Partai Sosialis Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 59:
* [[Lukman Wiriadinata]], advokat, Ketua Persatuan Advokat Indonesia, pendiri Lembaga Bantuan Hukum, [[Daftar Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia|Menteri Kehakiman]]
* [[Rosihan Anwar]], pemimpin surat kabar ''[[Pedoman]].''
* [[Sarbini Sumawinata]], seorang ekonom kenamaan dan, Guru Besar Fakultas Ekonomi [[Universitas Indonesia|UI]] dalam bidang ekonomi kerakyatan dan pernah menjabat sebagai [[Daftar Kepala Badan Pusat Statistik|Kepala Biro Pusat Statistik]] pertama (1955-1965).
* [[Siauw Giok Tjhan]], aktivis.
* [[Soe Hok Gie]], aktivis mahasiswa, aktivis Gerakan Mahasiswa Sosialis (GMS) cabang UI Jakarta.
Baris 83:
Dalam bidang surat kabar/pers, PSI memiliki tiga corong, yakni Koran ''Pedoman'' di bawah pimpinan Rosihan Anwar (Nomor perdana ''Pedoman'' terbit pada 29 November 1948), Majalah ''Suara Sosialis'', dan Majalah ''Sikap'' (terbit perdana sejak Agustus 1948<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=a_uaI-Au4I4C&pg=PA495&dq=majalah+sikap+partai+sosialis+indonesia&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiV66_f2v_ZAhVY0mMKHda-ARAQ6AEILDAB#v=onepage&q=majalah%20sikap%20partai%20sosialis%20indonesia&f=false|title=Kronik Revolusi Indonesia Jilid IV (1948)|last=Toer|first=Pramoedya Ananta|last2=Toer|first2=Koesalah Soebagyo|last3=Kamil|first3=Ediati|date=2003|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)|year=|isbn=9789799023889|location=Jakarta|pages=495|language=id}}</ref>). Untuk dua majalah terakhir yang disebut merupakan majalah untuk internal partai sebagai suplemen khusus bagi anggota partai, berisi berbagai artikel, opini dan pemandangan politik yang disampaikan oleh tokoh-tokoh pemimpin partai. Sosialisme dan kedekatannya dengan kelompok Sjahrir memengaruhi sikap dan cara Rosihan mengambil kebijakan dalam mengelola ''Pedoman''. Beberapa kalangan pun beranggapan ''Pedoman'' adalah suratkabar PSI. Menurut Rosihan Anwar, hubungan ''Pedoman'' dengan PSI harus dilihat dalam konteks saat itu. Hampir semua partai politik mempunyai organ pers, kecuali PSI yang tak punya modal. Secara sukarela Rosihan menjadikan ''Pedoman'' sebagai pendukung sosialis. "''PSI harus berterima kasih kepada saya karena saya bersedia dan secara sukarela menyokong perjuangan PSI. Tanpa mengeluarkan biaya, PSI mendapatkan koran pendukungnya, suatu koran yang besar tirasnya zaman itu''," ujar Rosihan, bercanda. Sikap itu terlihat jelas pada pemilihan umum tahun 1955. Rosihan masuk PSI untuk memenuhi syarat pencalonannya sebagai anggota Konstituante. Lalu dia menjadikan korannya untuk kepentingan kampanye PSI lewat tajuk rencana “Pilihan Kita: PSI”.<ref>{{Cite web|url=https://historia.id/obituari/articles/jatuh-bangun-koran-kiblik-vX4dv|title=Jatuh-Bangun Koran Kiblik|website=Historia - Obrolan Perempuan Urban|language=id-ID|access-date=2018-05-03}}</ref>
 
Di kalangan mahasiswa ada Gerakan Mahasiswa Sosialis dipimpin oleh Hersubeno dan Sudjono Jali, dan kemudian diganti Maruli Silitonga dan Hakim Simamora. Salah satu tokoh Gerakan Mahasiswa Sosialis yang terkenal adalah alumni Sejarah Fakultas Sastra UI Jakarta, Soe Hok Gie. Ada [[Rahman Tolleng]] yang juga merupakan anggota Gerakan Mahasiswa Sosialis Bandung. Sayap pemuda PSI bernama Gerakan Pemuda Sosialis, dipimpin oleh Suwandi Citut dan Gatot Kusumohadi. Sedangkan sayap wanita PSI bernama Gerakan Wanita Sosialis (GWS), dipimpin oleh Siti Wahjunah, istri Sutan Syahrir. Beliau adalah kakak [[Soedjatmoko]] dan Prof. [[Miriam Budiardjo]].<ref>{{Cite web|url=http://www.prismajurnal.com/forum-thread.php?id=%7B8B5A5D3C-E973-D7A1-5576-967A10540C5D%7D|title=Prisma Jurnal|website=www.prismajurnal.com|access-date=2017-09-08}}</ref> [[Mien Soedarpo|Minarsih Wiranatakusumah]] dan Ny. K. Tauchid (Istri Moch. Tauchid) merupakan tokoh dari organisasi perempuan PSI tersebut.<ref>Historia No. 18 Tahun II 2014, hlm. 48-52</ref> Sebelum berdirinya GWS, PSI mengandalkan kontak politik yang erat dengan organisasi wanita lain, [[Isteri-Sedar]]. Isteri-Sedar merupakan organisasi pergerakan perempuan yang didirikan Nyonya Soewarni Pringgodigdo. Namun setelah pemilihan 1955, PSI merasa bahwa Isteri-Sedar telah gagal memobilisasi pemilih perempuan untuk partai ini dan oleh karena itu partai memutuskan untuk membentuk sayap perempuannya sendiri yakni GWS.<ref>Wijono. ''The General Elections in Indonesia and the Partai Sosialis Indonesia'', in ''Socialist Asia'', Vol IV, November 1955/February 1956, Nos. 3-4. hlm. 16-17</ref>
 
Sedangkan untuk sayap buruh, partai membentuk [[Kongres Buruh Seluruh Indonesia]] (KBSI) dan membentuk sayap tani bernama Gerakan Tani Indonesia (GTI). Kongres Buruh Seluruh Indonesia (KBSI) terbentuk karena keterlibatan federasi serikat buruh [[Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia]] (SOBSI) dalam [[Peristiwa Madiun 1948]], yang mendorong beberapa anggota nonkomunis memilih keluar. Mereka menilai perlu ada federasi buruh yang baru dan independen. KBSI merupakan fusi antara Persatuan Organisasi Buruh (POB), di mana kelompok Sjahrir berada, menjalin hubungan dengan organisasi serikat buruh nonkomunis lainnya seperti Gabungan Sarekat Buruh Indonesia (GSBI) yang nasionalis, Badan Pekerja Sarekat Sekerdja (BPSS), dan Gabungan Organisasi Buruh Sumatra Utara (GOBSU). Mereka menggelar kongres bersama pada 10-12 Mei 1953 dan memutuskan berfusi dalam kongres tersebut. Secara ringkas KBSI didirikan sebagai penggabungan dari berbagai federasi nasional dan regional kecil yang telah bekerja bekerja sama selama beberapa tahun di dalam Dewan Serikat-Serikat Buruh Indonesia (DSBI), yang terdiri dari serikat-serikat nonkomunis.<ref>Tedjasukmana, Iskandar (1958). ''The Political Character of the Indonesian Trade Union Movement'', Monograph Series (dalam bahasa Inggris). Ithaca, New York: Southeast Asia Program, Department of Far Eastern Studies Cornell University. hlm. 45 </ref> KBSI sendiri dipimpin oleh orang yang bukan berlatar PSI. Ketua KBSI adalah Mr. Rahendra Koesnan, mantan menteri<ref>Namanya biasa ditulis Rh. Koesnan. Pernah menjadi Ketua PGRI, lalu menjadi Menteri Perburuhan dan Urusan Sosial (Kini bernama Menteri Tenaga Kerja) pada Kabinet Hatta I, Kabinet Hatta II, dan Kabinet Susanto. Pada saat kepemimpinannya di KBSI, sempat timbul ketegangan antara kelompok nonsosialis dengan kelompok sosialis (pro-PSI). Kemudian pada Desember 1953; Koesnan mengundurkan diri, yang diikuti beberapa serikat buruh nonsosialis. Mr. Koesna Poeradiredja naik menjadi ketua umum menggantikan dirinya.</ref> yang condong ke PNI, dan Mr. Koesna Poeradiredja dari nonpartai. Rahendra Koesnan juga dikenal sebagai pendiri dari [[Persatuan Guru Republik Indonesia]] (PGRI). Salah satu petinggi KBSI lainnya adalah Rivai S Atmadja.<ref>{{Cite web|url=https://historia.id/modern/articles/kongres-buruh-seluruh-indonesia-serikat-buruhnya-kaum-sosialis-P3erw|title=Kongres Buruh Seluruh Indonesia, Serikat Buruhnya Kaum Sosialis|website=Historia - Obrolan Perempuan Urban|language=id-ID|access-date=2018-05-01}}</ref>