Senen, Jakarta Pusat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
Baris 24:
 
== Seniman Senen ==
Pada akhir dekade 1930-an, kawasan Senen mulai didatangi oleh anak-anak muda dari seantero Nusantara. Kebanyakan di antara mereka adalah mahasiswa, aktivis, dan pejuang bawah tanah. Di samping itu terdapat pula para pemain sandiwara, pemain musik, pembuat puisi, dan penulis cerita, yang kemudian hari lebih dikenal dengan sebutan "Seniman Senen". Di antara para seniman itu adalah [[Chairil Anwar]]. Dia kerap mondar-mandir, mencari inspirasi dan menulis sajak di pinggiran Stasiun Senen.<ref>Aulia A. Muhammad, Bayang baur sejarah: sketsa hidup penulis-penulis besar dunia, Chairil Anwar : Potret Lusuh Seorang Sastrawan, 2003</ref> [[Djamaluddin Malik]] juga merupakan seniman Indonesia yang tumbuh dan besar di kawasan Senen. Di antara para seniman Senen, Djamaluddin dikenal sebagai seorang yang dermawan. Dia menjadi bos atau raja seniman Senen.<ref>Republika.co.id http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/khazanah/08/09/21/7629-h-djamaluddin-malik-tokoh-sineas-dari-nahdlatul-ulama</ref> Selain nama-nama di atas, para seniman Senen yang kelak menjadi orang-orang sukses antara lain [[Usmar Ismail]], [[Misbach Yusa Biran]], [[Delsy Syamsumar]], [[Sobron Aidit]], [[Soekarno M. Noer]], [[Wim Umboh]], dan [[Wolly Sutinah]].
 
Dipilihnya Pasar Senen menjadi tempat berkumpulnya para seniman, dikarenakan dekatnya kawasan tersebut dengan [[Gedung Kesenian Jakarta]] dan studio film Golden Arrow. Dan dari sini juga, orang bisa mencapai segala penjuru Jakarta dengan biaya amat murah. Pada era 1950-an, tempat kumpul paling ternama adalah kedai Masakan Padang "Ismail Merapi". Di tempat ini, tak hanya para seniman saja yang berkumpul, tetapi juga para pencatut, preman, dan gelandangan. Disini mereka berbaur, hidup dengan penuh kedamaian, dan harmonis.<ref>Misbach Yusa Biran, Keajaiban di Pasar Senen, 2008</ref>