Pinang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 183:
<br />
 
== Potensi Pinangpinang di Indonesia ==
Pinang adalah tanaman yang memiliki banyak manfaat, tetapi belum dianggap sebagai komoditas utama di Indonesia. Produksi buah pinang dapat mencapai 50-100 buah/mayang dan 150-250/mayang untuk ukuran buah lebih kecil. Tahun 2003, volume ekspor pinang mencapai 77.126.347 kg dengan nilai US$ 22.960.446. Pemanfaatan buah pinang sebagai ramuan yang dimakan bersama sirih, telah menjadi kebiasaan secara turun temurun pada berbagai daerah tertentu di Indonesia, tetapi konsumennya terbatas<ref name=":3">Warsito, Budi. 2018. ''Harga Pinang Turun Drastis di Tahun 2018.'' [online]. <nowiki>https://www.jawapos.com/ekonomi/10/04/2018/harga-pinang-turun-dratis-di-tahun-2018/</nowiki>. Diakses pada 3 April 2019 pukul 13.00 WIB</ref>.
<br />
Baris 190:
<br />
 
== Produk Utamaprimer dan Sekundersekunder Pinangpinang Besertabeserta Karakterisasikarakterisasi dan Kualitaskualitas yang Dicaridicari ==
Berdasarkan data Dirjen pertanian, sedikitnya ada 13 provinsi selain Jawa Barat yang memiliki area cukup baik untuk tanaman pinang, seperti Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Riau, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan. Berdasarkan data statistik Dinas Perkebunan Jawa Barat sendiri, pinang berpotensi besar dalam perkembangannya di Jawa Barat dan salah satu wujud produksi utama yakni minyak atsiri. Minyak atsiri sendiri memiliki banyak manfaat, beberapa produk turunannya (produk sekunder pinang) diantaranya dalam industri farmasi karena dapat mengobati radang dan pangkal tenggorokan, pembuluh bronchial, obat antinyeri, antikanker, antiinfeksi, antibakteri dan memiliki aktivitas menolak nyamuk atau ''repelen''. Selain itu, minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan baku dalam perisa, pewangi dan juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pengganti solar.
 
Baris 204:
<br />
 
== Penelitian ==
== Kajian Metabolomik yang Telah Dilakukan dan yang Dapat Dilakukan untuk Penentuan Kualitas Produk ==
Sampai saat ini, terdapat beberapa kajian metabolomik yang telah dilakukan dalam penentuan kandungan senyawa yang terdapat dalam pinang. Dalam jurnal ''A Metabolomic Approach to the Metabolism of the Areca Nut Alkaloids Arecoline and Aracaidine in the Mouse,'' metabolisme arekolin (20 mg/kg) dan ''arecaidine'' (20 mg/kg) diselidiki dalam tikus melalui pendekatan metabolomik menggunakan analisis Ultra-Performance Liquid Chromatography–time-of-flight Mass Spectrometric (UPLC-MS) dari urin tikus. Hasilnya diperoleh 11 metabolit ''arecoline'' teridentifikasi termasuk arecaidine, arecoline N-oxide, arecaidine N-oxide, N-methylnipecotic acid, N-methylnipecotylglycine, arecaidinylglycine, arecaidinylglycerol, arecaidine mercapturic acid, arecoline mercapturic acid, dan arecoline N-oxide mercapturic acid, bersamaan dengan 9 metabolit yang tak teridentifikasi. ''Arecoline'' yang tak berubah terdiri dari 0,3–0,4%, arecaidine 7,1–13,1%, arecoline N-oxide 7,4–19%, dan N-methylnipecotic acid 13,5–30,3% dari dosis diekskresikan dalam urin 0-12 jam setelah pemberian ''arecoline.'' Arecaidine yang tidak berubah terdiri dari 15,1-23,0%, dan asam N-methylnipecotic 14,8%-37,7% dari dosis diekskresikan dalam urin 0-12 jam setelah pemberian arecaidine. Metabolit utama arecoline dan arecaidine, asam N-methylnipecotic, adalah metabolit baru yang timbul dari pengurangan ikatan rangkap karbon-karbon<ref>Giri, S., Idle, J. R., Chen, C., Zabriskie, T. M., Krausz, K. W., & Gonzalez, F. J. (2006). A metabolomic approach to the metabolism of the areca nut alkaloids arecoline and arecaidine in the mouse. ''Chemical research in toxicology'', 19(6), 818–827. doi:10.1021/tx0600402</ref>.