Jajak pendapat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
Baris 5:
Contoh jajak pendapat pertama yang dketahui adalah sebuah pengumpulan pendapat setempat oleh ''The Harrisburg Pennsylvanian'' pada [[1824]], yang menunjukkan bahwa [[Andrew Jackson]] unggul atas [[John Quincy Adams]] dengan 335 banding 169 suara dalam perebutan jabatan [[Presiden Amerika Serikat]]. Pengumpulan pendapat seperti itu—yang tidak bersifat ilmiah— pelan-pelan menjadi makin populer; namun sifatnya tetap lokal dan biasanya hanya meliputi satu kota saja. Pada [[1916]], ''[[Literary Digest]]'' melakukan survai nasional (sebagian untuk meningkatkan sirkulasi) dan secara tepat meramalkan terpilihnya [[Woodrow Wilson]] sebagai Presiden. Dengan semata-mata mengirimkan jutaan [[kartu pos]] dan menghitung kartu yang kembali, ''Digest'' dengan tepat meramalkan keempat pemilihan presiden berikutnya.
 
Namun pada 1936 ''Digest'' gagal. Para "pemilih"-nya yang berjumlah 2,3 juta orang merupakan sampel yang banyak. namun, mereka umumnya adalah orang Amerika yang kaya, yang cenderung simpatisan [[Partai Republik AS|Republikan]] ''Literary Digest'' tidak melakukan apa-apa untuk memperbaiki bias ini. Seminggu sebelum hari pemilihan, ''Digest'' melaporkan bahwa [[Alf Landon]] jauh lebih populer daripada [[Franklin Delano Roosevelt|Franklin D. Roosevelt]]. Pada saat yang sama, [[George Gallup]] melakukan survai yang jauh lebih kecil, namuntetapi lebih ilmiah. Dalam jajak pendapat ini ia menggunakan sampel yang secara demografis lebih mewakili. Gallup dengan tepat meramalkan kemenangan besar Roosevelt. Tak lama kemudian ''Literary Digest'' bangkrut, sementara industri jajak pendapat mulai berkembang pesat.
 
<!--[[Gallup]] launched a subsidiary in the [[United Kingdom]], where it correctly predicted [[Labour Party (UK)|Labour's]] victory in the [[United Kingdom general election, 1945|1945 general election]], in contrast with virtually all other commentators, who expected the [[Conservative Party (UK)|Conservative Party]], led by [[Winston Churchill]], to win easily.
Baris 102:
Dengan memberikan informasi mengenai niat pemilih, jajak pendapat kadang-kadang dapat memengaruhi perilaku para pemilih. Berbagai teori tentang bagaimana hal ini terjadi dapat dibagi menjadi dua kelompok: pengaruh ikut-ikutan/''underdog'', dan pemberian suara strategis ('taktis').
 
Pengaruh ikut-ikutan terjadi apabila jajak pendapat mendorong para pemilih untuk mendukung kandidat yang diramalkan menang dalam jajak pendapat. Pendapat bahwa para pemilih mencurigai pengaruh ini sudah lama terjadi. Safire (1993: 43) melaporkan bahwa hal ini pertama kali digunakan dalam sebuah kartun politik dalam majalah ''Puck'' tahun itu. Hal ini juga terus-menerus muncul meskipun tidak ada pembuktian empiris hingga akhir abad ke-20. [[George Gallup]] bberusaha keras, namuntetapi sia-sia, dalam mencoba mendiskreditkan teori ini pada masanya dengan menyajikan riset empiris. Sebuah studi-meta baru-baru ini mengenai riset ilmiah tentang topik ini menunjukkan bahwa dari 1980-an hingga sekarang pengaruh ikut-ikutan ini lebih sering ditemukan oleh para peneliti (Irwin & van Holsteyn 2000).
 
Dampak kebalikan dari pengaruh ikut-ikutan ini adalah [[dampak underdog]]. Ini sering disebutkan dalam media. Ini terjadi ketika orang memberikan suaranya, karena bersimpati, kepada partai yang dianggap akan 'kalah' dalam pemilihan umum. Keberadaan dampak ini kurang mendapatkan dukungan bukti empiris daripada dampak ikut-ikutan (Irwin & van Holsteyn 2000).