Eklektisisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
Baris 2:
'''Eklektisisme''' adalah sikap [[filsafat|berfilsafat]] dengan mengambil teori yang sudah ada dan memilah mana yang disetujui dan mana yang tidak sehingga dapat selaras dengan semua teori itu.<ref name="Bagus">{{id}}Lorens Bagus., ''Kamus Filsafat'', Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000, Hlm. 181-182,</ref> Hal ini dilakukan agar dapat mengambil nilai yang berguna dan dapat diterima. Dari sana diciptakan sistem terpadu.<ref name="Bagus"/> Para filsuf dengan sikap semacam ini membatasi usaha berpikirnya dengan menguji hasil karya intelektual orang lain, mengadakan penggabungan kebenaran-kebenaran tanpa usaha yang serius dalam berfilsafat.<ref name="Bagus"/> Eklektisisme mengarah kepada sinkretisme, dan dalam menggabungkan ide-ide yang ada kurang melihat konteks dan kesahihan ide.<ref name="Bagus"/> Para eklektikawan memandang upaya semacam ini adalah cara terbaik agar dapat memakai semua teori yang bernilai dan ini diterapkan dalam banyak bidang kehidupan.<ref name="Bagus"/> Misalnya dalam bidang [[pendidikan]], [[sosial]], [[politik]], [[masyarakat]] dan sebagainya.<ref name="Bagus"/>
 
Salah seorang warga [[Roma]] yang dapat digolongkan dalam filsafat ini adalah [[Cicero]] (106-43)SM.<ref name="bertens">{{id}} Kees Bertens., ''Ringkasan Sejarah Filsafat'', Yogyakarta : Kanisius, 1975</ref> Dia adalah seorang orator tersohor di Roma.<ref name="bertens"/> Tokoh lain misalnya [[Philo]] (25 SM - 50 M), seorang pemikir [[Yahudi]] dari [[Aleksandria]].<ref name="bertens"/> Pemikiran utamanya adalah mempertemukan dan mendamaikan agama Yahudi dengan pemikiran filsafat [[Yunani]] terutama [[Plato]].<ref name="bertens"/> Filsafat yang paling dekat dengan Eklektisisme adalan filsafat [[Stoa]] pada awal masehi. Sedangkan dalam Zaman [[Pencerahan]], tokoh yang tampak adalah [[Victor Cousin]] (1792-1867).<ref name="Bagus"/>
 
Bidang yang tampak juga dalam abad modern adalah [[arsitektur]] atau gaya bangunan.<ref name="Vletter"/> Sebagaimana terdapat di Belanda pada abad 20 yang membangun vila-vila dengan gaya [[romantisme]] abad 18.<ref name="Vletter"/> Namun hal ini tidak berlangsung lama, mereka kemudian berganti gaya bangunan menyesuaikan dengan iklim tropis dengan gaya indo [[Eropa]] yang sudah ada.<ref name="Vletter">{{id}}P. Nas, Martien de Vletter., ''Masa lalu dalam masa kini: arsitektur di Indonesia'', Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002, Hlm. 133</ref>