Perang Bayu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 26:
Keadaan di Blambangan yang genting tak terkendalikan menjadikan VOC mengirimkan ekspedisi militer besar-besaran di bawah pimpinan Erdwijn Blanke terdiri atas 335 serdadu Eropa, 3000 laskar Madura dan Pasuruan, 25 kapal besar dan sejumlah yang kecil lainnya. Tanggal 20 Februari 1767, ekspedisi Belanda berkumpul di Pelabuhan Kuanyar Madura. Pada tanggal 27 Februari 1767 Panarukan diduduki dan didirikan benteng. Pada tanggal 11 Maret pasukan inti di bawah komandan dari Semarang Erdwijn Blanke bergerak melalui darat sepanjang pantai. Tanggal 23 Maret 1767 ekspedisi Belanda tiba di Banyualit. Pertempuran meletus. Ratusan laskar Blambangan pimpinan Gusti Kuta Beda terbunuh. VOC menguasai benteng di Banyualit. Selat Bali mulai dari [[Ketapang, Kalipuro, Banyuwangi|Meneng]] sampai [[Grajagan, Purwoharjo, Banyuwangi|Grajagan]] diblokir.<ref name="baydejonge" /><ref name="bayimad" />
 
Mas Anom dan Mas Weka (keturunan [[Kerajaan Blambangan]]) memperoleh kesempatan memberontak terhadap penguasa Bali Gusti Ketut Kabakaba dan Gusti Kuta Beda. Mas Anom memberontak karena pemimpin Bali tersebut menjalankan kekuasaan di Blambangan secara tidak simpatik dan menimbulkan rasa benci rakyat. Orang-orang Bali dibantu orang-orang [[Bugis]] dan [[Mandar]] melakukan penyerangan terhadap orang-orang Blambangan di bawah pimpinan Mas Anom dan Mas Weka di Loh Genta yang berakhir dengan kemenangan Mas Anom. Kuta Beda ditawan dan dibunuh. Ketut Kabakaba melarikan diri ke Ulupampang. Ia beserta keluarga dan pengikutnya yang terdesak, melakukan [[puputan]] dan akhirnya Kutha Bedhah beserta semua pengikutnya terbunuh. Mas Anom dan Mas Weka diangkat menjadi ''regen'' (bupati) pertama di [[Blambangan]]. Namun tidak berapa lama ia membelot dan mendukung perjuangan [[Wong Agung Wilis]]. Wong Agung Wilis terlibat peperangan di Ulupampang, benteng VOC di Banyualit, namun akhirnya ia kalah di [[Rogojampi, Rogojampi, Banyuwangi|Kuta Lateng]] pada tanggal [[18 Mei]] [[1768]].<ref name="bayccleker" /><ref name="bayimad" />
 
Setelah Blambangan dikuasai, VOC mengangkat Sutanagara dengan patih Surateruna dan Wangsengsari dengan patih Jaksanegara sebagai ''regen''. Untuk memutuskan hubungan dengan Bali, bupati dwitunggal itu diajak memeluk [[Agama Islam]]. Taktik VOC soal agama ini tidak berpengaruh apa-apa terhadap orang Blambangan. Mereka tidak menaruh perhatian agama apa yang dipeluk pemimpin. Yang mereka inginkan hanya hidup merdeka tanpa dirampas oleh orang-orang asing. Mereka memang anti [[Suku Jawa|Jawa]], ingatan tentang pengerusakan atas negeri mereka, atas kekejaman yang diperlakukan atas mereka dan atas pengiriman-pengiriman orang-orang Blambangan oleh raja-raja Jawa (Mataram), masih dalam ingatan mereka yang membeku menjadi rasa benci.<ref name="bayccleker" /> Sikap ini di kemudian hari terbukti saat orang-orang Blambangan menolak keras pengangkatan Kertawijaya, Patih [[Surabaya]] menjadi bupati Blambangan.