Kedokteran hewan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
Baris 22:
Berbagai penelitian [[arkeologis]] dan [[genetis]] menyatakan bahwa [[anjing]] adalah spesies hewan pertama yang didomestikasi oleh manusia. Hewan ini didomestikasi dari [[serigala]] sejak 15.000 tahun yang lalu. Sementara itu, bangsa [[Mesir]] kuno yang sangat menjunjung tinggi [[kucing]], diperkirakan melakukan domestikasi pada kucing pada tahun 8000 SM.
 
Ada beberapa poin penting yang harus dicatat sehubungan dengan proses domestikasi hewan :
 
# Seekor hewan dikatakan sebagai hewan domestik apabila ia mampu hidup, tinggal dan berkembang biak di lingkungan kehidupan manusia.
Baris 71:
Meskipun pengetahuan dan kemampuan para dokter hewan ”bumiputra” itu dinilai sangat memuaskan, tetapi pemerintah dalam hal ini Departemen Kepamongprajaan (Binnenlands Bestuur), berpendapat pendidikan dokter hewan perlu diselenggarakan secara intensif. Maka Direktur B.B lalu mengusulkan agar pendidikan dokter hewan ini diselenggarakan seperti halnya pendidikan ”Dokter Bumiputra” (Inlandsche Geneeskundige) pada STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen = Sekolah Dokter Djawa). Bahkan diusulkan pula agar pendidikan dasarnya disatukan saja dengan STOVIA. Meskipun usul ini pada prinsipnya disetujui oleh Menteri Urusan Jajahan (Minister van Kolonien) pada pemerintah Kerajaan di Negeri Belanda, tetapi karena keberatan yang sangat dari Direktur Departemen Pendidikan Keibadatan dan Kerajinan (Onderwijs, Eeredienst en Nijverheid) maupun dari Direktur STOVIA, usul tadi tidak jadi dilaksanakan.
 
Baru pada tahun 1907 ada perkembangan yang melincinkan jalan menuju pendidikan kedokteran hewan yang mantap. Atas usul Prof. Melchior Treub, Direktur Departemen Pertanian, Kerajinan dan Perdagangan (Landbouw, Nijverheid en Handel) Pemerintah mendirikan Laboratorium Veteriner (Veeartsenijkundig Laboratorium) yang telah lama direncanakan oleh Dr. de Does. Pada Laboratorium ini kemudian digabungkan kursus untuk mendidik dokter hewan bumiputra. Kursus ini dibuka pada bulan Mei 1907 (seingat Prof. Soeparwi, Dekan FKHP UGM, tanggalnya adalah 22 Mei) dengan nama : ”Cursus tot Opleiding van Inlandsche Veearstsen”. Lama pendidikan ditetapkan empat tahun, dan siswanya adalah lulusan HBS 3 tahun atau MULO (setingkat SMP sekarang) dan sekolah-sekolah lain pada waktu itu yang dianggap sederajat. Dua orang siswa pertamanya ternyata lulusan MLS (Middelbare Landbouwschool = Sekolah Pertanian Menengah Atas) yang sebenarnya setingkat dengan SMU. Oleh karenanya mereka langsung diterima ditingkat III.
 
Kursus ini mulanya ada di bawah pengawasan (superintendentie) Dr. Koningsberger, Kepala Kebun Raya dan Museum Zoologi Bogor. Pada tahun 1908 Dr. L de Blieck didatangkan dari Belanda untuk memimpim Laboratorium Veteriner, dan setahun kemudian (1909) dia diserahi pula memimpin kursus.
Baris 93:
Jurusan Kedokteran Hewan yang diasuh bersama oleh Universitas Airlangga Surabaya dan Pemda Jawa Timur. Namun Jurusan ini tidak dilanjutkan dan Universitas Airlangga mendirikan sendiri Fakultas Kedokteran Hewan pada tahun 1972, dengan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 055/0/1972 tertanggal 25 Maret 1972. Terakhir Universitas Udayana di Denpasar, membuka Program Studi Kedokteran Hewan pada tahun 1983, yang sebelumnya merupakan Jurusan Kedokteran Hewan, Fakultas Peternakan semenjak 1979. Program ini menginduk langsung kepada Rektor sambil menunggu memperoleh status sebagai fakultas. Status sebagai fakultas baru tercapai pada tahun 1997. [http://upikke.staff.ipb.ac.id/2012/12/27/sejarah-singkat-pendidikan-kedokteran-hewan-di-indonesia/ Link label]
 
Jumlah universitas yang memiliki fakultas atau program studi kedokteran hewan di [[Indonesia]] berjumlah 11 buah. Kesebelas universitas itu adalah :
 
# [[Universitas Syiah Kuala]] ([[Aceh]])