Aria Wiraraja: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 20:
Namun penurunan pangkat dan pemindahan ini tidak menjadikan Wangsa Rajasa tercerai berai. Mantan Patih Raganatha merupakan penasehat utama yang mengamati keadaan di ibu kota, sedangkan Arya Wiraraja bertugas memantau perkembangan dari luar. Secara perlahan-lahan Arya Wiraraja membangun Kadipaten Sumenep menjadi sebuah pelabuhan dagang yang penting sehingga menimbulkan kemajuan besar bagi perekonomian daerah ini yang sangat tandus. Hubungan perdagangan yang besar ini menyebabkan Arya Wiraraja banyak mendapatkan hubungan dengan negeri asing seperti kekaisaran Mongol.
 
Dalam perkembangan selanjutnya Sri Kertanegara semakin bernafsu mengirim tentara ke luar Singhasari misalnya pada tahun 1275 mengirim "Ekspedisi Pamalayu" di mana pasukan Singhasari berusaha menundukkan kerajaan Melayu Dharmasraya dan kemudian menolak untuk mengakui kemaharajaan Mongol Tar TarTartar di tanah Jawa. Arah kebijakan luar negeri yang semakin ekspansif ini menyebabkan pertentangan politik intern Singhasari semakin memanas. Dua Wangsa yang selama ini bertentangan saling mempersiapkan kelemahan lawan. Menurut Prasasti Mula Malurung yang dikeluarkan oleh raja Wisnu wardhana (ayah raja Kertanegara), Jayakatwang sendiri merupakan keponakannya yang kemudian di jadikan menantunya yaitu dikawinkan dengan putrinya yang bernama Nararya Turuk Bali dan diberi wilayah di Wurawan. Setelah pemerintahan raja Kertanegara sendiri Jayakatwang yang merupakan adik ipar raja Kertangara diangkat menjadi raja bawahan yang berkuasa di Daha yang merupakan kerajaan bawahan Singhasari yang paling penting. Demikian juga putra dari Jayakatwang ini yang bernama Nararya Ardharaja dijadikan menantu.
 
Ketika kerajaan Singhasari masih dalam suasana pertentangan melawan kerajaan Mongol Tar TarTartar, pada tahun 1292 Masehi terjadi kudeta berdarah yang menewaskan raja Kertanegara tersebut. Ini adalah suatu "blank spot" dalam sejarah di mana tiba-tiba Raden Wijaya dari wangsa Rajasa melarikan diri ke madura dan menemui penasehatnya yaitu Arya Wiraraja di Sumenep. Menurut Babad Pararaton Arya Wiraraja mengetahui kalau [[Jayakatwang]] bupati Gelang-Gelang berniat memberontak, untuk membalas kekalahan leluhurnya, yaitu [[Kertajaya]] raja terakhir [[Kadiri]] yang digulingkan oleh [[Ken Arok]] pendiri [[Kerajaan Tumapel]] atau [[Singhasari]]. Wiraraja pun mengirim surat melalui putranya yang bernama '''Wirondaya''', yang berisi saran supaya [[Jayakatwang]] segera melaksanakan niatnya, karena saat itu sebagian besar tentara [[Singhasari]] sedang berada di luar [[Jawa]].
Tetapi dalam buku sejarah terbaru karangan Mansur Hidayat, dimungkinkan bahwa Jayakatwang yang merupakan orang terdekat raja Kertanegara merupakan "korban politik" dari lawan-lawannya yaitu Wangsa Rajasa yang kemudian gagal mengambil alih kerajaan dan kemudian memanfaatkan kedatangan pasukan asing Mongol Tar TarTartar menyerang tanah Jawa.<ref name=mhidayat>Mansur Hidayat, "Sejarah Lumajang: Melacak Ketokohan Arya Wiraraja dan Keemasan Lamajang Tigang Juru". Denpasar: Cakra Press, 2012.</ref>
 
== Persekutuan Aria Wiraraja dengan Raden Wijaya ==
Baris 37:
[[Raden Wijaya]] menjadi raja pertama [[Majapahit]] yang merdeka tahun 1293. Dari [[prasasti Kudadu]] (1294) diketahui jabatan Aria Wiraraja adalah sebagai ''pasangguhan'' dengan gelar '''Rakryan Mantri Arya Wiraraja Makapramuka'''. Pada [[prasasti Penanggungan]] (1296) nama Wiraraja sudah tidak lagi dijumpai.
 
"Prasasti Kudadu" menyebutkan bahwa ketika Raden Wijaya melarikan diri bersama 12 pengawal setianya ke Madura, Adipati Arya Wiraraja memberikan bantuan kemudian melakukan kesepakatan "pembagian tanah Jawa menjadi dua" yang sama besar yang kemudian di sebut "Perjanjian Sumenep". Setelah itu Adipati Arya Wiraraja memberi bantuan besar-besar kepada Raden Wijaya termasuk mengusahakan pengampunan politik terhadap Prabu Jayakatwang di Kediri dan pembukaan "hutan TerikTarik' menjadi sebuah desa bernama Majapahit. Dalam pembukaan desa Majapahit ini sungguh besar jasa Adipati Arya Wiraraja dan pasukan Madura. Raden wijaya sendiri datang di desa Majapahit setelah padi-padi sudah menguning.
 
Kira-kira 10 bulan setelah pendirian desa Majapahit ini, kemudian datanglah pasukan besar Mongol Tar TarTartar pimpinan Jendral Shih Pi (Shi-bi) yang mendarat di pelabuhan Tuban. Adipati Arya Wiraraja kemudian menasehati raden wijaya untuk mengirim utusan dan bekerja sama dengan pasukan besar ini dan menawarkan bantuan dengan iming-iming harta rampasan perang dan putri-putri Jawa yang cantik. Setelah dicapai kesepakatan maka diseranglah Prabu Jayakatwang di Kediri yang kemudian dapat ditaklukkan dalam waktu yang kurang dari sebulan. Setelah kekalahan Kediri, Jendral Shih Pi meminta janji putri-putri Jawa tersebut dan kemudian sekali lagi dengan kecerdikan Adipati Arya Wiraraja utusan Mongol dibawah pimpinan Jendral Kau Tsing (Gaoxing) menjemput para putri tersebut di desa Majapahit tanpa membawa senjata. Hal ini dikarenakan permintaan Arya Wiraraja dan Raden Wijaya untuk para penjemput putri Jawa tersebut agar meletakkan senjata dikarenakan permohonan para putri yang dijanjikan yang masih trauma dengan senjata dan peperangan yang sering kali terjadi. Setelah pasukan Mongol Tar TarTartar masuk desa Majapahit tanpa senjata, tiba-tiba gerbang desa ditutup dan pasukan Ronggolawe maupun Mpu Sora bertugas membantainya. Hal ini diikuti oleh pengusiran pasukan Mongol Tar TarTartar baik di pelabuhan Ujung Galuh (SurabyaSurabaya) maupun di Kediri oleh pasukan Madura dan laskar Majapahit. Dalam catatan sejarah, kekalahan pasukan Mongol Tar TarTartar ini merupakan kekalahan yang paling memalukan karena pasukan besar ini harus lari tercerai berai.
 
Setahun setelah pengusiran pasukan Mongol Tar TarTartar, menurut "Kidung Harsawijaya", sesuai dengan "Perjanjian Sumenep" tepatnya pada 10 NopemberNovember 1293 Masehi, Raden Wijaya diangkat menjadi raja Majapahit yang wilayahnya meliputi wilayah-wilaahwilayah Malang (bekas kerajaan Singosari), Pasuruan, dan wilayah-wilayah di bagian barat sedangkan di wilayah timur berdiri "kerajaan Lamajang Tigang Juru" yang dipimpin oleh Arya Wiraraja yang kemudian dalam dongeng rakyat Lumajang disebut sebagai "Prabu Menak Koncar I". Kerajaan Lamajang Tigang Juru ini sendiri menguasai wilayah seperti Madura, Lamajang, Patukangan atau Panarukan dan Blambangan. Dari pembagian bekas kerajaan Singosari ini kemudian kita mengenal adanya 2 budaya yang berbeda di Provinsi Jawa Timur, di mana bekas kerajaan Majapahit dikenal mempunyai budaya Mataraman, sedang bekas wilayah kerajaan Lamajang Tigang Juru dikenal dengan "budaya Pendalungan (campuran Jawa dan Madura)" yang berada di kawasan Tapal Kuda sekarang ini. Prabu Menak Koncar I (Arya Wiraraja) ini berkuasa dari tahun 1293- 1316 Masehi.
 
Dalam versi lain disebutkan pada tahun 1295 salah satu putra Wiraraja yang bernama [[Ranggalawe]] melakukan pemberontakan dan menemui kematiannya. Peristiwa itu membuat Wiraraja sakit hati dan mengundurkan diri dari jabatannya. Ia lalu menuntut janji [[Raden Wijaya]], yaitu setengah wilayah [[Majapahit]]. [[Raden Wijaya]] mengabulkannya. Wiraraja akhirnya mendapatkan [[Majapahit]] sebelah timur dengan ibu kota di [[Lumajang]].