Abdullah Ahmad: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Membalikkan revisi 15699364 oleh Rahmatdenas (bicara)
Tag: Pembatalan
Baris 4:
Abdullah menyelesaikan pendidikan dasarnya pada sebuah sekolah pemerintah dan sedari kecil memperoleh pendidikan [[agama]] dari ayahnya. Pada tahun 1895, Abdullah Ahmad pergi ke [[Mekkah]] dan kembali ke [[Indonesia]] pada tahun 1899. Sekembalinya dari Mekkah, ia segera mengajar di Padang Panjang sembari memberantas [[bid'ah]] dan [[tarekat]]. Ia tertarik pula untuk menyebarkan pemikiran pembaruan melalui publikasi dengan menjadi agen dari berbagai majalah pembaruan, seperti Al-Imam di [[Singapura]] dan Al-Ittihad dari [[Kairo]].
 
Pada tahun 1906, Abdullah Ahmad pindah ke [[Padang]] untuk menjadi [[guru]], menggantikan pamannya, Sjech Gapuak yang meninggal dunia.<!--Udara Minangkabau ketika itu sangat gelap lantaran ber- tjabulnja faham bid'ah dan churafat jang menimbulkan faham- faham keliru. Hal ini, sangat menarik perhatiannja untuk ber- djuang ditengah-tengah masjarakat untuk mengadakan perubahan dari keadaan-keadaan jang rusak binasa itu. H. Abdullah Ahmad tampil kemuka menjingsingkan lengan badjunja hendak membasmi segala adat2 djahilijah jang dianggapnja tidak tjotjok dengan agama menurut ahli sunnah wal djamaah jang sebenarnja. Ketika itu, sedang hidup masalah-masalah chilafiah seperti soal „Usalli", tharikat Naksjabandi, talkin majat, makan-makan dirumah orang kematian dan seterusnja hal-hal jang lain. Segala masaalah itu dikupasnja dengan sangat radikal. Dibasminja sekuat-kuatnja dimuka umum, supaja bid'ah-bid'ah itu djangan sampai mendjadi amalan kaum muslimin terus menerus, karena njata bid'ahnja. Tentu sadja dengan sikap orang baru ini, perlawanan timbul dengan hebat dari kaum jang telah mengamalkan amalan itu. Ketika itulah ter- djadinja petjah belah diantara murid-murid tuan Sjech Ahmad Chatib jang telah banjak bertebaran itu. Setengah mendjadi golongan jang mempertahankan faham-faham tersebut, dan sete- ngahnja mendjadi orang jang menghalang dan membasminja. Waktu itulah timbulnja nama zaru dikalangan kaum Muslimin di Minangkabau jaitu, Kuno dan Madju atau Kaum Muda dan Kaum Tua. Tuan Dullah. Untuk kekuatan pendiriannja, maka ia memesan buku-buku ke Mesir dan mengadakan perhubungan dengan 'Ulama-'Ulama jang kenamaan disana. Pada tahun 1905 dikirimkannja masaalah Tharikat Naksa- bandi kepada tuan Sjech Ahmad Khatib Ali. Dari guru besar itu diterimanja djawaban setelah diperhatikannja sedjauh- djauhnja bahwa Tharikat Naksjabandi itu sama sekali tiada berasal dari agama sedikit djuga, melainkan semata-mata buatan manusia belaka, dan dianggap bid'ah dhalalah--> Di Padang, ia mengadakan tabligh dan pertemuan tentang masalah agama dan mendirikan jamaah Adabiyah beberapa tahun kemudian. Di samping itu ia memberikan pengajian pada orang dewasa. Pengajiannya dilakukan dua kali seminggu secara bergantian dari rumah ke rumah.
Pada tahun 1906, Abdullah Ahmad pindah ke [[Padang]] untuk menjadi [[guru]], menggantikan pamannya, Syekh Gapuak yang meninggal dunia.<!-- Di Padang, ia mengadakan tabligh dan pertemuan tentang masalah agama dan mendirikan jamaah Adabiyah beberapa tahun kemudian. Di samping itu ia memberikan pengajian pada orang dewasa. Pengajiannya dilakukan dua kali seminggu secara bergantian dari rumah ke rumah.
 
Tidak diperolehnya pendidikan yang sistematis oleh semua anak-anak pedagang di Padang, menginspirasi Abdullah Ahmad membuka sekolah Adabiyah pada tahun 1909. Abdullah Ahmad sangat aktif menulis, bahkan ia menjadi ketua persatuan wartawan di Padang pada tahun 1914. Ia mempunyai hubungan yang erat dengan pelajar-pelajar sekolah menengah di Padang dan [[Stovia|sekolah dokter]] di [[Jakarta]], serta memberikan bantuan dalam kegiatan [[Jong Sumatranen Bond]]. Pengetahuannya tentang agama sangat mendalam dan diakui oleh ulama-ulama [[Timur Tengah]] pada konferensi khilafat di Kairo tahun 1926. Pengakuan itu dibuktikan dengan pemberian gelar kehormatan dalam bidang agama sebagai doktor fid-din.