Wikipedia:Templat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Haryo Sumantri (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
k ←Suntingan Haryo Sumantri (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh HsfBot
Tag: Pengembalian
Baris 28:
<td width="25%">
 
===<center><big>Thoriqoh Shiddiqiyyah<[[/big>Umum/]]</center>===<!-- Table #1 -->
----
 
* Berita
Faham Shiddiqiyyah adalah faham tasawuf, faham kebersihan jiwa. Orang-orang Shiddiqiyyah adalah orang-orang tasawuf, orang-orang yang selalu menjaga kebersihan jiwanya. Jiwa harus dijaga dan dibersihkan dari sifat-sifat yang kotor, tercela, tak terpuji, dan diisi dengan sifat-sifat suci, bersih, terpuji, sebagaimana perintah Rasululloh di dalam hadits yang berbunyi,
 
''"Takholakuu bi akhlaaqillaah"'' artinya: "Berakhlaklah kamu semua dengan akhlaq-Nya Alloh"
 
Dan jiwa yang suci, bersih, terpuji itu harus dihayati, diresapi sampai menjadi kenyataan di dalam pergaulan sehari-hari, di masyarakat. Tanpa memiliki jiwa yang suci, bersih dan terpuji, tak mungkin kita bisa dekat, kenal dan taqwa kepada Alloh, biarpun ''dzikrulloh'' kita kerjakan sebanyak-banyaknya, tersebut di dalam Al Qur’an:
 
"Maka diilhamkan kepadanya sifat ''fujur'' dan sifat ''taqwa'', sungguh beruntung orang yang membersihkan jiwanya". (QS: Assyamsi: 8)
 
Oleh sebab itu mudah-mudahan Alloh SWT selalu melimpahkan Rohmat dan HidayahNya, sehingga orang-orang Shiddiqiyyah selalu dapat membersihkan dan menjaga, kebersihan jiwa, serta akhirnya bisa dekat, kenal dan taqwa kepada Alloh SWT (bisa merasakan adanya Alloh SWT, bisa merasakan limpahan rohmat, berkat dan nikmat dari Alloh SWT)
 
'''Arti Thoriqoh Shiddiqiyyah'''
 
Thoriqoh berasal dari kata ''thoriq'' artinya jalan. Shiddiqiyyah berasal dari kata ''shiddiq'' artinya benar. Thoriqoh Shiddiqiyyah artinya jalan yang benar, bukan jalan yang salah.
 
Dan dikatakan Thoriqoh Shiddiqiyyah sebab:
* Silsilahnya melalui Sayyidina Abu Bakar Shiddiq ra.
* Ajarannya berdasarkan al-Qur’an dan Hadits Nabi Besar Muhammad saw.
 
'''Tujuan Ajaran Thoriqoh Shiddiqiyyah :'''
# Manusia dididik, dibimbing, dituntun agar dekat kepada Alloh SWT yang sebenar-benarnya dekat (melalui praktek ''dzikir jahar nafi itsbat'')
# Manusia dididik, dibimbing, dituntun agar kenal kepada Alloh SWT yang sebenar-benarnya kenal (melalui praktek ''dzikir sirri ismu dzat'') Untuk tercapainya dekat dan kenal kepada Alloh SWT, praktek ''dzikir jahar'' dan ''sirri'' harus selalu ditingkatkan secara ''istiqomah''.
# Manusia dididik, dibimbing, dituntun agar menjadi manusia ''taqwalloh'', taqwa yang sebenar-benarnya taqwa. Untuk mencapainya ada 3 jalan pokok yang harus dilaluinya (dikerjakan) :
* Lewat jalan ibadah (sholat)
Tersebut di dalam Al-Qur’an:
"Wahai seluruh manusia beribadahlah (sholatlah) kepada Tuhanmu yang menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu, barangkali kamu menjadi taqwa". (QS: Al Baqoroh : 21)
* Lewat jalan puasa
Tersebut dalam Al-Qur’an:
"Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan kepadamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, barangkali kamu menjadi taqwa" (QS: Al Baqoroh : 183)
* Lewat jalan ''dzikir'' kalimat ''taqwa''
Tersebut dalam al-Qur’an:
"Dan tetapkanlah (hubungkanlah) jiwamu dengan kalimah taqwa"
Untuk mencapai ''taqwa'', ibadah sholat, puasa, dzikir kalimah taqwa harus selalu ditingkatkan. (QS: Al Fath : 26)
 
Apabila taqwa telah tercapai tanda-tandanya diantaranya sebagaimana tersebut di dalam Al-Qur’an:
''"Inna akromakum ‘indalloohi atqookum"''
"Sesungguhnya karomahmu bagi Alloh itu karena taqwamu". (QS. Alhujurat:13)
"Sesungguhnya orang-orang yang taqwa itu berada dalam syurga". (QS. Al Hijr : 45, Adz dzariat :15)
Manusia dididik, dibimbing, dituntun agar menjadi Manusia yang berSyukur kepada Alloh, tersebut di dalam al-Qur’an:
"Dan bersyukurlah kamu kepadaKu (Alloh) dan jangan kamu kufur". (QS: Al Baqoroh: 152)
Apabila kita telah menjadi syukur, Alloh akan meridhoinya, tersebut dalam al-Qur’an:
"Dan sesungguhnya kalau kamu bersyukur, meridhoiNya (Alloh) kepada kamu". (QS: Azzumar: 7)
 
'''<big>Silsilah Thoriqoh Shiddiqiyyah</big>'''
Silsilah Thoriqoh Shiddiqiyyah disebutkan dalam kitab ''"Tanwirul Qulub Fi Mu'amalati 'allamil Ghuyub"'' karangan Syekh Muhammad Amin Kurdi Al Arbili. Silsilah itu tercantum pada bab ''"Faslun Fi Adaabil Murid Ma'a Ikhwanihi"'' halaman 539. Disebutkan demikian:
"Ketahuilah bahwa sesungguhnya julukannya silsilah itu berbeda-beda, disebabkan perbedaannya kurun waktu, silsilah dari sahabat Abu Bakar Shiddiq ra sampai kepada Syekh Thoifur bin Isa Abi Yazied Al Busthomi dinamakan Shiddiqiyyah."
Adapun rincian silsilah Thoriqoh Shiddiqiyyah melalui Sahabat Salman Al Farisi sampai pada Syekh Muhammad Amin Al Kurdi Al Irbil, dari Kitab Tanwirul Qulub adalah sebagai berikut:
 
# Alloh Ta’ala
# Jibril ‘alaihi Salam
# Muhammad Rosululloh saw
# Abu Bakar Ash-Shiddiq ra
# Salman Al Farisi ra
# Qosim Bin Muhammad bin Abu Bakar Ash-Shiddiq ra
# Imam Ja’far Shodiq Siwa Sayyidina Qosim bin Muhammad bin Abi Bakar Ash-Shiddiq ra (no 1 sampai dengan no 7 silsilah ini dinamakan Thoriqoh Shiddiqiyyah).
# Syekh Abi Yasid Thoifur bin Isa bin Adam bin Sarusyan Al Busthomi
# Syekh Abil Hasan Ali bin Abi Ja’far Al Khorqoni
# Syekh Abi Ali Al Fadlol bin Muhammad Ath Thusi Al Farmadi
# Syekh Abi Ya’qub Yusuf Al Hamdani (no 8 sampai dengan no 11 silsilah ini dinamakan Thoriqoh At Thoifuriyyah).
# Syekh Abdul Kholiq Al-Ghojduwani Ibnul Imam Abdul Jalil
# Syekh ‘Arif Arriwikari
# Syekh Mahmud Al-Anjari Faghnawi
# Syekh Ali Ar Rumaitani Al Mansyur Bil’Azizaani
# Syekh Muhammad Baabas Samaasi
# Syekh Amir Kullaali Ibnu Sayyid Hamzah, (no 12 sampai dengan no 17 silsilah ini dinamakan Thoriqoh Al Khuwaajikaaniyyah).
# Syekh Muhammad Baha’uddin An-Naqsyabandi bin Muhammad bin Muhammad Syarif Al-Husain Al-Ausi Al-Bukhori
# Syekh Muhammad bin ‘Alaaiddin Al Athori
# Syekh Ya’qub Al Jarkhi, (no 18 sampai dengan no 20 silsilah ini dinamakan Thoriqoh An-Naqsyabandiyyah)
# Syekh Nashiruddin Ubaidillah Al-Ahror As-Samarqondi bin Mahmud bin Syihabuddin
# Syekh Muhammad Azzaahid
# Syekh Darwis Muhammad As-Samarqondi
# Syekh Muhammad Al-Khowaajaki Al-Amkani As Samarqondi
# Syekh Muhammad Albaaqi Billah, (no 21 sampai dengan no 25 silsilah ini dinamakan Thoriqoh Ahroriyyah).
# Syekh Ahmad Al Faruqi As-Sirhindi
# Syekh Muhammad Ma’shum
# Syekh Muhammad Syaifuddien
# Syekh Muhammad Nurul Badwani
# Syekh Habibulloh Jaanijanaani Munthohir
# Syekh Abdillah Addahlawi, (no 26 sampai dengan no 31 silsilah ini dinamakan Thoriqoh Mujaddadiyyah).
# Syekh Kholid Dliyaa’uddien
# Syekh Utsman Sirojul Millah
# Syekh Umar Al-Qothbul Irsyadx
# Syekh Muhammad Amin Al-Kurdi Al-Irbil, (no 32 sampai dengan no 35 silsilah ini dinamakan Thoriqoh Kholidiyyah).<br>
 
Masuknya Thoriqoh Shiddiqiyyah di Indonesia selain melalui Syekh Yusuf al Makasari juga bersumber dari 9 (sembilan) ulama Shiddiqiyyah yang berasal dari negeri Irbil (Iran). Di antaranya adalah : Syarifah Baghdadi (''Mubalighot''), Maulana Aliuddin, Maulana Hisamuddin, Maulana Ali Akbar, Maulana Jumadil Kubro, Maulana Malik Isroil. Berlabuh pertama di Cirebon dan kemudian menyebar di Jawa. Salah satunya dimakamkan di Troloyo Trowulan Kabupaten Mojokerto yakni Syekh Jumadil Kubro. Sementara 8 (delapan) ulama yang lainnya di makamkan di Pandeglang, Jawa Barat.
 
Sedangkan Thoriqoh Shiddiqiyyah yang diterima oleh Syekh Muchtarulloh al Mujtaba adalah dari Syekh Ahmad Syueb Jamali yang Beliau menerima langsung dari Mursyid Shiddiqiyyah dari Makkah al Mukaromah yakni Syekh Ahmad Khotib Al Makki.
Selain di kitab Tanwirul Qulub, silsilah Thoriqoh Shiddiqiyyah disebutkan juga dalam kitab Fathur Arifin yang diterima oleh Syekh Muchtarulloh Al Mujtaba (Kyai Muchammad Muchtar Mu’thi), Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah, Losari, Ploso, Jombang, Indonesia.
 
Di bawah ini adalah silsilah Thoriqoh Shiddiqiyyah melalui sahabat Ali sampai kepada Syekh Muchtarulloh al Mujtaba yang diambilkan dari kitab Fathul Arifin:
 
# Alloh Robbul Arbab SWT
# Sayyidina Jibril as
# Sayyidina Muhammad Rosulullah saw
# Sayyidina Abu Bakar Shiddiq ra
# Sayyidina Ali ra
# Sayyidina Hasan binti Fathimatuz Zahro
# Syekh Imam Zainal Abidin
# Syekh Muhammad al Baqir
# Syekh Imam Ja’far Shodiq
# Syekh Musa al Kadzim
# Syekh Abil Hasan Ali bin Musa Rodli
# Syekh Ma’ruf al Kharhi
# Syekh Syirri Suqthi
# Syekh Abal Qosim Junaid al Baghdadi
# Syekh Abi Bakar Sibli
# Syekh Abdul Wahid Atamimi
# Syekh Abul Farihul Turtusi
# Syekh Abi Hasan Ali Al Askari/ Al Hakari
# Syekh Abi Sa’id Mahrumi
# Syekh Abi Muhammad Muhyiddin
# Syekh Abdul Aziz
# Syekh Muhammad al Hutak
# Syekh Syamsuddin
# Syekh Syarifuddin
# Syekh Nuruddin
# Syekh Waliyuddin
# Syekh Hisamuddin
# Syekh Yahya
# Syekh Abu Bakar
# Syekh Abdul Karim
# Syekh Usman
# Syekh Abdul Fatah
# Syekh Muhammad Marodli
# Syekh Syamsuddin
# Syekh Khotib al Makki
# Syekh Syueb Jamali
# Syekh Muchtarulloh al Mujtaba (Kyai Muchammad Muchtar bin al Haj Abdul Mu’thi)<br>
 
 
* Catatan kaki
Dalam berbagai referensi Thoriqoh Naqshabandiyyah, terutama yang berkembang di Asia Selatan, asal muasal Thoriqoh Shiddiqiyyah juga di sebutkan sebagai bagian dari silsilah Thoriqoh Naqshabandiyyah. Dibawah ini di kutipkan dari buku dan halaman (website) Thoriqoh Naqshabandiyyah:
''The path's name has changed over the years. Referring to Abu Bakr as-Siddiq, it was originally called "as-Siddiqiyya"; between the time of Bayazid al-Bistami and Abdul Khaliq al-Ghujdawani "at-Tayfuriyya"; from the time of 'Abdul Khaliq al-Ghujdawani to Shah Naqshband the "Khwajagan" or "Hodja"; from the time of Shah Naqshband and on "an-Naqshbandiyya".''
Nama thoriqoh telah berubah setelah bertahun-tahun perkembangannya. Mengacu kepada Abu Bakar as-Shiddiq, awalnya disebut sebagai '''Thoriqoh Shiddiqiyyah'''; diantara masa Bayazid al-Bistami dan Abdul Khaliq al-Ghujdawani Qaddasallahu Sirrahu , disebut sebagai '''Thoriqoh At Tayfuriyyah'''; dan dari masa 'Abdul Khaliq al-Ghujdawani hingga kepada Syekh Naqshabandi disebut sebagai '''Thoriqoh Khwajagan''' atau '''Thoriqoh Hodja''' ; sedangkan dari masa Syekh Naqshabandi QS disebut '''Thoriqoh Naqshabandiyyah'''.
 
* Daftar isi
* Disambiguasi