Suku Aceh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 49:
<blockquote class="toccolours" style="text-align:justify; width:25%; float:right; padding: 10px; display:table; margin-left:10px;">"''Sukèë Lhèë Reutōïh ban aneu' drang<br /> Sukèë Ja Sandang jra haleuba.<br /> Sukèë Ja Batèë na bachut-bachut;<br /> Sukèë Imeum Peuët nyang gō'-gō' dōnya.''" <p style="text-align: right;">— Puisi lisan (''hadih maja'') dalam<br /> ''De Atjeher'', [[Snouck Hurgronje]]''.{{sfn|Hurgronje|1984|pp=57}}</blockquote>
 
[[Bangsa Arab]] yang datang ke Aceh banyak yang berasal dari [[Hadramaut]], [[Yaman]]. Di antara para pendatang tersebut terdapat antara lain marga-marga al-Aydrus, al-Habsyi, al-Attas, al-Kathiri, Badjubier, Sungkar, Bawazier, dan lain-lain, yang semuanya merupakan [[Marga Arab Hadramaut|marga-marga bangsa Arab asal Yaman]].<ref>Adan, Hasanuddin Yusuf (2006). ''[http://books.google.co.id/books?ei=GO6OU9WILs6dugTdxIGQAg&hl=id&id=EOBwAAAAMAAJ&dq=marga+arab+di+aceh&focus=searchwithinvolume&q=Bawazier Politik dan tamaddun Aceh]'', Adnin Foundation Aceh, ISBN 9789792594805. Hlm. 4.</ref> Mereka datang sebagai [[ulama]] penyebar agama [[Islam]] dan sebagai perdagang.{{sfn|Graf|Schroter|Wieringa|2010|pp=182}} Daerah Seunagan misalnya, hingga kini terkenal banyak memiliki ulama-ulama keturunan [[sayyid]], yang oleh masyarakat setempat dihormati dengan sebutan ''Teungku Jet ''atau ''Habib''.{{sfn|Kuhnt-Saptodewo|Grabowsky|Grossheim|1997|pp=183}} di Seunagan banyak keturunan dari ulama besar Al Qutb Wujud Habib Abdurrahim bin Sayid Abdul Qadir Al-Qadiri Al-Jailani yang dikenal dengan Habib Seunagan. Demikian pula, sebagian [[Daftar penguasa Aceh#Sultan-sultan Aceh Dinasti Syarif|Sultan Aceh]] adalah juga keturunan [[sayyid]].{{sfn|Hurgronje|1984|pp=47-48}} Keturunan mereka pada masa kini banyak yang sudah kawin campur dengan penduduk asli suku Aceh, dan menghilangkan nama marganya.
 
Terdapat pula keturunan bangsa [[Persia]] yang umumnya datang untuk menyebarkan agama dan berdagang,{{sfn|Graf|Schroter|Wieringa|2010|pp = 182}} sedangkan bangsa [[Turki]] umumnya diundang datang untuk menjadi ulama, pedagang senjata, pelatih prajurit, dan serdadu perang kerajaan Aceh.{{sfn|Graf|Schroter|Wieringa|2010|pp = 26-43}}{{sfn|Reid|2006|pp=56-57}} Saat ini keturunan bangsa Persia dan Turki kebanyakan tersebar di wilayah [[Aceh Besar]].{{fact}} Nama-nama warisan [[Persia]] dan [[Turki]] masih tetap digunakan oleh orang Aceh untuk menamai anak-anak mereka, bahkan sebutan ''Banda'' dalam nama kota [[Banda Aceh]] juga adalah kata serapan dari [[bahasa Persia]] (''Bandar'' artinya "pelabuhan").