Gereja Kristen Jawa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Jordan Diwi (bicara | kontrib) Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k namun (di tengah kalimat) → tetapi |
||
Baris 59:
Pendewasaan ''pepanthan'' Gereja-gereja Jawa pertama kali terjadi atas gereja Purworejo ([[4 Februari]] [[1900]]) tak lama kemudian disusul pepanthan Temon. Namun pendewasaan ini ternyata lebih bersifat pamer kebisaan kepada Golongane Wong Kristen “Jowo” kang Merdhiko pimpinan Kyai Sadrach untuk membuktikan bahwa zending tidak bermaksud lain kecuali mendirikan gereja-gereja Jawa dengan pendeta-pendeta Jawa. Tanpa topangan zending, pendewasaan kedua gereja ini hanyalah ketergesaan semata. Mungkin baru pada pendewasaan kelompok Glonggong - Kebumen ([[3 November]] [[1911]]) dan kelompok Gondokusuman [[Yogyakarta]] ([[23 November]] [[1913]]) pendewasaan gereja ini agak cukup pantas disebut lebih dapat dipertanggungjawabkan. Baru sesudah berjalan 26 tahun hanya Gereja Gondokusuman yang pertama kali siap memanggil pendeta atas diri Ds. Ponidi Sopater pada tahun [[1926]] dari antara 17 gereja Jawa yang sudah didewasakan oleh zending yaitu Purworejo, Temon, Glonggong, Gondokusuman, Solo, Klaten, Tungkak, Patalan, Candisewu, Magelang, Kesingi, Palihan, Kebumen, Grujugan, Purbalingga, Grendeng dan Adireja.
Gereja-gereja ini menggeliat di bawah pimpinan Guru-guru Injil didikan "''Opleiding School van de Helper bij de Dienst Woords''" (Sekolah bagi Pembantu-pembantu Pada pelayanan Firman Tuhan/Sekolah Guru Injil) Yogyakarta dibantu serta oleh guru-guru sekolah zending dan mantri jururawat rumah sakit dan poliklinik zending. Merekalah para penumbuh dan pemimpin gereja Jawa sesungguhnya,
Pada tanggal 17-18 Februari 1931 gereja-gereja Jawa yang saat itu menamakan diri "Pesamoewan Kristen “Gereformeerd” ing Tanah Djawi Tengah sisih Kidoel", yang masing-masing mengelompok dalam 5 klasis bersinode pertama di [[Kebumen]], ini menjadi tonggak pertama persidangan sinode Gereja-gereja Jawa Tengah Selatan untuk disusul dengan sinode-sinode berikutnya, walaupun peran serta para Pendeta Missioner ZGK masih cukup besar untuk menuntun para pemimpin gereja Jawa berjalan menapaki kedewasaannya yang masih rapuh ini.
Kedewasaan Geredja-geredja Kristen Djawa Tengah Selatan (sebutan yang akhirnya sering dipakai) menemukan kesempatan ketika gereja-gereja Jawa harus berjuang menegakkan kehidupannya sendiri saat para Pendeta Missi ditawan oleh pemerintah pendudukan Jepang sejak 1943 dan hubungan dengan gereja Eropa terputus. Saat ini era kemandirian gereja terlihat akan betul-betul mulai dapat dijalani. Namun ternyata gereja Jawa masih harus bersabar. Walaupun Gereja-gereja Kristen Jawa Tengah Selatan berhasil menggandeng saudara-saudaranya seperti [[Greja Kristen Jawi Wetan]], Gereja Kristen Jawa Tengah Utara - Parepatan Agung, Gereja Kristen Jawa – Sekitar Muria, ''Tiong Hwa Kie Tok Kauw Hwee'' Jawa Tengah serta [[Gereja Kristen Pasundan]] [[Jawa Barat]] dalam lembaga Dewan Permoesjawaratan Geredja-geredja Protestant di Indonesia (DPG di Indonesia) yang dibentuk tahun 1946 di Yogyakarta; dan lewat organisasi ini mereka mencanangkan euforia kemerdekaan dengan tidak mau lagi menerima bekas zending-zendingnya,
=== Masa kini ===
|