Creative Commons: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Sejarah: Perbaikan kesalahan pengetikan dan isitilah yang digunakan. Penambahan substansi dengan gaya bahasa yang lebih sederhana. Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k Kesalahan penulisan dan substansi yang lebih akurat tentang sejarah creative commons Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 28:
== Sejarah ==
Creative Commons, didirikan oleh profesor hukum dari [[Universitas Stanford]], [[Lawrence Lessig]], bersama dengan rekan-rekannya dari [[Institut Teknologi Massachusetts]], [[Universitas Harvard]], [[Universitas Duke]], dan [[Universitas Villanova]] pada tahun [[2001]].<ref name="cc1">{{en}} [http://www.sfgate.com/news/article/All-Hail-Creative-Commons-Stanford-professor-2874018.php All Hail Creative Commons / Stanford professor and author Lawrence Lessig plans a legal insurrection], ''SF Gate''. Diakses pada 24 Oktober 2011.</ref> Dengan Creative Commons, Profesor Lessig menyediakan seperangkat lisensi hak cipta terbuka untuk digunakan oleh publik. Seorang pencipta yang bersedia untuk melepaskan karyanya di bawah lisensi Creative Commons (CC) dapat mengunjungi [
Lisensi CC tersedia dalam bentuk piktogram, teks ringkas, dan teks lengkap (legal code). Untuk mengakomodasi kebutuhan di ranah digital, ketiga bentuk tersebut sengaja dirancang untuk dapat terbaca oleh mesin (machine readable). Penerapan lisensi CC dapat dilaksanakan secara mandiri langsung oleh Pencipta atau Pemegang Hak Cipta, sebagai pemberi lisensi (licensor). Pemberi lisensi dapat langsung menempelkan ketentuan lisensi yang dikehendaki dengan memanfaatkan kemampuan terbaca mesin lisensi CC, atau menempelkannya secara manual dengan mengunduh piktogram-piktogram tersebut. Sementara itu, pengguna yang sedang mencari konten untuk dapat dimanfaatkan secara bebas dan legal dapat mengunjungi situs Creative Commons dan menemukan karya berlisensi CC dengan menggunakan mesin pencari atau direktori di sana.
Creative Commons telah menarik beberapa respon positif dan semakin populer. 145 juta karya per Juni 2006 (Rohter, 2006). Banyak berita telah ditulis tentang keberhasilan penggunaan lisensi CC (misalnya, Chmielewski, 2004; "Gerakan Berusaha," 2004; Rohter, 2006). Sejumlah peneliti juga mencatat potensi Creative Commons untuk melayani kepentingan publik (Gasaway, 2003; Jones, 2004; Merges, 2004, O'Hara, 2003; Reichman & Uhlir, 2003; Stoeltje, 2004, Wagner, 2003) .
Creative Commons berusaha menyelesaikan konflik seputar hukum hak cipta di era [[digital]]. Ada dua visi bersaing dari dasar-dasar hukum hak cipta: visi kepemilikan pribadi dan visi kebijakan publik. Visi kepemilikan pribadi begitu disebut karena mereka yang mendukung itu percaya bahwa hak cipta berasal sebagai hak milik yang timbul secara alamiah. Pencipta yang membuat karya asli berhak untuk memiliki hak milik atas pekerjaan mereka. Penekanan visi milik pribadi adalah pada kepentingan pribadi pencipta dalam mengendalikan penggunaan karya cipta sebagai milik mereka. Visi kebijakan publik, sebaliknya, menekankan hak cipta secara historis berkembang sebagai insentif dalam bentuk monopoli terbatas yang bertujuan menstimulus para pencipta
Kedua
Pendukung visi kebijakan publik berharap bahwa teknologi digital akan meningkatkan proses produksi, berbagi, dan berkolaborasi terhadap produk budaya (misalnya, Benkler, 2000; Kranich, 2004). Hukum hak cipta kontemporer telah menjadi begitu ketat sehingga berisiko menghambat pengembangan kreativitas dan inovasi. Sebagai contoh, Samuelson (nd) menyatakan bahwa industri besar berbasis hak cipta hari ini, takut kehilangan kontrol atas materi berhak cipta karena perkembangan teknologi. Mereka melobi pembuat Undang-Undang untuk mendapatkan lebih banyak kontrol atas konsumen dibandingkan mereka yang pernah miliki sebelumnya.
Kelahiran Creative Commons erat kaitannya dengan kekhawatiran bahwa upaya pemegang hak cipta untuk melindungi kepemilikan hak cipta mereka mengancam kebebasan berekspresi publik. Lessig, mencatat perubahan bahwa hukum hak cipta telah mendorong (2004b), pergeseran dari "budaya bebas" ke arah budaya yang membatasi dengan izin (2004a). Ketika berkata budaya bebas, maksudnya bebas dalam arti "kebebasan" bukan dalam arti "gratis". Kebebasan yang dimaksud adalah publik dapat memiliki kebebasan untuk membuat, membagikan, menggunakan karya untuk berkontribusi dan menghasilkan lebih banyak
Meskipun Creative Commons disarankan oleh pendukung visi kebijakan publik, tampaknya Crrative Commons belum sepenuhnya berpotensi untuk menyelesaikan konflik mendidih antara dua visi hukum hak cipta.<ref name="Boyle">{{en}}Boyle, J. (2004). A manifesto on WIPO and the future of intellectual property. Duke Law & Technology Review, 2004 (0009) http://www.law.duke.edu/journals/dltr/articles/2004dltr0009.html.</ref> Retrieved October 20, 2004
== Metodologi ==
|