Istana Presiden Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Zaini Suherly (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Zaini Suherly (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 6:
 
Istana Bogor jarang digunakan sebagai tempat kantor kepresidenan. Pernah digunakan ketika ada acara acara kenegaraan seperti Konfrensi Tingkat Tinggi [[APEC]] 1996. Sedangkan Istana Cipanas, Istana Tampaksiring dan Gedung Agung digunakan sebagai tempat peristirahatan atau acara acara informal kenegaraan.
 
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda,khususnya pada tahun [[1920]]-[[1930]]'an pusat pemerintahan yang berada di [[Batavia]] ([[Jakarta]]) dianggap tidak ideal khususnya dari segi pertahanan dan militer serta agar pemerintah Hindia Belanda dapat bertindak ''"lebih independen"''. Untuk itu dicari daerah yang dianggap cocok sebagai Ibukota pemerintahan selain Bogor. Pilihan tersebut jatuh ke kota [[Bandung]] ditambah letaknya yang strategis (dataran tinggi dengan ketinggian kurang lebih 709 meter diatas permukaan laut). Sehingga pemerintah Hindia Belanda membangun pusat pusat militer, pos dan telekomunikasi di sana ditambah mulai maraknya pusat pusat perdagangan di sana. Untuk mempersiapkan kota Bandung sebagai ibukota, dibangunlah [[Gedung Sate]], dan gedung lainnya seperti [[Gedung Merdeka]]. Namun karena dihalang-halangi oleh pemerintah [[Belanda]] di [Den Haag]] serta pecahnya [[Perang Dunia II]], rencana itu dibatalkan.