Raden Sekar Sungsang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
Baris 9:
 
== Silsilah ==
Menurut versi '''Ceritera Turunan Raja-raja Banjar dan Kotawaringin''' alias [[Hikayat Banjar]] resensi I, nama ayahnya adalah '''Raden Carang Lalean''' (cucu Pangeran Suryanata dan Putri Junjung Buih), sedangkan ibunya '''Putri Kalungsu''' (anak Pangeran Suryanata dan Putri Junjung Buih). Putera-putera Raden Sakar Sungsang menurut [[Hikayat Banjar]] resensi I adalah '''Raden Sukarama''' dan '''Raden Bangawan'''. Putera tertua, '''Raden Sukarama''' menggantikannya sebagai raja dengan gelar '''Maharaja Sukarama'''. Sedangkan menurut [[Hikayat Banjar]] resensi II, Raden Sakar Sungsang memiliki dua putera yaitu Ratu Anom dan Pangeran Singa Gurda dan ia masih memiliki seorang puteri lagi bernama Ratu Lamak. Ratu Anom menggantikan Raden Sekar Sungsang sebagai raja, namuntetapi jabatan raja tersebut terlebih dahulu dijabat oleh kakak perempuannya yaitu Ratu Lamak.
 
Dari sumber [[Hikayat Banjar]] resensi I menyebutkan bahwa '''Maharaja Sukarama''' (alias Ratu Anom) mempunyai seorang puteri (sekar kedhaton) yaitu '''Raden Galuh Baranakan''' dan empat putera lainnya yaitu '''Pangeran Mangkubumi/Maharaja Mangkubumi''' ([[nama lahir]] Raden Paksa, putera tertua pengganti Sukarama), '''Pangeran Tumanggung''' (nama lahir Raden Panjang pengganti Pangeran Mangkubumi), '''Pangeran Bagalung''' (nama lahir Raden Bali, penguasa daerah [[Berangas]]) dan '''Pangeran Jayadewa''' (nama lahir Raden Mambang, putera yang hilang).<ref name="hikayat banjar"/> Pangeran Jayadewa tidak memiliki keturunan. '''Raden Galuh Baranakan''' menikah dengan Raden Mantri Alu bin Raden Bangawan melahirkan [[Sultan Suryanullah]]/[[Suriansyah]].
Baris 32:
Diceritakan dalam Hikayat Banjar versi I, Raden Sakar Sungsang baru berumur tujuh tahun sepeninggal ayah Raden Carang Lalean yang kembali ke tempat asalnya. Ia bersama ibunya, Putri Kalungsu membuat jawadah nanuman. Jawadah itu belum masak, sedang diaduk di dalam wajan besar. Namun Raden Sakar Sungsang sudah meminta jawadah itu. Oleh ibunya dikatakan nanti dulu. Larangan ibunya itu tidak diindahkan, ia terus merengek meminta jawadah, karena tidak sabar maka dicoleknya dengan bilah jawadah itu. Melihat hal itu ibunya pun marah dan memukulnya dengan wancuh gangsa hingga luka dan berdarah. Raden Sakar Sungsang bingung, berteriak dan menangis karena kesakitan. Ia pun akhirnya lari dan meninggalkan ibunya. Saat itu ada orang [[Surabaya]] bernama '''Juragan Balaba''' yang melihat Raden Sakar Sungsang, dan akhirnya membawanya pergi berlayar. Kemudian gemparlah orang-orang di Nagara Dipa mencari Raden Sakar Sungsang, tak kecuali Putri Kalungsu, ibunya dan Lambu Mangkurat. Alkisah, maka besarlah sudah Raden Sakar Sungsang di Surabaya dan diakui anak oleh juragan Balaba yang memberinya nama '''Ki Mas Lalana'''. Semakin hari, semakin kayalah Ki Mas Lalana tetapi ia tidak mau beristeri. Banyak anak dara tergila-gila dengannya termasuk janda dan orang besar yang ingin menjadikannya menantu, sehingga banyak anak dara yang menjadi tergila-gila, lupa makan, lupa segalanya karena kasmaran kepada Ki Mas Lalana.
 
Setelah meninggalnya juragan Balaba, kemudian pamitlah Ki Mas Lalana kepada istri juragan Balaba untuk berlayar ke Nagara Dipa dengan juragan Dampuawang. Semula istri juragan Balaba berat melepas kepergian Ki Mas Lalana, namuntetapi akhirnya diizinkan juga, setelah diberi perbekalan yang banyak. Lambu Mangkurat yang ingin agar Putri Kalungsu bersuami lagi memberitahukan bahwa ada orang keturunan anak cucu ratu Majapahit bernama Ki Mas Lalana. Semula Putri merasa ragu, namua ia mau melihat dulu calon suaminya itu. Setelah saling bertemu dan suka sama suka maka dikawinkanlah Putri Kalungsu (yang sebenarnya ibunda Ki Mas Lalana) dengan Ki Mas Lalana (anak) dengan upacara perkawinan selama tujuh hari tujuh malam, sebagaimana tata upacara perkawinan raja-raja terdahulu, kasus insest ini semula tidak diketahui mereka, namuntetapi setelah tujuh hari bersuami maka Ki Mas Lalana minta dicarikan kutu di kepalanya. Namun alangkah terkejutnya sang putri ketika dilihatnya bekas luka di kepala Ki Mas Lalana bertanyalah sang putri mengapa ada bekas luka itu. Semula Ki Mas Lalana tidak memberitahu namun karena didesak terus akhirnya mengakulah Ki Mas Lalana maka katanya: Adapun kepala hamba ini, mulanya dipukul oleh bunda hamba, hamba lagi kecil, dengan pengharu jawadah. Apakah sebabnya hamba tiada ingat. Sesudah itu hamba lari dan tinggal di Jawa. Dimanakah asal mula negeri hamba, hamba tiada ingat. Putri pun terkejut akan anaknya. Ia menagis dan malu serta menolak kepada anaknya dari pangkuannya dan berkata: kalau demikian, engkau itu anakku yang hilang dahulu bernama Sakar Sungsang. Maka anaknya itupun menangis serta sujud minta ampun. Dan untuk menyelesaikan perkara ini dengan bantuan Lambu Mangkurat namun keputusan tetap diserahkan kepada Putri Kalungsu. Putri itupun bersumpah: Hai anakku Sakar Sungsang, sejak hari ini kita diam berpisah, jika aku mati jangan engkau melihat, jika engkau mati tiada aku melihat dan kuubah namamu menjadi '''Raden Sari Kaburungan'''. Raden Sari Kaburungan kemudian didudus menjadi raja di kampung lain dan setelah setahun ia pindah dan membuat negeri baru di hilir bernama [[Muhara Hulak]] sedangkan ibunya, Putri Kalungsu berdiam di Nagara Dipa. Muhara Hulak kemudian dinamakan Negara Daha atau Nagara sekarang. Bandar (pelabuhannya) di Muara bahan dan tiap hari Sabtu menjamu para menteri di Sitilohor. Akhirnya Putri Kalungsu dan Lambu Mangkuratpun kembali ke tempat asalnya.
 
== Silsilah ==