Kota Sawahlunto: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Binbin0111 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
→‎Sejarah: Aneh, belum ada pranala dari halaman kotanya sendiri ke halaman situs warisan dunianya.
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 91:
Nama Sawahlunto menurut legenda yang ada berasal dari kata "sawah" dan "lunto". Jauh sebelum kedatangan [[Belanda]], di kawasan ini terdapat [[sawah|sawah-sawah]] yang ditumbuhi oleh [[pohon|pepohonan]] yang belum diketahui namanya. Jika ada yang menanyakan nama pohon tersebut, akan dijawab ''alun tau'' yang lama-kelamaan berubah tutur menjadi "lunto", sebutan dalam [[bahasa Minangkabau]] yang berarti "tidak tahu".
--->
Cikal bakal dijadikannya Sawahlunto sebagai [[Kota (wilayah administratif)|kota]] terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh beberapa geolog asal [[Belanda]] ke pedalaman Minangkabau (saat itu dikenal sebagai [[Dataran Tinggi Padang]]), sebagaimana yang ditugaskan oleh [[Daftar Penguasa Hindia Belanda|Gubernur Jenderal Hindia Belanda]]. Penelitian pertama dilakukan oleh Ir. C. De Groot van Embden pada tahun 1858, kemudian dilanjutkan oleh [[Willem Hendrik de Greve|Ir. Willem Hendrik de Greve]] pada tahun 1867. Dalam penelitian De Greve, diketahui bahwa terdapat 200 juta ton [[batu bara]] yang terkandung di sekitar aliran [[Batang Ombilin]], salah satu [[sungai]] yang ada di Sawahlunto.<ref name="Greve">{{cite book|last=Hendrik de Greve|first=Willem|authorlink=Willem Hendrik de Greve|coauthors=W.A. Henny|title=Het Ombilien Kolenveld in de [[Dataran Tinggi Padang|Padangsche Bovenlanden]] en Het Transportstelsel op [[Pesisir Barat Sumatra|Sumatra’s Westkust]]|year=1871}}</ref> Sejak penelitian tersebut diumumkan ke [[Batavia]] pada tahun 1870, pemerintah [[Hindia Belanda]] mulai merencanakan pembangunan sarana dan prasarana yang dapat memudahkan [[Tambang Batu Bara Ombilin|eksploitasi batu bara di Sawahlunto]]. Selanjutnya Sawahlunto juga dijadikan sebagai kota pada tahun 1888, tepatnya pada tanggal [[1 Desember]] yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Sawahlunto.
 
Kota ini mulai memproduksi batu bara sejak tahun 1892.<ref name="pbk">{{cite book|last=|first=|title=Profil Daerah Kabupaten dan Kota|publisher=Penerbit Buku Kompas|year=2001|voume=1|ISBN=978-979-709-009-8}}</ref> Seiring dengan itu, kota ini mulai menjadi kawasan pemukiman pekerja tambang, dan terus berkembang menjadi sebuah kota kecil dengan penduduk yang intinya adalah pegawai dan pekerja tambang. Sampai tahun 1898, usaha tambang di Sawahlunto masih mengandalkan narapidana yang dipaksa bekerja untuk menambang dan dibayar dengan harga murah. Pada tahun 1889, pemerintah Hindia Belanda mulai membangun jalur [[kereta api]] menuju [[Kota Padang]] untuk memudahkan pengangkutan batu bara keluar dari Kota Sawahlunto. Jalur kereta api tersebut mencapai Kota Sawahlunto pada tahun 1894, sehingga sejak angkutan kereta api mulai dioperasikan produksi batu bara di kota ini terus mengalami peningkatan hingga mencapai ratusan ribu ton per tahun.