Jambu mete: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dilakukan penambahan konten mengenai penjelasan umum jambu mete, potensi jambu mete di indonesia, kondisi optimum pertumbuhan, penanaman, Produk utama, produk sekunder, dan kajian metabolomik
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 24:
 
== Kondisi Pertumbuhan ==
Jambu mete merupakan tanaman asli dari timur laut Brasil. Kemudian, pada misionaris Portugis membawanya ke Afrika Timur dan India selama akhir abad ke-16, sehingga tanaman ini menjadi berlimpah di daratan rendah dekat pantai laut. Di dunia, jambu mete banyak dikultivasi di wilayah sekitar Brazil dan India. Disamping itu, banyak juga dikonsumsi pada wilayah asia selatan dan asia tenggara. Tanaman ini dapat tumbuh hingga 12 meter di tanah subur dengan kelembaban yang tinggi <ref>{{Cite web|url=https://www.britannica.com/plant/cashew|title=cashew {{!}} Description, Poison, & Processing|website=Encyclopedia Britannica|language=en|access-date=2019-04-25}}</ref>. Jambu mete tumbuh baik pada wilayah dengan temperature yang cukup hangat yaitu sekitar 25-40<sup>o</sup>C. Jambu mete ditanam dengan menanam biji segar dari jambu mete pada tanah yang lembab dan kaya akan nutrisi. Kemudian, biji dari jambu mete akan tumbuh pada 4-5 hari. Penanaman pohon dilakukan dengan jarak sekitar 10 meter antar pohon, serta dilakukan pada tanah yang memiliki banyak kandungan pasirnya <ref>{{Cite web|url=https://www.tropicalpermaculture.com/growing-cashews.html|title=Growing Cashews, How To Grow Cashew Trees, Nuts And Apples|website=www.tropicalpermaculture.com|access-date=2019-04-25}}</ref>. Disamping itu, jambu mete dapat tumbuh pada ketinggian 1-1.200 mdpl dengan optimum pada ketinggian 700 mdpl. Jambu mete juga cocok dikembangkan pada wilayah dengan kelembaban yang cukup tinggi yaitu sekitar 70-80%, tetapi memiliki toleransi untuk dapat tetap tumbuh pada suhu 60-70%. Daerah yang paling sesuai untuk budidaya jambu mete, berdasarkan curah hujannya yaitu daerah dengan curah hujan rata-rata 1.000-2.000 mm/tahun dengan 4-6 bulan kering (<60 mm). Berdasarkan jenis tanahnya, jenis tanah yang paling cocok untuk pertumbuhan tanaman jambu mete yaitu tanah berpasir, tanah lempung berpasir, dan tanah ringan berpasir dengan pH sekitar 6,3-7,3 dan dapat tetap hidup pada pH 5,5-6,3 <ref name=":1">{{Cite web|url=http://disbun.jabarprov.go.id/page/view/59-id-jambu-mete|title=Jambu Mete|last=Media|first=4 Vision|website=Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat|access-date=2019-04-25}}</ref>.
 
== Penanaman ==
Penanaman jambu mete depat dilakukan dengan du acara pembibitan yaitu dengan cara generatif menggunakan biji dan cara vegetative menggunakan cangkok, stek, dan temple. Sejauh ini, metode yang banyak digunakan adalah dengan cara vegetatif atau menggunakan bibit vegetatif. Bibit vegetatif tersebut akan menghasilkan buah yang sangat identik dengan induknya. Tanah yang akan digunakan untuk budidaya terlebih dahulu dibajak atau dicangkul supaya lebih gembur. Kemudian dibuat lubang tanam dengan kedalaman 50cm dan memiliki lebar 35-40cm dengan jarak tanam sekitar 5m. Karena kacang mete merupakan tanaman yang optimum tumbuh pada kondisi lingkungan lembab, maka harus dilakukan proses penyiraman secara teratur hingga usia satu bulan. Tanaman jambu mete tersebut juga harus diberi pupuk agar pertumbuhannya lebih maksimal <ref>{{Cite web|url=http://www.agrowindo.com/peluang-usaha-budidaya-jambu-mete-dan-analisa-usahanya.htm|title=Peluang Usaha Budidaya Jambu Mete dan Analisa Usahanya|date=2017-06-09|website=Agrowindo|access-date=2019-04-25}}</ref>.
 
== Potensi di Indonesia ==
Baris 37:
Dalam pemenuhan standarnya, kualitas kacang mete diklasifikasikan ke dalam beberapa kelas. Namun, untuk semua kelas dari kualitas kacang mete, terdapat standar minimum yang harus dimiliki oleh kacang mete pada kelas manapun. Standar minimum tersebut yaitu kacang mete yang akan dikonsumsi harus berada dalam keadaan bersih dan bebas dari semua bahan yang berbahaya apabila dikonsumsi, memiliki karakteristik rasa dan aroma dari varietas tertentu maupun tipe komersial, bebas pestisida, bebas jamur yang rumbuh pada kacang tersebut, bebas dari bau atau rasa yang tidak enak, bebas dari testa atau cairan ''shell,'' bebas dari anyir, dan berada dalam keadaan kering. Kualitas kacang mete dibagi ke dalam tiga bagian yaitu kelas ekstra, kelas I, dan kelas II. Kelas ekstra merupakan kualitas paling tinggi dari kacang mete dengan warna putih hingga ''pale ivory, pale ash-grey'' atau kuning terang. Kacang harus berada dalam keadaan utuh, tidak ada kacang yang layu, serta memiliki ukuran dan bentuk yang seragam. Kacang mete tersebut harus terbebas dari cacat, kecuali cacat yang sangat sedikit dan tidak mempengaruhi penampilan umum dari produk dan kualitas dari kacang mete. Kacang mete kelas I merupakan kacang mete dengan kualitas yang baik dan memiliki warna coklat terang, ''light ivory,'' kuning, ''light ash-grey'' atau ''deep ivory'' sebagai hasil dari pemanasan yang terlalu lama dalam proses pengolahannya. Kacang mete kelas II merupakan kelompok kacang mete yang tidak termasuk ke dalam klasifikasi dua kelas sebelumnya, tetapi tetap harus bebas dari insektisida dan pestisida. Warna dari kacang mete kelas II yaitu cokla tua, kuning, atau biru tua <ref name=":2" />.
 
Disamping standarsisasi tersebut, terdapat juga standarisasi kualitas kacang mete berdasarkan pada keseragaman, pengemasan, dan kontainer yang digunakan. Berdasarkan pada keseragamannya, isi setiap paket kacang mete harus seragam dan hanya berisi biji mete dengan asal, varietas dan / atau jenis komersial yang sama, serta kualitas dan ukuran yang sama. Berdasarkan pada pengemasannya, biji mete harus dikemas sedemikian rupa untuk melindungi produk dengan benar. Bahan-bahan yang digunakan di dalam kemasan tersebut harus bersih dan berkualitas baik, sehingga tidak akan menimbulkan kerusakan pada produk. Tinta dan lem yang digunakan dalam kemasan untuk bahan kemasan berupa kertas diharuskan tidak berasal dari bahan yang beracun <ref name=":2" />.
 
== Produk Sekunder yang Dihasilkan ==
Baris 43:
 
== Kajian Metabolomik ==
Kajian metabolomik yang dilakukan pada jambu mete yaitu menganalisis manfaat kandungan fiber dalam jambu mete yang mencegah kandungan lemak tinggi yang dapat memicu terjadi obesitas baik pada hewan maupun pada manusia. Analisis metabolomik ini tidak dilakukan secara langsung pada jambu mete, melainkan dilakukan analisis terhadap serum dan feses dari hewan dalam hal ini mencit untuk dianalisis kandungan komponen-komponen yang dapat memicu terjadinya diabetes setelah diberi perlakuan dengan diberi jambu mete untuk kurun waktu tertentu serta diamati perubahannya dengan menggunakan ''Nuclear Magnetic Resonance'' (NMR). Saat ini, belum banyak analisis metabolomik secara langsung terhadap kandungan dari jambu mete. Komponen dalam makanan merupakan merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan untuk mencegah terjadinya penyakit kronis. Komponen-komponen dalam makanan yang mengandung fiber dapat mencegah beberapa penyakit. Salah satu komponen yang kaya akan kandungan fiber adalah jambu mete yang banyak menjadi limbah dalam produksi biji mete. Oleh karena itu, dengan melakukan analisis metabolomik terhadap serum atau feses dari mencit yang telah mengkonsumsi fober dari jambu mete dapat meningkatkan produksi serta kualitas dari jambu mete selain bagian bijinya yang memang memiiliki kandungan nutrisi yang tinggi serta banyak dikonsumsi sebagai bahan makanan. Berdasarkan hasil NMR dengan menggunakan analisis PCA, serum dan feses dari mencit yang telah mengonsumsi fiber dari jambu mete untuk kurun waktu tertentu mengandung hiperglusemia, hyperinsulinemia, dan hipertrigliseridemia untuk mencegah proses inflamatori dan reduksi dari ''liver injury'' yang disebabkan oleh ''high fat diet'' (HFD). Disamping itu, mencit yang telah mengonsumsi fiber dari jambu mete tersebut mengalami perbaikan dalam metabolisme glikosa serta lipid. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa konsumsi kandungan ''fiber'' dari jambu mete dapat memberikan efek yang mencegah obesitas <ref name=":3">Calvalho, Diana Valesca., Silca, Lorena Mara., Filho, Elenilson., Santos Flavia. 2019. Cashew apple fiber prevents high fat diet-induced obesity in mice: an NMR metabolomic evaluation. ''The Royal Society of Chemistry.'' DOI: 10.1039/x0xx00000x</ref>.
 
Kajian metabolomik yang dapat dilakukan untuk penentuan kulaitas serta peningkatan produksi dari makanan yang dapat mencegah terjadinya obesitas dapat dilakukan dengan melakukan analisis khasiat dari kandungan fiber tersebut pada manusia. Disamping itu, berdasarkan analisis metabolomik, kandungan fiber yang diperoleh dari jambu mete dapat digunakan sebagai ''fingerprint'' untuk produksi kandungan serupa baik secara sintesis maupun dengan melakukan modifikasi dari kandungan lain <ref name=":3" />.
 
== Pemerian ==