Kabupaten Majalengka: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Bagian selatan Kecamatan Cigasong bergelombang
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 105:
* Batas di sebelah Selatan laut.
* Namun di sebelah Utara diperkirakan tidak meliputi wilayahnya karena telah dikuasai oleh Cirebon.
[[Berkas:Tijdschrift voor neërlands indie.jpg|al=Buku "Tijdschrift voor neërlands indie" membahas Sindangkasih Majalengka|jmpl|Buku "Tijdschrift voor neërlands indie" membahas Sindangkasih Majalengka|pra=Special:FilePath/Tijdschrift_voor_neërlands_indie.jpg]]
Berdasarkan data surat dari Rangga Gempol III di atas, menunjukan data bahwa wilayah Sindangkasih (Majalengka kota sekarang) adalah bagian dari [[Kerajaan Sumedang Larang]].
 
Baris 124:
 
Sebagai pengganti Adipati Arya Kiban ditunjuk Arya mangkubumi, Demang Jaga Patih, Demang Raksa Pura, dan dibantu oleh Patih Loa dan [[Dempu Awang]] keduanya berasal dari dataran Cina. Syeh Syarif Hidayatulloh melihat Kerajaan Rajagaluh berkesimpulan bahwa prajurit Cirebon tidak akan mampu menaklukan Rajagaluh kecuali dengan taktik yang halus. Hal ini mengingat akan kesaktian Prabu Cakraningrat. Akhirnya Syeh Sarif Hidayatulloh mengutus 3 (tiga) orang utusan yakni Syeh Magelung Sakti, Pangeran Santri, Pangeran Dogol serta diikut sertakan ratusan Prajurit. Pengiriman utusan dari Cirebon dengan segera dapat diketahui oleh Prabu Cakra Ningrat, beliaupun segera menugaskan patih Loa dan Dempu Awang untuk menghadangnya. Saat itupun terjadilah pertempuran sengit, tetapi prajurit Cirebon dapat dipukul mundur, Melihat prajurit Cirebon kucar-kacir maka majulah Syeh Magelung Sakti, Pangeran Santri dan Pangeran Dogol, terjadilah perang tanding melawan Patih Loa dan Dempu Awang. Perang tanding tidak kunjung selesai karena kedua belah pihak seimbang kekuatannya, yang akhirnya pihak Cirebon mundur dari daerah Rajagaluh.
[[Berkas:Batu Jangkung Rajagaluh.jpg|al=Situ Batu Jangkung peninggalan kerajaan Rajagaluh|jmpl|Situ Batu Jangkung peninggalan kerajaan Rajagaluh|pra=Special:FilePath/Batu_Jangkung_Rajagaluh.jpg]]
Prajurit Cirebon terus menerus berupaya menyerbu kota Rajagaluh. Pertahanan Rajagaluh semakin lemah sehingga Rajagaluh mengalami kekalahan. Prabu Cakra Ningrat sendiri melarikan diri. Sementara anaknya Nyi Putri Indangsari tidak ikut serta dengan ayahnya, Ia pergi kesebelah utara sekarang di kenal dengan Desa Cidenok. Di Cidenok Nyi Putri tidak lama, ia teringat akan ayahnya. Nyi Putri sadar apapun kesalahan yang dilakukan oleh Sang Prabu Cakra Ningrat, sang Prabu adalah ayah kandungnya yang sangat ia cintai, iapun berniat menyusul ayahnya, tetapi ditengah perjalanan Nyi Putri dihadang oleh prajurit Cirebon yang dipimpin oleh Pangeran Birawa. Nyi Putri dan pengawalnya ditangkap kemudian diadili. Pengadilan akan membebaskan hukuman bagi Nyi Putri dengan syarat mau masuk islam. Akhirnya semua pengawalnya masuk islam tapi Nyi Putri sendiri menolaknya, maka Nyi Putri Indangsari ditahan disebuah gua. Alkisah menghilangnya Adipati Arya Kiban yang cukup lama akibat kekalahannya oleh Adipati Awangga saat perang tanding, ia timbul kesadarannya untuk kembali ke Rajagaluh untuk menemui Prabu Cakra Ningrat untuk meminta maaf atas kesalahannya. Namun yang ia dapatkan hanyalah puing-puing kerajaan yang sudah hancur luluh. Ia menangis sedih penuh penyesalan. Ia menrenungkan nasibnya dipinggiran kota Rajagaluh. Tempat tersebut sekarang dikenal dengan Batu Jangkung (batu tinggi). Ditempat itu pula akhirnya Adipati Arya Kiban ditangkap oleh prajurit Cirebon, kemudian ditahan/dipenjarakan bersama Nyi Putri Indangsari disebuah gua yang dikenal dengan Gua Dalem yang berada di daerah Kedung Bunder, Palimanan. Dikisahkan bahwa Nyi Putri Indangsari dan Adiapti Arya Kiban meninggal di gua tempat ia dipenjarakan (Gua Dalem), kisah lain keduanya mengilang.<ref>{{Cite web|url=http://kknm.unpad.ac.id/singawada/2013/02/12/sejarah-desa-rajagaluh/|title=sejarah desa rajagaluh : : Blog Desa Singawada|website=kknm.unpad.ac.id|access-date=2018-04-04}}</ref>
 
Baris 155:
Morfologi dataran rendah yang meliputi [[Kadipaten, Majalengka|Kecamatan Kadipaten]], [[Kasokandel, Majalengka|Kasokandel]], [[Panyingkiran, Majalengka|Panyingkiran]], [[Dawuan, Majalengka|Dawuan]], [[Jatiwangi, Majalengka|Jatiwangi]], [[Sumberjaya, Majalengka|Sumberjaya]], [[Ligung, Majalengka|Ligung]], [[Jatitujuh, Majalengka|Jatitujuh]], [[Kertajati, Majalengka|Kertajati]], [[Cigasong, Majalengka|Cigasong]], [[Majalengka, Majalengka|Majalengka]], [[Leuwimunding, Majalengka|Leuwimunding]] dan [[Palasah, Majalengka|Palasah]]. Kemiringan tanah di daerah ini antara 5%-8% dengan ketinggian antara 20–100 m di atas permukaan laut (dpl), kecuali di [[Kecamatan Majalengka]] tersebar beberapa perbukitan rendah dengan kemiringan antara 15%-25%.
 
Morfologi berbukit dan bergelombang meliputi [[Rajagaluh, Majalengka|Kecamatan Rajagaluh]] dan [[Sukahaji, Majalengka|Sukahaji]] sebelah Selatan, [[Cigasong, Majalengka|Cigasong]] Sebelahsebelah selatan, [[Maja, Majalengka|Kecamatan Maja]], sebagian [[Majalengka, Majalengka|Kecamatan Majalengka]]. Kemiringan tanah di daerah ini berkisar antara 15-40%, dengan ketinggian 300–700 m dpl.
 
Morfologi perbukitan terjal meliputi daerah sekitar [[Gunung Ciremai]], sebagian kecil Kecamatan [[Rajagaluh, Majalengka|Rajagaluh]], [[Argapura, Majalengka|Argapura]], [[Sindang, Majalengka|Sindang]], [[Talaga, Majalengka|Talaga]], sebagian Kecamatan [[Sindangwangi, Majalengka|Sindangwangi]], [[Cingambul, Majalengka|Cingambul]], [[Banjaran, Majalengka|Banjaran]], [[Bantarujeg, Majalengka|Bantarujeg]], [[Malausma, Majalengka|Malausma]] dan [[Lemahsugih, Majalengka|Lemahsugih]] dan [[Cikijing, Majalengka|Kecamatan Cikijing]] bagian Utara. Kemiringan di daerah ini berkisar 25%-40% dengan ketinggian antara 400–2000 m di atas permukaan laut.