Mangga Dua Selatan, Sawah Besar, Jakarta Pusat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
Baris 19:
 
Sampai dengan tahun 2016, jumlah penduduk kelurahan ini adalah sebanyak 34.944 jiwa, terdiri dari 17.877 orang laki-laki dan
17.067 orang perempuan. Kepadatan penduduk rata-rata adalah 271 orang perhektare.<ref name=bps/>{{rp|45}} Mata pencaharian warga kelurahan ini kebanyakan adalah pedagang (12.776 orang), pegawai swasta (10.030 orang), serta pegawai negeri dan tentara (7.053 orang).<ref name=bps>BPS Jakarta Pusat (2017). [https://jakpuskota.bps.go.id/backend/pdf_publikasi/Kecamatan-Sawah-Besar-Dalam-Angka-2017.pdf ''Kecamatan Sawah Besar Dalam Angka 2017'']. Jakarta: Badan Pusat Statistik Kota Administrasi Jakarta Pusat. ISSN : 0852-2189.</ref>{{rp|51}}
 
Kelurahan Mangga Dua Selatan memiliki [[kode pos]] 10730.
Baris 29:
Namun, upaya untuk memilah-milah dan memisahkan aneka suku bangsa yang tinggal di Batavia dan sekitarnya itu terbilang gagal.<ref name=kompas/>{{rp|58}} Berselang dua puluhan tahun, sebagaimana dicatat oleh [[Cornelis Chastelein|Chastelein]] dan juga [[Frederik de Haan|de Haan]], pada awal abad ke-18 Kampung Manggadua telah diramaikan oleh pelbagai suku bangsa yang tinggal berbaur di sini, termasuk di antaranya suku-suku [[Bali]], [[Jawa]], dan [[Cina]]. Nama kampung ini berasal dari dua batang pohon [[mangga]] yang besar, yang tumbuh di dekatnya.<ref name=hendrik>{{aut|Niemejer, H.}} (2012). ''Batavia: masyarakat kolonial Abad XVII''. Jakarta: Masup Jakarta. xiv+449 hlm. ISBN 978-602-96256-7-7.</ref>{{rp|100}}
 
Pada masa-masa selanjutnya, Kampung Manggadua berkembang menjadi permukiman yang banyak dihuni oleh orang-orang Jawa; meski suku lain pun turut bertambah banyak. Sebuah masjid tua pernah berdiri di sini, dikitari oleh pekuburan yang luas, konon dibangun pada tahun 1841. Kini disebut [[Masjid Nurul Abrar, Mangga Dua|Masjid Nurul Abrar]], Masjid Nurul Abror, atau Masjid Manggadua, tempat ibadah ini dipugar total pada tahun 1986, dengan menyisakan empat tiang utama (''soko guru'') yang masih asli. Makam-makam yang sekarang ada di dalam dan di sekitarnya mencerminkan bahwa memang Kampung Manggadua telah lama ditinggali oleh berbagai suku bangsa. Di antaranya, makam Sayid Abubakar bin Sayid Aluwi dan makam Bahsan Jamalulail (suku [[Arab]]), serta makam Rd. Tumenggung Anggakusumah Dalem-Gadjah (suku [[Sunda]]). Seorang dari keluarga [[Kesultanan Banten]] pun tercatat pernah tinggal di sini, yakni Pangeran Ratu Bagus Urip Mohammad (wafat 1685).<ref name=heuken>{{aut|[[Adolf Heuken|Heuken, A.]]}} (2016). ''Tempat-tempat bersejarah di Jakarta''. Ed. ke-8. Jakarta :Cipta Loka Caraka.</ref>{{rp|215-6,}}<ref>Liputan 6: [http://news.liputan6.com/read/147677/masjid-nurul-abrar-terhimpit-di-tengah-kota ''Masjid Nurul Abrar terhimpit di tengah kota], berita 17 Sep 2007, 09:30 WIB. Diakses 28/X/2017.</ref>
 
== Angkutan umum ==