Lapangan Ikada: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Perancis +Prancis)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 5:
Ikada sendiri merupakan singkatan dari '''Ikatan Atletik Djakarta'''. Di sekitar kawasan tersebut terdapat sejumlah lapangan sepak bola milik klub sepak bola era 1940-an dan 1950-an seperti ''Hercules'', ''VIOS'' (''Voetbalbond Indische Omstreken Sport'') dan ''BVC'', yang merupakan kesebelasan papan atas kompetisi ''BVO'' (''Batavia Voetbal Organisatie''). Setelah kemerdekaan, kesebelasan tersebut digantikan oleh [[Persija]]. Selain lapangan sepak bola, di sekitarnya terdapat pula lapangan hoki dan lapangan pacuan kuda untuk militer kavaleri.
 
Sebelum Stadion [[Gelanggang Olahraga Bung Karno|Gelora Bung Karno]] selesai dibangun untuk menyambut [[Pesta Olahraga Asia 1962|Asian Games IV]] tahun 1962, Ikada merupakan tempat latihan dan pertandingan PSSI. Pada acara [[Pekan Olahraga Nasional]] (PON) ke-2 tahun 1952, dibangun '''Stadion Ikada''' oleh pelopor arsitektur modern Indonesia [[Liem Bwan Tjie]] di sebelah selatan lapangan ini.
 
Lapangan ini pada awalnya oleh Gubernur-Jenderal Herman William Daendels (1818). Mula-mula bernama ''Champ de Mars'' karena bertepatan penaklukan Belanda oleh Napoleon Bonaparte. Ketika Belanda berhasil merebut kembali negerinya dari Prancis, namanya diubah menjadi ''Koningsplein'' (Lapangan Raja). Sementara rakyat lebih senang menyebutnya Lapangan Gambir, yang kini diabadikan untuk nama stasiun kereta api di dekatnya.