Bahasa Sasak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HaEr48 (bicara | kontrib)
copyedit
Baris 19:
}}
 
'''Bahasa Sasak''' merupakan bahasa ibu yang dituturkan oleh [[suku Sasak]] yang menjadi etnis mayoritas di pulau [[Lombok]], [[Indonesia]]. Bahasa ini berkerabat dekat dengan [[bahasa Bali]] dan [[bahasa Sumbawa]] yang dituturkan di pulau-pulau sekitar Lombok. Ketiganya merupakan bagian dari [[rumpun bahasa Austronesia]]. Bahasa Sasak tidak memiliki status resmi; bahasadi nasional,Indonesia [[bahasa Indonesia]], adalah bahasa nasional yang digunakan oleh penutur bahasa Sasak dalam konteks formal dan literertertulis.
 
Beberapa dialek bahasa Sasak memiliki tingkat [[kesalingpahaman]] yang rendah. Bahasa Sasak mempunyai sistem [[Laras bahasa|tingkatan bahasa]], mirip dengan [[bahasa Jawa]] dan Bali. Setiap tingkatannya memiliki kosakata berbeda; penggunaannya ditentukan oleh status sosial relatif penutur terhadap lawan bicaranya, serupa dengan [[bahasa Jawa]] dan bahasa Bali.
 
Meski kini jarang ditemui dalam ragam tulisan, teks-teks tradisional bahasa Sasak yang ditulis dengan medium [[lontar]] terkadang dibacakan pada acara-acara adat tertentu. [[Aksara|Sistem aksara]] bahasa Sasak hampir mirip dengan [[aksara Bali]].
Baris 28:
 
[[Berkas:Sasak1.jpg|jmpl|Sebuah desa Sasak di [[Lombok]]]]
Bahasa Sasak dituturkan oleh sebagian besar [[suku Sasak|masyarakat Sasak]] di Pulau Lombok, [[Nusa Tenggara Barat]], Indonesia, yang diapitterletak olehdi antara [[Pulau Bali]] (di sebelah barat) dan [[Pulau Sumbawa]] (di sebelah timur). Penutur bahasa Sasak mencapai 2,7 juta jiwa pada tahun 2010, atau sekitar 85% dari penduduk Pulau Lombok.{{sfn|Austin|2012|p=231}} Bahasa Sasak digunakan dalam komunikasi intra-dalam keluarga dan perdesaan, tetapi bahasa ini tidak memiliki status resmi. Bahasa nasional, [[bahasa Indonesia]], digunakan sebagai bahasa pendidikan, pemerintahan, literatur, dan komunikasi antaretnis.{{sfn|Austin|2010|p=33}} Suku Sasak bukan satu-satunya etnis yang menempati Pulau Lombok; sekitar 300.000 [[suku Bali|orang Bali]] tinggal di tepi barat pulau dan di dekat [[Kota Mataram|Mataram]], ibukota provinsi Nusa Tenggara Barat.{{sfn|Austin|2010|p=32}} Di daerah perkotaan yang komposisi etnisnya lebih beragam, ada kecenderungan [[peralihan bahasa]] menuju bahasa Indonesia, umumnya dalam bentuk [[alih kode|alih]] dan [[campur kode]] alih-alihdan tidak penanggalansepenuhnya totalmeninggalkan bahasa Sasak.{{sfn|Austin|2010|p=33}}
 
== Klasifikasi dan bahasa-bahasa kerabat ==
[[Berkas:Sasak and related languages.svg|jmpl|350px|Bahasa Sasak dan hubungannya dengan bahasa-bahasa Melayu-Sumbawa lainnya, menurut Adelaar (2005)]]
 
Ahli [[Rumpun bahasa Austronesia|bahasa Austronesia]], [[K. Alexander Adelaar]], mengklasifikasikan bahasa Sasak sebagai bagian dari [[rumpun bahasa Melayu-Sumbawa|subkelompok Melayu-Sumbawa]] dari [[rumpun bahasa Melayu-Polinesia]] pada sebuah makalah yang terbit tahun 2005.{{sfn|Shibatani|2008|p=869}}{{sfn|Adelaar|2005|p=357}} Kerabat terdekat bahasa Sasak adalah [[bahasa Sumbawa]], kemudian [[bahasa Bali]]; ketiganya membentuk [[rumpun bahasa Bali–Sasak-Sumbawa]] (BSS).{{sfn|Shibatani|2008|p=869}} KelompokRumpun bahasa BSS, bersama rumpun [[rumpun bahasa Melayik|Melayik]] (termasuk [[bahasa Melayu]], [[bahasa Indonesia]] dan [[bahasa Minangkabau]]) serta [[rumpun bahasa Chamik|rumpun Chamik]] (termasuk [[bahasa Aceh]]) membentuk satu cabang tersendiri dari subkelompok Melayu-Sumbawa.{{sfn|Adelaar|2005|p=357}}{{sfn|Shibatani|2008|p=869}} Dua cabang utama lainnya adalah [[bahasa Sunda]] dan [[bahasa Madura|Madura]].{{sfn|Adelaar|2005|p=357}} Klasifikasi ini menempatkan [[bahasa Jawa]] di luar subkelompok Melayu-Sumbawa, membentuk cabangnya sendiri di dalam rumpun bahasa Melayu-Polinesia.{{sfn|Adelaar|2005|p=357}}
 
Akan tetapi, hipotesis Melayu-Sumbawa ditolak oleh [[Robert Blust|Blust]] (2010) dan Smith (2017), yang memasukkan rumpun BSS ke dalam subkelompok "Indonesia Barat", bersama bahasa Jawa, Madura, Sunda, [[bahasa Lampung|Lampung]], [[rumpun bahasa Barito|bahasa-bahasa Barito]] dan [[rumpun bahasa Kalimantan|bahasa-bahasa Borneo Utara Raya]].{{sfn|Blust|2010|p=81-82}}{{sfn|Smith|2017|p=443, 456}}
Baris 127:
|}
 
Delapan bunyi vokal dapat ditemui dalam bahasa Sasak,{{sfn|Seifart|2006|p=294}} kontraswalaupun satutidak samasemua laindialek denganmengkontraskan carakedelapan yangvolkal berbeda-beda tergantung dialekini.{{sfn|Seifart|2006|p=294}} Kedelapan bunyi ini direpresentasikan dengan ejaan Latin ''a, e, i, o'' dan ''u,'' terkadang juga digunakan huruf berdiakritik[[diakritik]] untuk membedakan bunyi-bunyi yang mirip.{{sfn|Seifart|2006|p=294}}{{sfn|Austin|2012|p=232}} Umumnya, ''e'' merujuk pada bunyi [[pepet|e pepet]], ''é'' untuk bunyi [[vokal takbulat setengah tertutup depan]], ''è'' untuk [[vokal takbulat setengah terbuka depan]], ''ó'' untuk [[vokal bulat setengah tertutup belakang]] dan ''ò'' untuk [[vokal bulat setengah terbuka belakang]].{{sfn|Austin|2012|p=232}}
 
{| class="wikitable" style="text-align: center;"
Baris 162:
 
=== Morfofonologi ===
Kata-kata dalam bahasa Sasak memiliki tekanan tunggal di sukukata[[suku kata]] terakhir.{{sfn|Austin|2004|p=4}} Bunyi /a/ dalam posisi akhir sebuah [[Akar (linguistik)|kata dasar]] secara fonetis diucapkan sebagai [ə] ([[pepet|vokal tengah madya]]) dengan [[suara kencang|pita suara kencang]]; contohnya, /baca/ ("membaca") diucapkan (dan dieja) sebagai ''bace'', namun ketika diberi imbuhan, bunyi vokal ini tidak berubah, semisal di dalam kata ''bacaan'', "bacaan" dan ''pembacaan'', "benda untuk membaca".{{sfn|Austin|2004|p=5}} Dalam [[kata majemuk|penggabungan kata]], jika elemen pertama berakhir dengan bunyi vokal, maka elemen tersebut akan ditambahi dengan bunyi penghubung sengau (/n/ di sebagian besar dialek, /ŋ/ di dialek tertentu). Contohnya, bila kata ''mate'' ("mata") dan ''bulu'' ("bulu") digabungkan, hasilnya adalah ''maten bulu'' ("bulu mata").{{sfn|Austin|2004|p=4}}
 
== Tata bahasa ==
Baris 172:
== Ragam ==
=== Dialek ===
Bahasa Sasak memiliki keragaman dialek, baik secara [[fonologi]], [[leksikon|kosakata]] maupun [[tata bahasa]].{{sfn|Austin|2010|p=33}} Umumnya, penutur jati bahasa Sasak mengidentifikasi setidaknya lima dialek, dinamai berdasarkan kata yang digunakan untuk merujuk pada "begitu" dan "begini": Kutó-Kuté (Sasak Utara), Nggetó-Nggeté (Sasak Timur Laut), Menó-Mené (Sasak Tengah), Ngenó-Ngené (Sasak Timur-Tengah, Sasak Barat-Tengah) dan Meriaq-Meriku (Sasak Selatan-Tengah).{{sfn|Austin|2012|p=231}}<ref name=e18>{{e18|sas}}</ref> Namun, menurut ahli bahasa [[Peter K. Austin]], klasifikasi tradisional ini tidak "sepenuhnya mecerminkan keragaman geografis yang ekstensif ... di dalam bahasa Sasak".{{efn|Kutipan asli: "''reflect fully the extensive geographical variation ... found within Sasak''"}}{{sfn|Austin|2012|p=231}} BeberapaSelain itu, beberapa dialek memiliki tingkat [[kesalingpahaman]] yang rendah.<ref name=e18/>
 
=== Tingkatan bahasa ===
Bahasa Sasak memiliki [[laras bahasa|tingkatan-tingkatan]] dengan perbedaan kosakata, yang penggunaannya terikat pada status sosial relatif penutur terhadap lawan bicara.{{sfn|Austin|2012|p=231}} Ini sistem yang serupa dengan yang ada di bahasa tetangganya yaitu bahasa Jawa dan Bali{{sfn|Austin|2010|p=33}}, ataumaupun [[bahasa Korea]].{{sfn|Goddard|2005|p=215}} Ada tiga tingkatan dalam bahasa Sasak untuk menandakan status pembicara (rendah, pertengahan, dan tinggi),{{sfn|Austin|2012|p=231}} ditambah satu dimensi merendah-menghormatihormat yang mencirikanmendandai hubungan antara pembicara dengan orang atau benda lain (yang bukan lawan bicara).{{sfn|Austin|2012|p=231-232}} Contohnya, kata ganti orang kedua dapat disebut sebagai ''kamu'' (tingkat rendah), ''side'' (pertengahan), ''pelinggih'' (tinggi) atau ''dekaji'' (menghormati).{{sfn|Austin|2010|p=34}} "Makan" dapat diterjemahkan sebagai ''mangan'' (rendah), ''bekelór'' (pertengahan), ''madaran'' (tinggi) atau ''majengan'' (menghormati).{{sfn|Austin|2010|p=34}}
 
Semua tingkatan, kecuali ragam paling rendah, disebut sebagai bahasa ''alus'' ("halus" atau "sopan") dalam bahasa Sasak.{{sfn|Austin|2010|p=33}} Ragam-ragam ''alus'' dipakai dalam konteks resmi dan kepada orang dengan status sosial yang lebih tinggi, terutama terhadap para ''mènak'' (kasta tinggi tradisional, yang mencakup sekitar delapan persen populasi suku Sasak).{{sfn|Austin|2010|p=33}} Sistem ini juga dapat ditemukan pada dialek-dialek bahasa Sasak secara umum. Meski untuk kosakata di tingkatan paling rendah ada banyak variasi dialektal, bentuk kosakata ''alus'' selalu konsisten di seluruh dialek.{{sfn|Austin|2010|p=34}} Menurut spesialis bahasa-bahasa Indonesia [[Bernd Nothofer]], sistem ini diadopsi dari bahasa Bali atau Jawa.{{sfn|Austin|2010|p=35}}
 
== Sastra ==
Orang Sasak memilki tradisi menulis dengan perantara [[lontar|daun lontar]] yang dikeringkan.{{sfn|Austin|2010|p=35}} Tradisi baca-tulis mungkin dikenalkan pada abad ke-14 oleh kemaharajaan Hindu-Buddha Jawa [[Majapahit]], yang pengaruhnya mencakup wilayahmencapai pulau Lombok.{{sfn|Austin|2010|p=31}} Naskah-naskah lontar tertua yang bertahan berasal dari abad ke-19; banyak di antaranya yang dikumpulkan oleh pemerintah Belanda dan disimpan di perpustakaan-perpustakaan [[Leiden]] atau [[Bali]].{{sfn|Austin|2010|p=35}} Selain itu, Museum Matarm di Lombok juga mengoleksi beberapa naskah, dan banyak juga individu atau keluarga yang menyimpannya sebagai [[pusaka]] untuk diwariskan lintas generasi.{{sfn|Austin|2010|p=35}}
 
Naskah-naskah lontar ini masih dibacakan dalam pementasan yang disebut ''pepaòsan''.{{sfn|Austin|2010|p=39}} Pembacaan naskah ini dilakukan dalam beberapa acara penting, termasuk pemakaman, pernikahan, dan [[khitanan]].{{sfn|Austin|2010|p=39}} Masyarakat Sasak di perdesaan membaca naskah lontar sebagai bagian dari ritual untuk memastikan kesuburan hewan ternak mereka.{{sfn|Austin|2010|p=39}} Peter K. Austin, dalam penggambarannya mengenai sebuah ''pepaòsan'' dalam acara khitanan pada tahun 2002,{{sfn|Austin|2010|p=42}} menyebutkan bahwa pementasan tersebut menggunakan salinan kertas dari naskah asli alih-alih daun lontar.{{sfn|Austin|2010|p=44}}
 
Lontar Lombok ditulis dalam bahasa Sasak, [[bahasa Kawi]] (ragambahasa literersastra berdasarkan bahasa Jawa Kuna) atau kombinasi keduanya.{{sfn|Austin|2010|p=36}} Naskah-naskah ini menggunakan aksara ''hanacaraka'', sebuah sistem penulisan yang hampir serupa dengan [[aksara Bali]].{{sfn|Austin|2010|p=36}} Huruf dasarnya terdiri dari sebuah konsonan ditambah bunyi vokal ''a''.{{sfn|Austin|2010|p=36}} Lima huruf pertamanya disebut ''ha'', ''na'', ''ca'', ''ra'' dan ''ka'', maka aksara ini dinamai demikian.{{sfn|Austin|2010|p=36}} Suku kata dengan bunyi vokal selain ''a'' dituliskan dengan menambahkan [[diakritik]] di atas, di bawah, atau di samping huruf dasar.{{sfn|Austin|2010|p=36}} Konsonan akhir dan gabungan konsonan juga bisa dituliskan dengan aksara ini.{{sfn|Austin|2010|p=36}}
 
== Referensi ==