Katolik: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 36:
Sehubungan dengan makna frasa ini bagi Santo Ignasius, J.H. Srawley mengemukakan bahwa:
<blockquote>Inilah kemunculan perdana frasa 'Gereja Katolik' (ἡ καθολικὴ ἐκκλησία) dalam karya sastra Kristen. Makna asali kata ini adalah 'semesta'. Itulah sebabnya Yustinus Martir (''Dialog dengan Trifo''. 82) membicarakan perihal 'kebangkitan semesta atau [[kebangkitan umum]]', dengan menggunakan kata-kata ἡ καθολικὴ ἀνάστασις. Demikian pula di sini Gereja semesta dikontraskan dengan Gereja partikular di Smirna. Yang Ignasius maksudkan dengan Gereja Katolik adalah 'himpunan semua jemaat Kristen' (Swete, ''Apostles Creed'', hlm. 76). Jadi, surat kepada Gereja di Smirna juga ditujukan kepada semua jemaat Gereja Katolik yang kudus di mana saja berada. Dan makna purba 'semesta' tak kunjung lepas dari kata ini, kendati menjelang akhir [[Kekristenan pada abad ke-2|abad ke-2]] kata ini mulai mendapat makna sekunder '[[ortodoks]]', lawan dari '[[ajaran sesat|bidah]]'. Itulah sebabnya kata ini dipakai dalam [[kanon Alkitab|Kanon Kitab Suci]] terdahulu, [[Kanon Muratori|fragmen Muratori]] (''ca.'' 170 M),
Santo Ignasius menggunakan istilah ''Gereja Katolik'' sebagai sebutan bagi Gereja semesta. Bagi Santo Ignasius, ahli-ahli bidah tertentu pada zamannya, yang menyangkal bahwa Yesus adalah maujud bendawi yang sungguh-sungguh menderita sengsara dan mengalami maut, dan malah berkata bahwa "ia cuma tampak seolah-olah menderita sengsara" (Surat kepada Jemaat di Smirna, 2), bukanlah umat Kristen benaran.<ref>"Sebagaimana keyakinan orang-orang tertentu yang tak beriman, bahwasanya Ia cuma tampak seolah-olah menderita sengsara, karena mereka pun cuma tampak seolah-olah Kristen". Santo Ignasius mengemukakan bahwa ahli-ahli bidah ini tidak mengimani realitas tubuh Kristus, yang sungguh-sungguh menderita sengsara dan dibangkitkan kembali, katanya "mereka tidak mengakui Ekaristi sebagai daging Juru Selamat kita Yesus Kristus, yang menderita sengsara atas dosa-dosa kita, dan yang dibangkitkan kembali Sang Bapa, lantaran kemahabaikan-Nya" (Surat kepada Jemaat di Smirna, 7). Santo Ignasius menyebut mereka "binatang buas dalam wujud manusia, yang bukan saja tidak boleh kamu sambut, melainkan juga sedapat-dapatnya tidak kamu temui" (Surat kepada Jemaat di Smirna, 4).</ref>
|