Pancaran Sinar Petromak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k ibukota → ibu kota
Baris 4:
Para personel OM PSP diantaranya adalah beberapa sejumlah mahasiswa [[Universitas Indonesia]] yang berkampus di daerah Rawamangun, kota Jakarta Timur. OM PSP yang terdiri atas Ade Anwar (gendang I, vokal), Monos (gitar, vokal), Omen (okulele, vokal) , Rizali Indrakesumah (mandolin, vokal), Dindin (tamborin), Aditya (gendang II), Andra Ramadan Muluk (marakas), James R Lapian (bas) serta bintang tamu Edwin Hudioro.
 
Kepopuleran mereka diperkuat setelah kerap tampil bersama Warkop dalam program ''Warung Kopi'' di salah satu sebuah stasiun radio ibukotaibu kota, [[Prambors]], yang pada saat itu sangat disukai kalangan remaja dan mahasiswa Jakarta. Debut mereka pertamakali tampil di stasiun televisi nasional, [[TVRI]] pada peringatan ulang-tahun TVRI pada tahun 1978. Setelah itu, mereka tampil dalam beberapa [[film]] yang juga lumayan sukses di pasaran. Hanya saja, kekuatan mereka adalah pada aransemen musik yang khas dan celotehan lirik lagu yang sangat lekat dengan kehidupan masyarakat. Ketika mereka memplesetkan lagu rakyat [[Skotlandia]] ''My Bonnie'' dengan irama Melayu, sangat jelas kelihatan proses kreatifnya yang amat tinggi, begitu pula saat mereka menyanyikan salah-satu lagu hits kelompok musik [[The Beatles]] (''Can't Buy Me Love''). Proses kreatif itu yang menjadikan karya-karya mereka sulit ditandingi oleh grup-grup serupa yang muncul pada kurun tahun belakangan.
 
Dalam penampilannya di layar kaca stasiun televisi itu pada tahun 1978 itu, PSP manggung bersama pelawak [[Dono]], [[Kasino]], [[Indro]] (Warkop) dan [[Nanu]]. Nanu inilah yang dikenal karena lagu ''Cubit-Cubitan''-nya yang berlogat suku Batak, padahal Nanu berasal dari wilayah [[Jawa Tengah]]. Munculnya, grup OM PSP ini akan sangat bagus jika dikontekstualisasikan pada zaman ketika pergerakan mahasiswa 77/78 memperoleh momentumnya. Pada saat itu, gerakan mahasiswa sedang gencar mengkritik berbagai ketimpangan sosial. Rojali, salah-satu personel grup PSP berhasil dengan bagus memotret ketimpangan itu dalam lagu ''Duta Merlin''. Lagu yang ringan, yang menunjukkan kesenjangan terhadap sosial kemanusiaan dan dimulainya era kapitalisasi spasio-stemporal di Jakarta pada lokasi-lokasi tertentu.