Theodosius I: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Edik +Maklumat )
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
Baris 29:
Theodosius adalah seorang yang dididik dalam ajaran Kekristenan yang ortodoks sehingga ia sangat membela keputusan ajaran [[Konsili Nicea]].<ref name="Wellem"/> Pertikaian [[Arianisme]] yang belum diselesaikan dengan tuntas oleh Konstantinus dan pengganti-penggantinya kini diselesaikan oleh Theodosius.<ref name="Wellem"/> Untuk menyelesaikan pertikaian [[Arius]], Theodosius menghimpun sebuah konsili umum yang bersidang pada tahun 381 yang dinamakan [[Konsili Konstantinopel]].<ref name="Wellem"/> Kaisar memberi hak-hak istimewa kepada agama negara serta mengeluarkan peraturan yang melarang semua [[bidat]] (aliran sesat) dan perpecahan gereja.<ref name="Wellem"/><ref name="Berkof">{{id}}Hendrikus Berkhof dan I. H. Enklaar., Sejarah gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009, Hal. 50</ref> Theodosius Agung meneruskan penyempurnaan Konstantinus dengan membuat peraturan seluruh penduduk kekaisaran untuk memeluk iman [[Katolik]] dari Gereja resmi sesuai dengan ajaran uskup Roma dan Alexandria.<ref name="Berkof"/>
 
Sikap Theodosius terhadap memang menentang aliran sesat, oleh karena itu ia melarang aliran-aliran sesat, namuntetapi tidak menghancurkan kuil-kuilnya.<ref name="Wellem"/><ref name="today"/> Penghancuran justru dilakukan oleh rahib-rahib yang fanatik menentang aliran sesat itu.<ref name="Wellem"/><ref name="Berkof"/>
 
Tentang ketidakrukunannya dengan Uskup [[Ambrosius]] (Uskup [[Milano]]), Theodosius akhirnya melakukan pertobatan sesuai permintaan Uskup yang bijaksana itu.<ref name="Wellem"/> Theodosius dikritik sebagai Kaisar yang banyak melakukan pembunuhan (terkait pembunuhan massal 7000 orang di [[Tesalonika]] pada tahun 390.<ref name="Wellem"/> Perlu dicatat, di sini Theodosius melakukan kerjasama dengan bangsa Visigoth untuk menggolkan keputusannya tentang peraturannya yang disebut [[Maklumat Tesalonika]].<ref name="Walker">{{id}} Peter Walker., In the Steps of Saint Paul, Yogyakarta: Kanisius, 2009, Hal. 100</ref>
 
Ambrosius menulis surat teguran yang sangat keras supaya Theodosius meniru Raja [[Daud]] yang bertobat dan kembali kepada jalan Allah tanpa kekerasan.<ref name="Wellem"/> Karena pertobatan Theodosius, hubungan keduanya menjadi baik kembali, Uskup Ambrosius tinggal di [[Roma]] hingga tahun meninggalnya Theodosius 395.<ref name="Wellem"/> Agama Kristen disahkan menjadi agama negara, walaupun motivasinya sangat politis.<ref name="Wellem"/><ref name="today"/> Theodosius juga melakukan perdamaian dengan suku Goth yang selama ini memusuhi kekaisaran dengan cara menyuap mereka, membebaskan pajak dan melakukan penyerahan lahan, serta pekerjaan dalam pasukan bersenjata.<ref name="Man">{{id}}John Man., Attila: The Barbarian King Who Challenged Rome, Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005, Hal. 136</ref> Banyak orang Kristen baru, para pejabat gereja mendapatkan hak-hak istimewa, namuntetapi hal itu justru menjadikan mutu iman orang Kristen menurun.<ref name="Wellem"/>
 
Sesudah Theodosius mangkat pada tahn 395, kekaisaran itu pecah menjadi dua bagian, Timur dan Barat.<ref name="Berkof"/> Bagian Barat menjadi sasaran suku bangsa [[Jerman]] sampai pada akhirnya tahun 486 negara Romawi runtuh dan pecah sama sekali.<ref name="today"/><ref name="Berkof"/>