Suku Banjar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
LaninBot (bicara | kontrib)
k ibukota → ibu kota
Baris 527:
 
 
Suku bangsa Banjar terbentuk dari suku-suku Bukit, Maanyan, Lawangan dan Ngaju yang dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu yang berkembang sejak zaman [[Kerajaan Sriwijaya|Sriwijaya]] dan kebudayaan Jawa pada zaman [[Kerajaan Majapahit|Majapahit]], dipersatukan oleh kerajaan yang beragama Buddha, Hindu dan terakhir Islam, dari kerajaan Banjar, sehingga menumbuhkan suku bangsa Banjar yang berbahasa Banjar.<ref>[http://www.indonesia.go.id/in/pemerintah-daerah/provinsi-kalimantan-selatan/sosial-budaya Sosial Budaya Provinsi Kalimantan Selatan] - indonesia.go.id</ref> [[Suku bangsa]] Banjar terbagi menjadi tiga subsuku, yaitu '''(Banjar) Pahuluan''', '''(Banjar) Batang Banyu''', dan '''Banjar (Kuala)'''. Banjar Pahuluan pada asasnya adalalah penduduk daerah lembah-lembah sungai (cabang sungai Negara) yang berhulu ke [[pegunungan Meratus]]. Banjar Batang Banyu mendiami lembah [[sungai Negara]], sedangkan orang Banjar Kuala mendiami sekitar [[Banjarmasin]] dan [[Martapura, Banjar|Martapura]]. Bahasa yang mereka kembangkan dinamakan [[bahasa Banjar]], yang terbagi ke dalam dua dialek besar yaitu '''Banjar Hulu''' dan '''Banjar Kuala'''. Nama '''Banjar''' diperoleh karena mereka dahulu (sebelum kesultanan Banjar dihapuskan pada tahun [[1860]]) adalah warga [[Kesultanan Banjarmasin]] atau disingkat '''Banjar''', sesuai dengan nama ibukotanyaibu kotanya pada mula berdirinya. Ketika ibukotaibu kota dipindahkan ke arah pedalaman (terakhir di [[Martapura]]), nama tersebut tampaknya sudah baku atau tidak berubah lagi.<ref name="alfani">{{id}} Alfani Daud, Islam & masyarakat Banjar: diskripsi dan analisis kebudayaan Banjar, RajaGrafindo Persada, 1997, ISBN 979-421-599-6, 9789794215999</ref>
 
Sejak abad ke-19, suku Banjar migrasi ke pantai timur [[Sumatra]] dan [[Malaysia]]. Di Malaysia, suku Banjar digolongkan sebagai bagian dari [[Bangsa Melayu]].
Baris 539:
=== Banjar Pahuluan ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Vrouwen op de markt in Kandangan TMnr 60018750.jpg|jmpl|250px|ka|Orang [Banjar] Pahuluan puak Amandit (Kandangan)]]
Sangat mungkin sekali pemeluk [[Islam]] sudah ada sebelumnya di sekitar [[keraton]] yang dibangun di [[Banjarmasin]], tetapi pengislaman secara massal diduga terjadi setelah raja Pangeran Samudera yang kemudian dilantik menjadi [[Sultan Suriansyah]], memeluk Islam diikuti warga kerabatnya, yaitu ''bubuhan raja-raja''. Perilaku raja ini diikuti elit ibukotaibu kota, masing-masing tentu menjumpai penduduk pedalaman, yaitu [[suku Dayak Meratus|Orang Bukit]], yang dahulu diperkirakan mendiami lembah-lembah sungai yang sama.
 
Untuk kepentingan [[keamanan]], atau karena memang ada ikatan kekerabatan, cikal bakal suku Banjar membentuk komplek permukiman tersendiri. Komplek permukiman cikal bakal suku Banjar (Pahuluan) yang pertama ini merupakan komplek permukiman ''[[bubuhan]]'', yang pada mulanya terdiri dari seorang tokoh yang berwibawa sebagai kepalanya, dan warga kerabatnya, dan mungkin ditambah dengan [[keluarga]]-keluarga lain yang bergabung dengannya. Model yang sama atau hampir sama juga terdapat pada masyarakat ''balai'' di kalangan masyarakat orang Bukit, yang pada asasnya masih berlaku sampai sekarang. Daerah lembah sungai-sungai yang berhulu di [[Pegunungan Meratus]] ini tampaknya [[wilayah]] permukiman pertama masyarakat Banjar, dan di daerah inilah konsentrasi penduduk yang banyak sejak zaman kuno, dan daerah inilah yang dinamakan '''Pahuluan'''. Apa yang dikemukakan di atas menggambarkan terbentuknya masyarakat (Banjar) Pahuluan, yang tentu saja dengan kemungkinan adanya unsur orang Bukit ikut membentuknya.<ref name="alfani"/>
Baris 545:
=== Banjar Batang Banyu ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Riviergezicht met moskee TMnr 10016657.jpg|jmpl|250px|ka|Perkampungan orang [Banjar] Batang Banyu puak Nagara Daha]]
[[Masyarakat]] (Banjar) Batang Banyu terbentuk diduga erat sekali berkaitan dengan terbentuknya pusat [[kekuasaan]] yang meliputi seluruh wilayah Banjar, yang barangkali terbentuk mula pertama di hulu [[sungai Negara]] atau cabangnya yaitu [[sungai Tabalong]]. Sebagai warga yang berdiam di [[ibukotaibu kota]] tentu merupakan kebanggaan tersendiri, sehingga menjadi kelompok penduduk yang terpisah. [[Daerah]] tepi sungai Tabalong adalah merupakan tempat tinggal tradisional dari [[suku Dayak Maanyan|Orang Maanyan]] (dan [[Suku Dayak Lawangan|Orang Lawangan]]), sehingga diduga banyak yang ikut serta membentuk subsuku Banjar Batang Banyu, di samping tentu saja orang-orang asal '''Pahuluan''' yang pindah ke sana dan para pendatang yang datang dari luar. Bila di Pahuluan umumnya orang hidup dari bertani (subsistens), maka banyak di antara [[penduduk]] Batang Banyu yang bermata pencarian sebagai [[pedagang]] dan pengrajin.<ref name="alfani"/>
 
=== Banjar Kuala ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Scheepvaartverkeer op een zijrivier van de Martapoera Bandjermasin Borneo TMnr 10014062.jpg|jmpl|250px|ka|Perkampungan orang Banjar [Kuala].]]
Ketika pusat kerajaan dipindahkan ke [[Banjarmasin]] (terbentuknya [[Kesultanan Banjarmasin]]), sebagian warga Batang Banyu (dibawa) pindah ke pusat kekuasaan yang baru ini dan bersama-sama dengan penduduk sekitar keraton yang sudah ada sebelumnya, membentuk subsuku Banjar. Di kawasan ini mereka berjumpa dengan [[suku Dayak Ngaju|orang Ngaju]], yang seperti halnya dengan masyarakat Bukit dan masyarakat Maanyan serta Lawangan, banyak di antara mereka yang akhirnya melebur ke dalam masyarakat Banjar, setelah mereka memeluk agama [[Islam]]. Mereka yang bertempat tinggal di sekitar ibukotaibu kota kesultanan inilah sebenarnya yang dinamakan atau menamakan dirinya '''''orang Banjar''''', sedangkan masyarakat Pahuluan dan masyarakat Batang Banyu biasa menyebut dirinya sebagai orang (asal dari) kota-kota kuno yang terkemuka dahulu. Tetapi bila berada di luar [[Tanah Banjar]], mereka itu tanpa kecuali mengaku sebagai orang Banjar.<ref name="alfani"/>
 
Demikian kita dapatkan keraton keempat adalah lanjutan dari [[Kerajaan Negara Daha|kerajaan Daha]] dalam bentuk [[kerajaan Banjar]] Islam dan berpadunya suku Ngaju, Maanyan dan Bukit sebagai inti. Inilah penduduk [[Kuin Utara, Banjarmasin Utara, Banjarmasin|Banjarmasih]] ketika tahun 1526 didirikan. Dalam [[amalgamasi]] (campuran) baru ini telah bercampur unsur budaya [[Melayu]], [[Suku Jawa|Jawa]], Ngaju, Maanyan, Bukit dan suku kecil lainnya diikat oleh agama [[Islam]], berbahasa [[Bahasa Banjar|Banjar]] dan adat istiadat Banjar oleh difusi kebudayaan yang ada dalam [[keraton]]. Di sini kita dapatkan bukan suku Banjar, karena kesatuan etnik itu tidak ada, yang ada adalah grup atau kelompok besar yaitu kelompok Banjar Kuala, kelompok Banjar Batang Banyu dan Banjar Pahuluan.
Baris 713:
[[Migrasi]] suku Banjar (Banjar Kuala) ke [[Kalimantan Tengah]] terutama terjadi pada masa pemerintahan [[Sultan Banjar]] IV yaitu Raja Maruhum atau [[Mustain Billah dari Banjar|Sultan Musta'inbillah]] ([[1650]]-[[1672]]), yang telah mengizinkan berdirinya [[Kerajaan Kotawaringin]] dengan rajanya yang pertama [[Pangeran Dipati Anta-Kasuma]].
 
Suku Banjar yang datang dari lembah [[sungai Negara]] (wilayah Batang Banyu) terutama orang Negara (urang Nagara) yang datang dari Kota Negara (bekas ibukotaibu kota [[Kerajaan Negara Daha]]) telah cukup lama mendiami wilayah [[Kahayan Kuala, Pulang Pisau]], yang kemudian disusul orang Kelua (''Urang Kalua'') dari [[Tabalong]] dan orang [[Hulu Sungai]] lainnya mendiami daerah yang telah dirintis oleh orang Negara. Puak-puak suku Banjar ini akhirnya melakukan [[perkawinan]] campur dengan suku Dayak Ngaju setempat dan mengembangkan agama Islam di daerah tersebut.<ref>{{id}} {{cite book
| author = Taufik Arbain
| isbn = 9789791283861