Arsitektur Minangkabau: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 140:
 
Untuk tujuan yang sama, bangunan masjid-masjid di Minangkabau dibuat mengadopsi aspek-aspek bangunan rumah gadang. Masjid-masjid tradisional di Minangkabau seluruhnya mempergunakan tiang sebagai penyangga utama. Seperti rumah gadang, ada tiang yang dikenal sebagai tonggak tuo atau tiang macu.{{sfn|Syafwandi|1993|pp=34}}{{sfn|Sudarman|2014|pp=50}} Adapun fitur tambahan dari masjid yakni menara. Menara pada masjid diperkenalkan pada awal abad ke-19 oleh sejumlah reformis lslam yang dikenal sebagai [[Kaum Padri]].{{sfn|P. Nas & Martien de Vletter|2009|pp=68}}
 
== Rangkiang ==
{{utama|Rangkiang}}Dalam kehidupan masyarakat Minangkabau tradisional, setiap rumah gadang memiliki tempat penyimpan padi, yang disebut ''rangkiang''. Bangunannya berbentuk seperti rumah panggung dengan atap gonjong, tetapi berukuran lebih kecil dari rumah gadang. Rangkiang tidak berjendela, dan hanya ada satu pintu yang digunakan untuk memasukan dan mengeluarkan padi. Pintu ini tidak terletak dekat dengan tanah melainkan menyentuh bagian dinding atap atau disebut ''singok'', sehingga dibutuhkan tangga untuk menjangkaunya.
 
Lantai panggung melindungi padi yang ada di dalam rangkiang dari tanah yang lembap. Terdapat balok lantai pada rangkiang atau disebut ''jariau'' yang berperan untuk menahan isi rangkiang. Pondasi yang digunakan berupa [[batu kali]] yang pipih sebagaimana rumah gadang. Dinding rangkiang terdiri dari dua lapis, yaitu pada lapisan luar yang disebut dinding tadia dan dinding pada lapis dalam yang disebut dinding papan. Bentuk penampang rangkiang sama halnya dengan rumah gadang, yakni seperti trapesium terbalik. Bentuk ini memungkinkan rangkian terhindar dari terpaan hujan secara langsung.{{sfn|Syafwandi|1993|pp=32}}
 
== Balai adat ==