Sultan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 7:
Sultan juga kerap disamakan dengan [[Raja (gelar)|raja]] (ملك, ''malik''). Meski sama-sama merujuk kepada kepala monarki, sultan memiliki konotasi agama Islam di dalamnya sehingga tidak sepenuhnya dapat disamakan. Dalam penggunaannya di dunia internasional, biasanya sultan tidak diterjemahkan menjadi 'raja' dalam berbagai bahasa setempat, tetapi diserap apa-adanya.
 
Meski kerap diidentikan dengan seorang laki-laki yang menjadi kepala monarki Muslim di suatu negara Muslim, sultan juga pernah secara resmi digunakan oleh wanita yang menjadi kepala monarki Muslim, meski secara bahasa, sultan memiliki bentuk wanita, yakni sultanah. Di Kesultanan Utsmani, sultan juga digunakan tidak hanya untuk kepala negara saja, tetapi juga kerabatnya, dengan laki-laki menyandang gelar tersebut di depan nama dan perempuan di belakang nama.
 
== Etimologi ==
Baris 49:
 
=== Sultan dan raja ===
Sultan kerap disepadankan dengan [[Raja (gelar)|raja]] (ملك, ''malik'') lantaran keduanya sama-sama merujuk kepada kepala monarki. Meski demikian, gelar sultan memiliki kandungan keislaman di dalamnya sehingga hanya penguasa Muslim yang dapat menyandang gelar ini.<ref name="Montgomery2004">{{cite book|author=James Edward Montgomery|title=ʻAbbasid Studies: Occasional Papers of the School of ʻAbbasid Studies, Cambridge, 6-10 July 2002|url=https://books.google.com/books?id=VHZXeOs_xYsC&pg=PA83|year=2004|publisher=Peeters Publishers|isbn=978-90-429-1433-9|pages=83}}</ref><ref name="Kassis1999">{{cite book|author=Riad Aziz Kassis|title=The Book of Proverbs and Arabic Proverbial Works|url=https://books.google.com/books?id=_zvXrQ7W7PEC&pg=PA65|year=1999|publisher=BRILL|isbn=90-04-11305-3|pages=65}}</ref> Hal ini berbeda dengan gelar raja yang lebih cenderung netral dan sekuler. Dengan demikian, sultan tidak dapat disamakan dengan raja secara mutlak, meski memang ada beberapa persamaan di antara keduanya. Dalam penggunaannya di dunia internasional, biasanya sultan tidak diterjemahkan menjadi 'raja', tetapi diserap apa-adanya dengan sedikit perubahan dalam dialek penduduk yang bersangkutan.
 
Dalam beberapa dekade terakhir, beberapa kepala monarki Muslim mengganti gelar sultan yang mereka sandang, menggantinya dengan 'raja'. Salah satu contohnya adalah [[Maroko]] yang melakukan pergantian gelar ini pada 1957.