Herman Johannes: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kembangraps (bicara | kontrib)
LaninBot (bicara | kontrib)
k ibukota → ibu kota
Baris 43:
Keahlian Herman Johannes sebagai [[fisika]]wan dan [[kimia]]wan ternyata berguna untuk memblokade gerak pasukan Belanda selama ''clash'' I dan II. Bulan Desember 1948, Letkol [[Soeharto]] sebagai Komandan Resimen XXII TNI yang membawahi daerah Yogyakarta meminta Herman Johannes memasang bom di jembatan kereta api [[Sungai Progo]]. Karena ia menguasai teori [[jembatan]] saat bersekolah di THS Bandung, Johannes bisa membantu pasukan Resimen XXII membom jembatan tersebut. Januari 1949, Kolonel GPH [[Djatikoesoemo]] meminta Herman Johannes bergabung dengan pasukan [[Akademi Militer]] di sektor ''Sub-Wehrkreise'' 104 Yogyakarta. Dengan markas komando di Desa Kringinan dekat [[Candi Kalasan]], lagi-lagi Herman Johannes diminta meledakkan Jembatan [[Bogem]] yang membentang di atas [[Sungai Opak]]. Jembatan akhirnya hancur dan satu persatu jembatan antara Yogya-[[Solo]] dan Yogya-[[Kaliurang]] berhasil dihancurkan Johannes bersama para taruna Akademi Militer. Aksi gerilya ini melumpuhkan aktivitas pasukan Belanda sebab mereka harus memutar jauh mengelilingi [[Gunung Merapi]] dan [[Gunung Merbabu]] melewati [[Magelang]] dan [[Salatiga]] untuk bisa masuk ke wilayah Yogyakarta.
 
Pengalamannya ber[[gerilya]] membuat Herman Johannes juga ikut serta dalam [[Serangan Umum 1 Maret 1949]] yang menyerbu kota Yogyakarta di pagi buta dan bisa menduduki ibukotaibu kota Republik selama enam jam. Herman Johannes juga menjadi saksi sumbangan [[Sri Sultan Hamengkubuwono IX]] kepada perjuangan kemerdekaan Indonesia. Bersama Letnan [[Soesilo Soedarman]] dan Letnan Djajadi, Mayor Johannes pernah bertugas ke [[Wedi, Klaten]], untuk melakukan koordinasi perjuangan. Mereka bertiga berangkat memakai seragam baru hadiah dari [[Sultan Hamengkubuwono IX|Sultan Yogya]]. Sultan pun memberi gaji seratus [[rupiah]] [[Oeang Republik Indonesia]] (ORI) setiap bulan kepada para taruna Akademi Militer.
 
Dalam sebuah makalahnya Herman Johannes pernah mengemukakan bahwa Sri Sultan dan [[Paku Alam VIII|Paku Alam]] bersama Komisi PBB menjemput para gerilyawan masuk kota Yogyakarta pada [[29 Juni]] [[1949]]. Pasukan Akademi Militer masuk kota dari arah [[Gondokusuman, Yogyakarta|Pengok]] dan dijemput langsung Paku Alam VIII, dan Herman Johannes kemudian harus berpisah dengan teman-teman seperjuangannya utuk kembali ke dunia pendidikan. Jasanya di dalam perang kemerdekaan membuat Herman Johannes dianugerahi [[Bintang Gerilya]] pada tahun 1958 oleh Pemerintah RI. Herman Johannes mendapat anugerah gelar [[Pahlawan Nasional]] dari Presiden Yudhoyono dalam rangka peringatan Hari Pahlawan 2009.<ref>[http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2009/11/09/brk,20091109-207172,id.html Profesor Herman Johanes Mendapat Gelar Pahlawan]</ref><ref>[http://www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2009/11/09/4853.html Penganugerahaan Gelar Pahlawan Nasional dan Tanda Kehormatan RI]</ref>