Muhammad Jalaluddinsyah III: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 4:
| access-date= 18 Mei 2019
| url= http://kebudayaan.sumbawakab.go.id/objek/id/5
}}</ref>
}}</ref><ref>https://docs.google.com/document/d/1UNfFvEMRH85RkynYkZdeaNotA6TssRse/edit</ref><ref>https://drive.google.com/file/d/1UNfFvEMRH85RkynYkZdeaNotA6TssRse/view?pli=1</ref><ref name="PemerintahanSultan1">{{cite web
Datu Raja Muda Daeng Maskuncir atau Maskuncir Datu Lolo Daeng Manassa yang telah dikukuhkan untuk mengganti sang ayah Sultan Amrullah akhirnya batal.
Peritiwa kebakaran hebat Istana Gunung Setia menjadi penyebab terjadinya depresi mental dimana beliau lebih memilih kehidupan spiritual daripada menjadi seorang sultan. Sehingga hal ini tidak memungkinkan untuk tetap dipertahankan guna dimahkotai sebagai sultan sumbawa. Sehingga pada saat Sultan Amrullah mangkat pada tanggal 23 agustus 1883, hasil mufakat pangantong limaolas memutuskan untuk memilih putra tertua dari Datu Raja Muda Daeng Maskuncir yakni Mas Madina Daeng Raja Dewa untuk dinobatkan sebagai Sultan Sumbawa. Mas Madina Daeng Raja Dewa saat dinobatkan bergelar Dewa Masmawa Sultan Muhammad Jalaluddinsyah III.
Pada masa Pemerintahan Beliau, didirikan Istana Dalam Loka yang hingga kini masih dapat kita saksikan hingga dewasa ini dan menjadi kebanggaan masyarakat Sumbawa.
Penataan bidang pemerintahan mendapat perhatian khusus dari Sultan Muhammad Jalaluddinsyah III. Beberapa kali sistem pemerintahan mengalami perubahan. Pada Tahun 1920 terjadi perubahan besar dalam sistem perintahan Kesultanan Sumbawa dimana penghapusan district menjadi onderdistrct dan kemudian beralih nama menjadi Kademungan. Dengan perubahan struktur ini maka Kedatuan dalam Kamutar Telu , Seran , Taliwang dan Jereweh dihapus pula dan berubah status menjadi Kademungan.
Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddinsyah III inilah meletus beberapa peperangan melawan Belanda antara lain Perang Sapugara yang dipimpin oleh La Unru Sinrang Dea Mas Manurung ( 1906 – 1908 ) dan Perang Baham dipimpin oleh Baham ( 1906 dan 1921 )
}}</ref><ref>https://docs.google.com/document/d/1UNfFvEMRH85RkynYkZdeaNotA6TssRse/edit</ref><ref>https://drive.google.com/file/d/1UNfFvEMRH85RkynYkZdeaNotA6TssRse/view?pli=1</ref><ref name="PemerintahanSultan1">{{cite web
| publisher= Universitas Teknologi Sumbawa
| title= Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Pemerintahan Sultan Bagian 1