Wu Qi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
LaninBot (bicara | kontrib)
k ibukota → ibu kota
Baris 18:
Wu sadar bahwa wilayah sungai barat adalah daerah penting karena berbatasan dengan dua negara lain yaitu [[Qin]] dan [[Han]] karena itu harus dipertahankan sebaik-baiknya. Mula-mula ia memajukan pertanian agar daerah itu mampu memenuhi sendiri kebutuhan pangan pasukannya. Dia juga melatih pasukannya dengan disiplin ketat serta memilih orang-orang yang kompeten untuk membantunya mengelola daerah itu. Dengan makanan yang cukup dan pasukan yang terlatih, Qin tidak berani menyerbu sungai barat selama bertahun-tahun. Wu juga terlibat dalam 76 pertempuran dengan negara-negara lain dengan 64 kali menang dan sisanya seri. Wilayah kekuasaan Wei pun bertambah luas berkat jasanya.
 
Setelah Marquis Wen mangkat, putranya naik tahta sebagai [[Marquis Wu dari Wei]] (魏武侯). Karena masih muda dan belum berpengalaman ia terpengaruh oleh fitnah dari para lawan politik Wu Qi yang ingin menjatuhkannya. Marquis Wu termakan fitnah itu dan mencabut jabatan Wu sebagai penjaga sungai barat. Dengan sedih Wu mentaati perintah atasannya dan kembali ke ibukotaibu kota. Setelah kembali, ia dikucilkan dan tidak didengar lagi oleh Marquis Wu sehingga terpaksa harus melarikan diri sekali lagi. Sepeninggalnya sungai barat diserbu dan diduduki oleh pasukan Qin.
 
== Bekerja untuk negara Chu ==
Baris 25:
Sekitar tahun [[389 SM]], Wu memulai reformasinya. Langkah pertamanya adalah memangkas gaji pejabat dan menyeleksi ulang mereka, yang tidak kompeten dan korup disingkirkan sementara mereka yang jujur dipromosikan. Selain itu ia juga mengurangi hak para bangsawan dan tuan tanah. Hal ini mendapat tentangan keras dari mereka yang merasa kepentingannya terganggu. Namun Raja Dao yang sudah bertekad memakmurkan negaranya menerapkan hukum yang tegas terhadap siapapun yang melanggar. Para pejabat dan bangsawan yang tidak taat dibuang ke daerah pinggiran dan dipaksa mengolah lahan disana. Para tuan tanah dilarang berjumpa satu sama lain dan berpolitik untuk mencegah pemberontakan. Sektor publik dirampingkan dan segala jabatan yang tidak perlu dihapus.
 
Secara bertahap ekonomi Chu menggeliat sehingga cukup biaya untuk mengembangkan militer. Wu merekrut sejumlah pemuda gagah untuk menempati posisi penting dalam militer. Dengan pelatihan yang intensif, sekali lagi Chu menjadi negara militer yang kuat. Di bawah kepemimpinan Wu, pasukan Chu meraih banyak kemenangan. Sayang, di saat puncak kariernya kabar buruk datang dari ibukotaibu kota. Tahun 381 SM, Raja Dao mangkat sehingga Wu harus meninggalkan baris depan dan kembali ke ibukotaibu kota untuk menghadiri pemakaman sang raja. Para tuan tanah dan bangsawan yang membencinya mengambil kesempatan ini untuk memberontak, mereka menyusun rencana untuk menghabisi Wu selagi ia tidak bersama pasukannya.
 
Ketika Wu tiba di istana tanpa mereka menyergapnya. Walau sudah di ujung tanduk, Wu tidak menyerah begitu saja. Ia berlari ke tempat jenazah raja disemayamkan dan melompat ke atas jenazah itu. Para pemberontak menembakkan panah ke arahnya. Dalam kekacauan itu Wu tewas terkena panah bertubi-tubi, namun panah-panah itu juga mengenai jenazah sang raja. Menurut hukum Chu, siapapun yang menajiskan jenazah raja harus dihukum mati. Putra Raja Dao, [[Raja Su dari Chu]] (楚肃王) yang marah karena jenazah ayahnya dirusak menghukum mati lebih dari 70 bangsawan dan tuan tanah yang terlibat pemberontakan itu beserta keluarga mereka. Dengan demikian Wu Qi dengan lihainya meminjam tangan Raja Su untuk membalaskan dendamnya.