Bahtera Nuh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k hipotesa --> hipotesis
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
Baris 81:
Berbeda dengan kisah-kisah Yahudi, yang menggunakan istilah "kotak" atau "peti" untuk menggambarkan Bahtera Nuh, [[surah Al-'Ankabut]] ayat 15 dalam al-Qur'an menyebutnya ''as-Safinati'', sebuah kapal biasa atau bahtera, dan dijelaskan lagi dalam [[surah Al-Qamar]] ayat 13 sebagai "bahtera dari papan dan paku." Surah Hud ayat 44 mengatakan bahwa kapal itu mendarat di [[Gunung Judi]], yang dalam tradisi merupakan sebuah bukit dekat kota Jazirah bin Umar di tepi timur Sungai [[Tigris]] di provinsi [[Mosul]], [[Irak]]. Abdul Hasan Ali bin al-Husayn [[Masudi]] (meninggal 956) mengatakan bahwa tempat pendaratan bahtera itu dapat dilihat pada masanya. Masudi juga mengatakan bahwa Bahtera itu memulai perjalanannya di [[Kuffah]] di Irak tengah dan berlayar ke [[Mekkah]], dan di sana kapal itu mengitari [[Ka'bah]], sebelum akhirnya mendarat di Judi. Surah Hud ayat 41 mengatakan, "Dan Nuh berkata, 'Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya.'" Tulisan Abdullah bin 'Umar al-[[Baidawi]] abad ke-13 menyatakan bahwa Nuh mengatakan, "Dengan Nama Allah!" ketika ia ingin bahtera itu bergerak, dan kata yang sama ketika ia menginginkan bahtera itu berhenti.
 
Banjir itu dikirim oleh [[Allah]] sebagai jawaban atas doa Nuh bahwa generasinya yang jahat harus dihancurkan, namuntetapi karena Nuh adalah yang benar, maka ia terus menyebarkan peringatan itu, dan 70 orang penyembah berhala bertobat, dan masuk ke dalam Bahtera bersamanya, sehingga keseluruhan manusia yang ada di dalamnya adalah 78 orang (yaitu ke-70 orang ini ditambah 8 orang anggota keluarga Nuh sendiri). Ke-70 orang ini tidak mempunyai keturunan, dan seluruh umat manusia setelah air bah adalah keturunan dari ketiga anak lelaki Nuh. Anak lelaki (atau cucu lelaki, menurut beberapa sumber) yang keempat yang bernama Kana'an termasuk para penyembah berhala, dan karenanya ikut tenggelam.
 
Baidawi memberikan ukuran Bahtera itu yaitu 300 hasta, (50 x 30), dan menjelaskan bahwa pada mulanya di tingkat pertama dari tiga tingkat ini diletakkan binatang-binatang liar dan yang sudah dizinakkan, pada tingkat kedua ditempatkan manusia, dan yang ketiga burung-burung. Pada setiap lembar papan terdapat nama seorang nabi. Tiga lembar papan yang hilang, yang melambangkan tiga nabi, dibawa dari Mesir oleh Og, putera Anak, satu-satunya raksasa yang diizinkan selamat dari banjir. Tubuh [[Adam]] dibawa ke tengah untuk memisahkan laki-laki dari perempuan.
Baris 111:
 
== Menyelidiki Bahtera ==
Pada masa [[Renaisans]] terjadi spekulasi yang berlanjut yang mungkin telah dikenal oleh Origenes dan Augustinus: Bagaimana dengan [[Phoenix (mitologi)|Phoenix]], yang unik, bagaimana ia dapat datang sebagai suatu pasangan? (Pemecahan yang populer ialah bahwa phoenix adalah binatang berkelamin ganda.) dan mungkinkah [[Siren]], yang oleh hakikatnya memikat para pelaut menuju kematian mereka, diizinkan untuk naik ke kapal? (Jawabannya adalah tidak; mereka berenang di luar.) dan [[burung cenderawasih]], yang tidak mempunyai kaki —apakah ia terbang terus-menerus di dalam Bahtera? Namun pada saat yang sama, suatu aliran keilmuan yang baru telah muncul. Aliran ini di satu pihak tidak pernah mempertanyakan kebenaran harafiah cerita Bahtera, namuntetapi di pihak lain mulai berspekulasi tentang pembuatan kapal Nuh dari segi praktisnya, dari dalam kerangka yang alamiah semata-mata. Karena itu pada abad ke-15, Alfonso Tostada memberikan sebuah penjelasan terinci tentang logistik Bahtera ini, hingga pengaturan tentang pembuangan kotoran-kotoran penumpangnya dan sirkulasi udara segarnya, dan [[geometri|ahli geometri]] terkemuka Johannes Buteo memperhitungkan luas bagian dalam kapal itu, hingga memungkinkan Nuh untuk mempunyai sebuah penggilingan dan oven tanpa asap, sebuah model yang banyak diambil oleh para penafsir lainnya.<ref>Cohn, loc. cit.</ref>
 
Pada abad ke-17, orang merasa perlu untuk mempertemukan eksplorasi terhadap [[Dunia Baru]] dengan kesadaran yang kian meningkat tentang distribusi spesies-spesies global dengan keyakinan lama bahwa seluruh kehidupan berasal dari satu titik awal di lereng Gunung Ararat. Jawaban yang jelas ialah bahwa manusia telah menyebar di semua benua setelah hancurnya [[Menara Babel]] dan membawa binatang-binatang itu bersamanya, namuntetapi beberapa hasil tampaknya aneh: mengapa para penduduk asli Amerika Utara membawa bersama mereka ular beludak sementara kuda-kuda tidak, demikian Sir [[Thomas Browne]] bertanya-tanya pada 1646. "Bagaimana Amerika penuh dengan Binatang-binatang pemangsa dan Binatang berbahaya, namuntetapi tidak memiliki Makhluk yang penting, yaitu Kuda, adalah sesuatu yang aneh."<ref>Cohn, p.41</ref>
 
Browne, yang merupakan salah seorang pertama yang mempertanyakan pendapat tentang [[perbanyakan spontan]] (spontaneous generation), adalah seorang dokter medis dan ilmuwan amatir yang melakukan observasi ini secara sepintas. Para sarjana Alkitab pada masa itu, seperti misalnya [[Justus Lipsius]] (1547–1606) dan [[Athanasius Kircher]] (c.1601–1680) juga mulai meneliti kisah Bahtera dengan sangat cermat sementara mereka berusaha mengharmoniskan cerita Alkitab itu dengan [[sejarah alamiah|pengetahuan tentang sejarah alam]]. Hipotesis-hipotesis yang dihasilkan merupakan dorongan penting terhadap studi tentang distribusi geografis tanaman-tanaman dan binatang-binatang, dan secara tidak langsung mendorong munculnya [[biogeografi]] pada abad ke-18. Para sejarahwan alamiah mulai menarik hubungan antara iklim dengan binatang-binatang dan tanaman-tanaman yang menyesuaikan diri dengannya. Salah satu teori yang berpenaruh menyatakan bahwa Ararat yang disebut dalam Alkitab dihantam oleh berbagai zona iklim, dan ketika iklim berubah, binatang-binatang yang ada di situ pun berpindah, dan akhirnya menyebar untuk memenuhi seluruh bumi. Ada pula masalah dengan jumlah spesies yang dikenal yang terus bertambah. Bagi Kircher dan para sejarahwan alamiah lainnya, tidak ada banyak masalah untuk menemukan ruangan untuk semua binatang yang dikenal di dalam Bahtera, tetapi pada masa kerja [[John Ray]] (1627–1705), hanya beberapa dasawarsa setelah Kircher, jumlah dari binatang-binatang yang dikenal telah jauh melampaui proporsi Alkitab. Upaya memasukkan jumlah binatang yang dikenal menjadi semakin sulit, dan pada 1700 hanya segelintir sejarahwan alamiah yang dapat membenarkan penafsiran harafiah atas naratif Bahtera Nuh.<ref>lihat Janet Browne, ''The Secular Ark: Studies in the History of Biogeography'', Yale University Press, New Haven & London, ISBN 0-300-02460-6.</ref>