The Lamb Lies Down on Broadway: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
 
Baris 19:
 
== Premis ==
Album ini bercerita mengenai sebuah cerita surrealis dari seorang anak muda jahat asal [[Puerto Rico]] bernama Rael. Rael tinggal di [[New York]] dan melalui kehidupan bawah tanah yang penuh dengan bahaya-bahaya yang mengerikan demi menyelamatkan adiknya yang bernama John. Beberapa peristiwa dan nama tempat yang disebutkan dalam album ini berasal dari mimpi Peter Gabriel. Dalam film dokumenter yang dirilis tahun 1991, “Genesis: A History”, [[Phil Collins]] mengatakan “ini adalah cerita tentang sebuah pribadi yang terpisah” (merujuk pada penampilan live lagu “It”). Dalam konteks ini, Rael meyakini bahwa dia selain sedang mencari John, juga sebenarnya dia sedang mencari bagian yang hilang dari dirinya sendiri. Lagu-lagu dalam album ini banyak menyindir mitologi, revolusi seksual, periklanan, dan konsumerisme. Lagu “The Lamb Lies Down on Broadway” , “The Carpet Crawlers”, dan “In The Cage” adalah lagu-lagu yang menjadi favorit dari band ini untuk dibawakan secara live di konser-konser mereka. “In The Cage” dan “The Carpet Crawlers” temasuk dalam daftar lagu yang dibawakan Genesis dalam tur “Turn It On Again: The Tour” pada tahun 2007, dengan lagu “The Carpet Crawlers” sebagai lagu penutup dalam konser tersebut.
 
== Latar belakang ==
Baris 29:
Di Majalah Q and Mojo Special Edition ''Pink Floyd and The Story of Prog Rock'', album ini menduduki peringkat 14 dalam daftar “40 cosmic rock albums”.
 
Album ini juga menduduki peringkat kesembilan dalam daftar yang dirilis majalah ''Uncut'' bertajuk “10 album konsep terbaik”. Oleh majalah tersebut, album ini dideskripsikan sebagai sebuah album yang sangat berkesan dan berpengaruh , serta mengandung unsur teatrikal yang murni (dalam artian positif) dan merupakan karya Gabriel yang terbaik.
 
Lirik yang padat dan musikalitas yang kompleks yang terkandung dalam album ini menjadi pokok pembahasan dalam sebuah buku yang ditulis oleh Kevin Holm-Hudson, seorang profesor di bidang teori musik. Holm-Hudson menulis “...''The Lamb'' hadir sebagai salah satu karya seni yang paling kaya akan kreativitas di era 70-an”.