Kerajaan Talaga Manggung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k ibukota → ibu kota
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
Baris 33:
 
'''Kebataraan Gunung Sawal'''.
Pendiri Kerajaan Panjalu adalah Batara Tesnajati yang petilasannya terdapat di Karantenan Gunung Sawal. Mengingat gelar Batara yang disandangnya, maka kemungkinan besar pada awal berdirinya Panjalu. Besar kemungkinan setelah berakhirnya periode [[Kabataraan Galunggung]] itu kekuasaan kabataraan di Kemaharajaan Sunda dipegang oleh Batara Tesnajati dari [[Karantenan Gunung Sawal]] [[Panjalu]]. Adapun para batara yang pernah bertahta di Karantenan Gunung Sawal adalah :
* Batara Tesnajati
* Batara Layah dan
Baris 79:
 
==== Pemerintahan Batara Gunung Picung ====
Kerajaan Hindu di Talaga berdiri pada abad XIII Masehi, Raja tersebut masih keturunan Ratu [[Galuh]] bertahta di [[Ciamis]], dia adalah putera V, juga ada hubungan darah dengan raja-raja di [[Pajajaran]] atau dikenal dengan Raja Siliwangi. Daerah kekuasaannya meliputi [[Talaga, Majalengka|Talaga]], [[Cikijing, Majalengka|Cikijing]], [[Bantarujeg, Majalengka|Bantarujeg]], [[Lemahsugih, Majalengka|Lemahsugih]], [[Maja, Majalengka|Maja]] dan sebagian Selatan Majalengka. Pemerintahan Batara Gunung Picung sangat baik, agama yang dipeluk rakyat kerajaan ini adalah agama Hindu. Pada masa pemerintahaannya pembangunan prasarana jalan perekonomian telah dibuat sepanjang lebih 25 Km tepatnya Talaga - Salawangi di daerah Cakrabuana. Bidang Pembangunan lainnya, perbaikan pengairan di Cigowong yang meliputi saluran-saluran pengairan semuanya di daerah Cikijing. Tampuk pemerintahan Batara Gunung Picung berlangsung dua windu. Raja berputera enam orang yaitu :
 
* Sunan Cungkilak,
Baris 110:
 
==== Pemerintahan Rangga Mantri atau Prabu Pucuk Umum ====
Dari pernikahan Raden Rangga Mantri dengan Ratu Parung (Ratu Sunyalarang putri ''Sunan Parung'', saudara sebapak ''Ratu Pucuk Umun'' suami [[Pangeran Santri]]) melahirkan enam orang putera yaitu Prabu Haurkuning, [[Sunan Wanaperih]], Dalem Lumaju Agung, Dalem Panuntun, Dalem Panaekan. Akhir abad XV Masehi, penduduk Majalengka telah beragama Islam. Dia sebelum wafat telah menunjuk putera-puteranya untuk memerintah di daerah-daerah kekuasaannya, seperti halnya : [[Sunan Wanaperih]] memegang tampuk pemerintahan di Walagsuji; Dalem Lumaju Agung di kawasan Maja; Dalem Panuntun di Majalengka sedangkan putera pertamanya, Prabu Haurkuning, di Talaga yang selang kemudian di Ciamis. Kelak keturunan dia banyak yang menjabat sebagai Bupati.Sedangkan dalem Dalem Panaekan dulunya dari Walangsuji kemudian berpindah-pindah menuju Riung Gunung, Sukamenak, Nunuk Cibodas dan Kulur. Prabu Pucuk Umum dimakamkan di dekat Situ Sangiang Kecamatan [[Talaga, Majalengka|Talaga]].
 
==== Pemerintahan Sunan Wanaperih ====
Terkenal [[Sunan Wanaperih]], di Talaga sebagai seorang Raja yang memeluk Agama Islam pun juga seluruh rakyat di negeri ini semua telah memeluk Agama Islam. Dia berputera enam orang, yaitu :
# Dalem Cageur,
# Dalem Kulanata,
Baris 127:
== Situs Dan Budaya Nunuk Baru, sejarah berdirinya Kerajaan Talaga Manggung ==
Desa<nowiki> </nowiki>[[Nunuk Baru, Maja, Majalengka|Nunuk Baru]] berada di wilayah [[Maja, Majalengka|Kecamatan Maja]] di sebelah Selatan &nbsp;Kota [[Kabupaten Majalengka]], sekaligus bisa menjadi jalur Alternatif dari Kota Majalengka Menuju Kecamatan Talaga dan Kecamatan Bantarujeg.Di Desa Nunuk Baru sendiri banyak makom keramat yang erat hubunganya&nbsp;dengan sejarah Kerajaan Talaga Manggung
(sekarang Talaga) dan untuk kekinian adalah berdirinya Kota Majalengka, adapun Makam Keramat Tersebut di antaranya :
 
=== Makam Pajaten atau Pajatian ( Makam Ibu Arya Saringsingan ) &nbsp; ===