Kedokteran hewan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
Baris 48:
=== Zaman Modern ===
 
Walaupun berbagai buku tentang [[anatomi]], [[fisiologi]], dan [[taksonomi]] hewan telah ditulis dan dipelajari, namuntetapi usaha untuk menjadikan kedokteran hewan sebagai bidang ilmu formal dan profesi yang legal, baru dimulai sejak abad ke-18. Usaha ini dirintis oleh seorang bangsawan [[Prancis]] yang bernama Bourgelat.
 
'''Claude Bourgelat (1712-1779)''' adalah orang yang mendirikan sekolah kedokteran hewan pertama di dunia, yang terletak di [[Lyon]], [[Prancis]]. Bourgelat adalah seorang ahli [[kuda]]. Karena ketertarikan dan pengetahuannya yang mendalam mengenai kuda, ia diangkat menjadi direktur akademi berkuda Lyon. Bourgelat juga belajar tentang metodologi ilmiah untuk melakukan pembedahan, meneliti anatomi kuda. Bekerja sama dengan para dokter bedah di Lyon.
Baris 69:
Namun pendidikan dokter hewan dilanjutkan dalam bentuk lain, yaitu berupa magang pada ”Dokter Hewan Gubernemen” (Gouvernements Veearts = Dokter Hewan Pemerintah). Dalam periode 1875 – 1880 tercatat ada sembilan pemuda ”bumiputra” yang magang pada tujuh orang dokter hewan Gubernemen, delapan orang di antaranya pada tahun 1880 diluluskan sebagai ”Inlandsche Veearts”.
 
Meskipun pengetahuan dan kemampuan para dokter hewan ”bumiputra” itu dinilai sangat memuaskan, namuntetapi pemerintah dalam hal ini Departemen Kepamongprajaan (Binnenlands Bestuur), berpendapat pendidikan dokter hewan perlu diselenggarakan secara intensif. Maka Direktur B.B lalu mengusulkan agar pendidikan dokter hewan ini diselenggarakan seperti halnya pendidikan ”Dokter Bumiputra” (Inlandsche Geneeskundige) pada STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen = Sekolah Dokter Djawa). Bahkan diusulkan pula agar pendidikan dasarnya disatukan saja dengan STOVIA. Meskipun usul ini pada prinsipnya disetujui oleh Menteri Urusan Jajahan (Minister van Kolonien) pada pemerintah Kerajaan di Negeri Belanda, namuntetapi karena keberatan yang sangat dari Direktur Departemen Pendidikan Keibadatan dan Kerajinan (Onderwijs, Eeredienst en Nijverheid) maupun dari Direktur STOVIA, usul tadi tidak jadi dilaksanakan.
 
Baru pada tahun 1907 ada perkembangan yang melincinkan jalan menuju pendidikan kedokteran hewan yang mantap. Atas usul Prof. Melchior Treub, Direktur Departemen Pertanian, Kerajinan dan Perdagangan (Landbouw, Nijverheid en Handel) Pemerintah mendirikan Laboratorium Veteriner (Veeartsenijkundig Laboratorium) yang telah lama direncanakan oleh Dr. de Does. Pada Laboratorium ini kemudian digabungkan kursus untuk mendidik dokter hewan bumiputra. Kursus ini dibuka pada bulan Mei 1907 (seingat Prof. Soeparwi, Dekan FKHP UGM, tanggalnya adalah 22 Mei) dengan nama : ”Cursus tot Opleiding van Inlandsche Veearstsen”. Lama pendidikan ditetapkan empat tahun, dan siswanya adalah lulusan HBS 3 tahun atau MULO (setingkat SMP sekarang) dan sekolah-sekolah lain pada waktu itu yang dianggap sederajat. Dua orang siswa pertamanya ternyata lulusan MLS (Middelbare Landbouwschool = Sekolah Pertanian Menengah Atas) yang sebenarnya setingkat dengan SMU. Oleh karenanya mereka langsung diterima ditingkat III.
Baris 79:
Pada awal tahun 1942 bala tentara Jepang menyerbu Hindia Belanda. Segenap daerah Indonesia dikuasai tentara Jepang. Roda pemerintahan militer berjalan di bawah kekaisaran Jepang. Sekolah Dokter Hewan di Bogor dibuka kembali dengan nama Bogor Semon Zui Gakko. Keadaan ini berlangsung hingga pertengahan tahun 1945, ketika Jepang menyerah kepada Sekutu setelah kota Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom.
 
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sekolah Dokter Hewan Bogor dibuka kembali dan kemudian dinaikkan statusnya menjadi lembaga pendidikan tinggi dengan nama Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan (PTKH) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kemakmuran No. 1280 a/Per. tanggal 20 September 1946. Lama pendidikan ditetapkan lima tahun. Kenaikan status itu dipersiapkan dan diusulkan oleh Panitia Pendirian Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan yang diangkat oleh Menteri Kemakmuran. Sebagai Pimpinan diangkat Dr. Mohede dengan sebutan Rektor Magnifikus. PTKH dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden Moh. Hatta bulan November 1946. (teks pidato Bung Hatta tersimpan oleh almarhum Prof. Mukhlis, yang pada waktu peresmian itu masih duduk di tingkat I. Sewaktu saya menjabat Dekan tahun 1990 teks itu diberikan kepada saya, namuntetapi pada saat ini saya tidak tahu teks itu ada di mana-Penulis).
 
Pada tahun 1947 krisis diplomatik antara pemerintah Republik Indonesia dengan Kerajaan Belanda mencapai puncaknya. Tentara Belanda menyerbu daerah-daerah Republik yang kemudian dikenal sebagai ”negara” termasuk ”negara Jawa Barat”, yang dimaksudkan agar kelak akan merupakan bagian dari ”Negara Federal”. Maka dihentikanlah aktivitas PTKH, dan beberapa orang mahasiswanya mengungsi ke daerah Republik di Jawa Tengah. Ada pendapat bahwa sebenarnyalah PTKH tidak pernah secara resmi dinyatakan ditutup pada waktu itu. Bahkan atas persetujuan Rektor PTKH dan Kementerian Kemakmuran, di Klaten pada tahun 1947 dibuka ”kelas dalam pengasingan” untuk tingkat pertama dari Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan Republik Indonesia (PTKH-RI). Ketika pecah ”clash” kedua dan Ibu Kota RI Yogyakarta diserbu oleh pasukan para (pasukan payung) Belanda pada tanggal 19 Desember 1948, PTKH-RI ditutup. Setelah Yogyakarta diserahkan kembali kepada Pemerintah RI maka pada 1 November 1949 PTKH dibuka kembali tetapi pindah dari Klaten ke Yogyakarta. Pada tanggal 19 Desember 1949 semua perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta bergabung menjadi Universitit Gajah Mada, dan PTKH-RI menjelma menjadi Fakultit Kedokteran Hewan UGM.