Sastra Tiongkok: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
Baris 27:
=== Novel dan karangan yang bersifat fiksi ===
 
Walaupun novel dan fiksi adalah sumber-sumber sastra yang terutama bagi banyak bangsa di dunia, namuntetapi sebaliknya sebelum abad ke-20, bagi bangsa Tionghoa karya-karya seperti ini bernilai rendah dan dianggap tidak bermutu. Dalam Bahasa Tionghoa novel disebut Xiaoshuo (Bahasa Hokkian: "Siau-suat") yang berarti “omong kecil”.<ref name="tiongkok-sastrationgkok-sepintas-lalu"/> Karya ini sifatnya tidak serius, bahkan tidak dipandang sebagai bentuk sastra.
 
Walau demikian, jumlah novel dan fiksi Tiongkok terhitung sangat banyak jumlahnya, dan semenjak abad ke-20 telah banyak perhatian terhadap bentuk karya sastra ini terutama dari orang-orang asing. Karya novel dan fiksi dahulu tidak dibaca secara terbuka, melainkan dengan sembunyi-sembunyi. Karena masyarakat umum memandang rendah novel dan cerita fiksi menyebabkan seringkali di dalam karya-karya semacam itu tidak tertulis siapa pengarangnya.<ref name="tiongkok-sastrationgkok-sepintas-lalu"/>
Baris 50:
[[Konfusius]] (dari Bahasa Inggris "Confucius"), ''Kong Zi'' (dari Bahasa Mandarin) atau yang di Indonesia lebih dikenal dengan ''Kong Hu Cu'' (dari lafal [[Bahasa Hokkian]]) dianggap sebagai bapak sastra Tiongkok. Ia dilahirkan pada tahun 551 SM. Dalam sepanjang kehidupannya baik itu ketika menjabat pegawai pemerintahan atau ketika ia mengembara dalam pengasingan, telah menulis banyak karya sastra yang hingga kini dianggap sebagai adikarya sastra Tionghoa.<ref name="sastrationghoa-giles"/>
 
Karena sedih menyaksikan peperangan di zaman Zhou yang menyengsarakan kehidupan rakyat, Kong Zi berkeliling negeri untuk menawarkan pengajaran kepada pemerintah-pemerintah negara tersebut, namuntetapi tidak dihiraukan. Karena kecewa, Kong Zi kembali ke [[Negara Lu]], kampung halamannya. Sambil mengajar, Kong Zi mengumpulkan buku-buku filsafat tua, menyunting dan kemudian menyebarluaskannya. Buku-buku itu antara lain ''Shijing'', ''[[Shangshu]]'', ''[[Yijing]]'', ''[[Chunchiu]]'', ''[[Lichi]]'' dan sebagainya.
 
=== Zaman Negara Berperang (475 SM - 221 SM) ===
Baris 74:
 
=== Dinasti Song (960-1279) ===
Walaupun [[Dinasti Song]] bukan kerajaan yang kuat dalam bidang militer, namuntetapi dalam bidang sastra, kerajaan ini banyak melahirkan sastrawan besar Tiongkok. Dinasti ini pun terkenal akan sajak-sajaknya. Sajak Song ditulis oleh para sastrawan yang juga berperan sebagai negarawan. Di periode Song Utara muncul penulis sajak yang bernama Su Shih atau [[Su Tung-po]] (1036-1101). Gaya sajak Su Tung-po disebutkan seperti "awan yang melayang dan air yang mengalir". Ia meminjam pemandangan-pemandangan alam untuk memberi nafas pada sajak-sajaknya. Ia menginginkan penyatuan dengan alam.
 
Penyair wanita [[Li Ching Chao]] (1018-1145) dikenal akan sajak-sajak yang ditulis dalam masa-masa keruntuhan kerajaan Song karena serbuan bangsa Chin. Sajak-sajak lainnya yang berasal dari masa perang ini penuh dengan tema patriotisme dan keinginan agar kerajaan Song bangkit dari kekalahan. Sajak-sajak patriotisme Lu Yu (1125-1210) dan Hsin Chi-chi ditulis pada periode Song Selatan. Sajak menjadi turun kepopulerannya ketika rakyat negara ini mulai menggemari cerita-cerita dan [[opera]]. Opera-opera Song adalah fondasi bagi opera-opera di periode berikutnya. Opera-opera ini berakar dari kisah-kisah yang diceritakan oleh para tukang cerita ([[hua-pen]]). Walaupun hua-pen telah ada sejak zaman Tang, tetapi baru pada zaman Song pekerjaan berkisah menjadi profesi yang sangat populer. Zaman Song telah mewariskan Empat Buah Cerita hua-pen ke dalam khazanah Sastra Tionghoa.
Baris 82:
 
=== Dinasti Ming (1368–1644) ===
Sejak awal pendirian dinasti, Kaisar Ming telah memulai kembali upaya mengembalikan kejayaan sastra dan pendidikan Tionghoa yang hancur pada zaman Yuan. Ia menyusun sistem ujian nasional dengan baik yang kemudian menjadi dasar sistem ujian sampai awal 1900-an. Pada tahun 1369 ia menunjuk Sung Lien sebagai pemimpin proyek penulisan sejarah Dinasti Mongol. Novel ditulis dalam yang cukup banyak di periode Ming, namuntetapi nama-nama pengarangnya banyak yang tak diketahui. Bentuk opera Tionghoa telah mantap pada periode Ming. Tema-tema opera dapat berkisar dari cerita Tiongkok maupun dari luar negeri. Tidak hanya kaum bangsawan, sarjana dan rakyat jelata pun menyukai opera.
 
Pada saat Dinasti Ming, novel menjadi sangat populer. Dari periode Ming muncul 4 sastra yang terkenal, yakni "[[Empat Karya Sastra Termasyhur Tionghoa]] yaitu; [[Kisah Tiga Negara]], [[Batas Air]], [[Perjalanan ke Barat]] dan [[Jin Ping Mei]]. Pada versi lain ''Empat Karya Sastra Termasyhur'' Jin Ping Mei digantikan dengan [[Impian Paviliun Merah]].