Rumah Adat Joglo Situbondo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 14:
* '''Bagian Depan'''
 
Bagian depan dari rumah Joglo Situbondo biasa juga disebut dengan Pendopo<ref name=":0" />. Semua jenis rumah Joglo juga memiliki bagian ini. Bagian ini berupa ruangan lapang yang digunakan pemilik rumah sebagai tempat untuk menerima dan mengadakan perjamuan kepada tamu yang datang. Pendopo biasanya berbentuk ruangan terbuka yang merupakan simbol penyatuan dengan alam. Namun demikian, tidak sembarang orang diperkenankan melintasi masuk rumah melalui pendopo ini. Biasanya, akan ada jalan keluar dan masuk lain yang dipisahkan dari bagian pendopo rumah. Hal ini untuk menjaga kesakralan pendopo ini. Sekaligus pendopo ini dikhususkan untuk menghormati tamu penting yang hadir.
 
Selain itu, pendopo juga digunakan sebagai balai pertemuan baik keluarga, saudara, ataupun masyarakat. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan di Pendopo di antaranya berdiskusi, bermusyawarah, dan bermufakat mengenai berbagai macam hal topik pembicaraan, semisal acara adat dan hajatan yang akan diselenggarakan di desa. Selain itu, upacara adat, pagelaran kesenian dan hiburan biasanya juga seringkali dilaksanakan di pendopo.
Baris 26:
* '''1. Kamar Kanan'''
 
Jika kita masuk dari pintu masuk, maka kamar ini berada di posisi kanan. Ruangan ini bisa disebut dengan ''senthong tengen'' yang memiliki arti kamar kanan dalam bahasa Jawa. <ref name=":3" />Biasanya pada bagian ini terdapat dapur, pendaringan, dan gudang yang seringkali digunakan untuk menyimpan alat pertanian.
 
* '''2. Kamar Tengah'''
 
Seperti namanya, ruangan ini berada di bagian sentral bangunan jika disesuikan posisinya dari arah pintu masuk utama. Tak berbeda dengan kamar kanan, ruangan ini juga diberi nama dengan ''senthong tengah'' yang memiliki arti kamar tengah dalam bahasa Jawa.<ref name=":3" /> Bagi masyarakat setempat, keberadaan ruang tengah ini seringkali dianggap sebagian bagian yang sakral dalam sebuah rumah.
 
Di bagian ini pemiliki rumah biasanya menggunakannya sebagai kamar tidur, ataupun ruangan tidur. Hal ini masih mengacu pada kebudayaan dan kebiasaan masyarakat jaman dahulu yang dipengaruhi oleh ajaran Hindu dan Budha. Biasanya ruangan ini diterangi dengan lampu pada siang dan malam hari sehingga senantiasa terang. Sebagai tempat tidur, ruangan ini dilengkapi dengan kasur beserta bantal guling. Cermin besar dan sisir rambut yang terbuat dari tanduk tak lupa senantiasa berada di ruangan ini. Dari keunikan tadi membuat rumah adat Joglo Situbondo ini mempunyai ciri yang berbeda dengan rumah adat di provinsi lainnya.<ref name=":2" /> Tak lupa hiasan dan ukiran banyak diletakkan oleh pemilik rumah pada rumah bagian ini, dikarenakan ruangan ini berfungsi sebagai bagian pendidikan kerohanian bagi seluruh penghuni rumah.
 
* '''3. Kamar Kiri'''
 
Memasuki ruangan belakang dari pintu utama, maka kita akan menemukan ruangan ini pada bagian kiri rumah bagian belakang. Umumnya ruangan ini juga disebut sebagai ''senthong kiwo'' yang berarti kamar bagian kiri dalam bahasa Jawa.<ref name=":2" /> Pada bagian kamar kiri inilah biasanya terdapat ''dempilan'' yaitu kamar tidur untuk orang tua. Biasanya di bagian kamar kiri ini berhubungan dipergunakan untuk ruang untuk melakukan pekerjaan ataupun kerajinan.
 
== Filosofi Bangunan ==
Rumah adat Joglo Situbondo ini mengadopsi budaya Jawa dengan nuansa yang kental. Desain arsitektur bangunan rumah adat Joglo Situbondo ini dinilai unik dan memiliki banyak filosofi-filosofi pada bangunannya.<ref name=":3">{{Cite web|url=https://santaidamai.com/rumah-adat-jawa-timur/|title=Keunikan Rumah Adat Jawa Timur, Gambar dan keterangannya|last=N|first=Muhammad Luqman|date=2019-03-05|website=Santai Damai|language=en-US|access-date=2019-04-04}}</ref> Sehingga pada tiap bagiannya memiliki filosofi dan ''sanepa Jawa'' (perumpamaan). Hal ini mencerminkan kebudayaan Jawa masih dipegang teguh oleh masyarakat Jawa.
 
Nama joglo merupakan perlambang dari atapnya rumah adat ini. Atap dari bangunan ini berbentuk mengerucut ke atas yang menggambarkan bentuk gunung. Rangka atap dari bagunan ini cukup tinggi. Gunung dipercayai memiliki filosofi yang terkandung di dalamnya. Simbol gunung memiliki kedudukan tinggi dan sakral dalam kehidupan masyarakat Jawa. Hal ini dikarenakan gunung sangat diyakini sebagai tempat tinggal para dewa. Sehingga bentuk gunung dituangkan ke dalam simbol berupa atap rumah yang diberi nama Tajug. Atap joglo yang berupa tajug ini terdiri atas dua buah tajug yang disebut juga ''tajug loro'' yang memiliki arti dua tajug dalam bahasa Jawa. Lambat laun penyebutan ''tajug loro'' ini berubah menjadi ''joglo.''<ref name=":1" />