalam pertempuran tampaknya cukup mempengaruhi kondisi fisiknya. Ia memiliki tubuh kurus dan tinggi sehingga dijuluki ''khayṭ bāṭil'' (benang tipis). Riwayat-riwayat anti-Umayyah memberinya julukan ''ṭarid ibn ṭarid'' ("orangsang terusir, putra dari orangsang terusir") karna ia diusir dari Madinah oleh Ibnu az-Zubair, dan ayahnya al-Hakam juga konon pernah diusir Muhammad ke [[Thaif]]. Pihak anti-Umayyah juga menjulukinya ''abūʾl-jabābirah'' (bapak dari para penguasa zalimbengis) karena anaknya dan cucu-cucunya kelak berturut-turut menguasai kekhalifahan.{{sfn|Bosworth|1991|p=622}}
 
== Pasangan dan anak ==