Douglas C-47 Skytrain: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
NaidNdeso (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
NaidNdeso (bicara | kontrib)
Baris 41:
 
=== C-47 Dakota di TNI AU ===
Tiga pesawat ini, termasuk salah satu alut sista yang diserahkan oleh [[Belanda]] kepada [[Indonesia]], ketika mereka mengakui kedaulatannya, dimana pada masa itu, kekuasaannya diserahkan kepada negara [[Republik Indonesia Serikat]] sejak tanggal [[27 Desember]] [[1949]].{{Sfn|Saragih|2019|p=29}} Berdasarkan Surat Perintah [[KASAU]] No. 0493,Pr/KSAU/50 tanggal [[1 Agustus]] [[1950]], ia ditempatkan di [[Skadron Udara 2]] yang berkedudukan di [[Pangkalan Udara Andir]] ([[Pangkalan Udara Andir|PU Andir]]), di [[Bandung]]. Pada saat itu para penerbangnya hanyalah{{Sfn|Saragih|2019|p=31 - 37}} :
 
* [[LU (Letnan Udara) I]] Sudarjono
Baris 48:
* [[LU II]] Sjamsudin Noor
 
Pada [[1 Januari]] [[1951]], nama [[Skadron Udara 2]] yang tadinya berkedudukan di [[Pangkalan Udara Andir|PU Andir]], [[Bandung]] dipindahkan ke [[Pangkalan Udara Cililitan]] yang selanjutnya membawahi semua pesawat Dakota termasuk yang tadinya ada di [[Skadron Udara 1]]. Sedangkan mantan [[Skadron Udara 2]] yang di [[Pangkalan Udara Andir|PU Andir]], dirubah menjadi [[Dinas Angkutan Udara Militer|Skadron Dinas Angkutan Udara Militer]] ([[Daum (taksaka)|DAUM]]).{{Sfn|Saragih|2019|p=31 - 3732}} [[Daum (taksaka)|DAUM]] dengan pesawat C-47 Dakota bertugas kesebagai penerbangan reguler, menjelajah ke seluruh Pangkalan Udara [[AURI]] untuk menjaga kontinuitas pasokan logistik, sehingga ia juga berfungsi sebagai jembatan udara nusantara untuk menyatukannya.{{Sfn|Saragih|2019|p=31 - 3732}}
 
==== Operasi ====
Pesawat ini hingga paruh akhir [[1950-an]], menjadi satu-satunya pesawat transportasi udara militer dan tulang punggung untuk pergeseran pasukan dan logistik ke garis depan.
 
===== Operasi militer penumpasan pemberontakan organisasi Republik Maluku Selatan (RMS) =====
Pesawat ini juga pernah mendukung operasi militer penumpasan [[RMS|Organisasi Republik Maluku Selatan]] ([[RMS]]). Salah satu tugasnya adalah mempersiapkan Pangkalan Udara Kendari sebagai pangkalan aju, dimana untuk itu diterbangkan pesawat ini dengan nomor ekor T-457 dari [[Bandar Udara Halim Perdana Kusuma|Pangkalan Udara Cililitan]] menuju [[Kendari]]. Pesawat ini dipiloti LU I Sudarjono dan LU I Sutardjo Sigit, yang bertujuan membantu pergeseran pasukan dan logistik. Pesawat ini mendarat pertama kali pada [[14 Juli]] [[1950]] di Pulau [[Buru]] dimana 2 hari kemudian [[Namlea, Buru|Namlea]] berhasil diduduki oleh [[Panglima Tentara Nasional Indonesia|Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat]] ([[Panglima Tentara Nasional Indonesia|APRIS]]), yaitu gabungan antara [[Angkatan Perang Republik Indonesia]] dengan [[Knil|K]]NIL.{{Sfn|Saragih|2019|p=3133}} Dengan direbutnya [[Namlea, Buru|Namlea]], maka [[Panglima Tentara Nasional Indonesia|APRIS]], memiliki pangkalan udara yang bisa dipakai sebagai pangkalan aju. Pada [[September]] [[1950]], diadakan uji coba pendaratan dengan C-47 37Dakota untuk memastikan kelayakan pangkalan, dimana pesawat ini diterbangkan oleh [[Kapten Udara]] Noordraven. Setelah kondisi aman, barulah mendarat pesawat-pesawat pembom [[B-25 Mitchell]]. Pangkalan ini menjadi sangat penting sebagai pangkalan aju atau pangkalan terdepan, karena dari tempat ini, akan lebih mudah untuk mengepung kota [[Kota Ambon|Ambon]] dari pelbagai arah. Dalam hal ini pesawat ini bertugas untuk mendukung pasokan logistik dan pasukan.{{Sfn|Saragih|2019|p=33}}
 
===== Operasi militer penumpasan pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) =====
Dalam operasi ini, pesawat ini juga bertugas untuk mensuplai logistik lewat udara dikarenakan tidak memungkinkan melalui jalan darat.{{Sfn|Saragih|2019|p=34}}
 
===== Operasi militer penumpasan pemberontakan PRRI/Permesta =====
Dalam operasi militer ini, C-47 Dakota merupakan bagian dari operasi gabungan, dimana ia bertugas untuk memberikan perlindungan udara (air cover), dan juga pasokan logistik serta pasukan. Dalam operasi tersebut, andilnya cukup besar dengan menerjunkan Pasukan Gerak Tjepat (PGT) AURI dan RPKAD dan mereka tergabung dalam tim Komando X Ray dipimpin oleh LU (Letnan Udara) Sugiri Sukani, sehingga TNI mengusai lapangan terbang Simpang Tiga, Pekanbaru pada 12 Maret 1958. Begitu juga lapangan terbang Polonia, Medan berhasil dikuasai pada 17 Maret 1958. Penguasaan kedua lapangan terbang ini membuat pihak pemberontak tidak bisa mempergunakannya sebagai lapangan aju. Tercatat tidak kurang dari 26 pesawat C-47 Dakota dikerahkan ke Tanjung Pinang, sebagai pangkalan aju.{{Sfn|Saragih|2019|p=35}}
 
==Pengguna==