Pencak silat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
Bangpru94 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi iOS
Baris 35:
Silat lalu berkembang dari ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah asing.<ref name="Shamsuddin7">Lihat Shamsuddin (2005).</ref> Dalam sejarah perjuangan melawan [[penjajah]] Belanda, tercatat para pendekar yang mengangkat senjata, seperti [[Panembahan Senopati]], [[Sultan Agung]], [[Pangeran Diponegoro]], [[Teuku Cik Di Tiro]], [[Teuku Umar]], [[Imam Bonjol]], serta para pendekar wanita, seperti Sabai Nan Aluih, [[Cut Nyak Dhien]], dan [[Cut Nyak Meutia]].<ref name="Penjasorkes" />
 
Silat saat ini telah diakui sebagai budaya [[Melayu|suku Melayu]] dalam pengertian yang luas,<ref>Lihat Chambers dan Draeger (1979).</ref> yaitu para penduduk daerah pesisir pulau [[Sumatra]] dan [[Semenanjung Melayu|Semenanjung Malaka]], serta berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan ''[[lingua franca]]'' bahasa Melayu di berbagai daerah di [[Jawa]], [[Bali]], [[Kalimantan]], [[Sulawesi]], dan pulau-pulau lain-lainnya yang juga mengembangkan beladiri ini.
 
Menyadari pentingnya mengembangkan peranan pencak silat maka dirasa perlu adanya organisasi pencak silat yang bersifat nasional, yang dapat pula mengikat aliran-aliran pencak silat di seluruh Indonesia. Pada tanggal 18 Mei 1948, terbentuklah [[Ikatan Pencak Silat Indonesia]] (IPSI)<ref name="Penjasorkes" /> Kini IPSI tercatat sebagai organisasi silat nasional tertua di dunia.