Arsitektur Minangkabau: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 38:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Model van een huis TMnr 0-325.jpg|jmpl|Koto Piliang|al=|kiri]]
 
Secara umum, corak bangunan di Minangkabau ditentukan oleh sistem adat atau kelarasan yang dianut. Terdapat dua kelarasan di Minangkabau, yakni [[Lareh Koto Piliang|Kelarasan Koto Piliang]] yang diciptakan oleh [[Datuk Ketumanggungan]] dan [[Lareh Bodi Caniago|Kelarasan Bodi Chaniago]] yang diciptakan oleh [[Datuk Perpatih Nan Sebatang]].{{sfn|Syafwandi|1993|pp=8–9}} Kelarasan Koto Piliang berciri arsitokratis, sedangkan Kelarasan Bodi Chaniago berciri demokratis.{{sfn|Syafwandi|1993|pp=30}} Semula, perbedaan kedua kelarasan hanya menyangkut aspek politik, tetapi berikutnya merambat sampai kepada bentuk bangunan, terutama pada rumah adat dan balai adat.{{sfn|Esti Asih Nurdiah|2011|pp=18}}{{sfn|Sudarman|2014|pp=93}} Perbedaannya terutama terletak pada keberadaan ''[[anjung]]'', semacam panggung di kedua ujung bangunan.{{sfn|Esti Asih Nurdiah|2011|pp=38}} Rumah adat dan balai adat Koto Piliang memiliki ciri khas memiliki anjung, sedangkan rumah adat dan balai adat Bodi Caniago tidak memiliki anjung. Akan tetapi, ciri khas keduanya tetap sama, yaitu gonjong.{{sfn|Syafwandi|1993|pp=30–31}}{{sfn|Aulia Azmi|Imam Faisal Pane|pp=329}}
 
Selain itu, corak bangunan di Minangkabau ditentukan oleh wilayah tempat bangunan itu berada. Wilayah Minangkabau terbagi atas dua bagian, yaitu ''[[Dataran Tinggi Minangkabau|darek]]'' dan ''[[rantau]]''. Darek meliputi wilayah di pedalaman Minangkabau yang dikenal sebagai wilayah inti kebudayaan Minangkabau. Wilayahnya berada di sekitar tiga gunung yang dikenal dengan sebutan [[Puncak-puncak Tri Arga|Tri Arga]], yaitu [[Gunung Marapi]], [[Gunung Singgalang|Singgalang]], dan [[Gunung Sago|Sago]]. Menurut tambo, penduduk di tiga wilayah ini diyakini berasal dari [[Pariangan, Pariangan, Tanah Datar|Pariangan]], yang seiring perkembangan penduduk melakukan migrasi ke daerah-daerah di sekitar tiga gunung dan membentuk konfederasi yang disebut sebagai [[Luhak|''luhak'']], yakni [[Luhak Limo Puluah]], [[Luhak Agam]], dan [[Luhak Tanah Data]].{{sfn|Syafwandi|1993|pp=4–8}}