Gilda (perhimpunan): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 96:
 
==== Konsekuensi ekonomi ====
Konsekuensi-konsekuensi ekonomi dari keberadaan gilda-gilda telah menimbulkan sejumlah perdebatan sengit di kalangan sejarawan ekonomi. Di satu pihak, para ahli berpendapat bahwa karena gilda-gilda saudagar sudah bertahan melewati kurun waktu yang panjang maka sudah tentu gilda-gilda ini adalah lembaga-lembaga yang efisien (sebab lembaga-lembaga yang tidak efisien pasti akan bubar dengan sendirinya). Di lain pihak, ada pula yang mengatakan bahwa gilda-gilda ini bertahan bukan karena menguntungkan seluruh perekonomian melainkan karena menguntungkan para pemiliknya, yang berlindung di balik kekuatan politik. Ogilvie (2011) berpendapat bahwa mereka meregulasi kegiatan usaha bagi keuntungan diri mereka sendiri, di mana ada monopoli, distorsi pasar, harga-harga yang tetap, dan pembatasan masuk menjadi anggota gilda.<ref name=Ogilvie11/> Menurut Ogilvie (2008), kewajiban magang dalam waktu lama yang diberlakukan gilda-gilda tidaklah penting bagi seseorang untuk menjadi mahir, dan sikap konservatif mereka menurunkan tingkat inovasi serta membuat masyarakat menjadi lebih miskin.<!--Ia Shemengemukakan saysbahwa theirtujuan mainutama goalmereka wasadalah [[rentmenghasilkan seekingriba]], thatyakni is, to shift money tountuk themengalihkan membershipuang atkepada thepara expenseanggotanya ofdengan themengorbankan entirekeseluruhan economyperekonomian.<ref>{{cite journal |first=Sheilagh C. |last=Ogilvie |title=Rehabilitating the Guilds: A Reply |journal=Economic History Review |volume=61 |issue=1 |pages=175–182 |date=February 2008 |doi=10.1111/j.1468-0289.2007.00417.x |url=http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1468-0289.2007.00417.x/abstract}}</ref>
 
Dalam buku mereka (2008), Epstein dan Prak menyanggah kesimpulan Ogilvie.<ref>{{harvnb|Epstein|Prak|2008}}</ref> Epstein secara khusus berpendapat bahwa gilda-gilda lebih merupakan lembaga-lembaga berbagi biaya (''cost sharing'') daripada lembaga-lembaga pendulang uang sewariba.<!-- They located and matched masters and likely apprentices through monitored learning. Whereas the acquisition of craft skills required experience-based learning, he argues that this process necessitated many years in apprenticeship.<ref>{{cite journal |first=Stephan R. |last=Epstein |title=Craft Guilds, Apprenticeship, and Technological Change in Preindustrial Europe |journal=Journal of Economic History |volume=58 |issue= |pages=684–713 |date=September 1998 |doi=10.1017/S0022050700021124 |url=http://journals.cambridge.org/action/displayAbstract?fromPage=online&aid=4123564&fileId=S0022050700021124}}</ref>-->
 
Sejauh mana gilda-gilda mampu memonopoli pasar juga menjadi bahan perdebatan.<ref>{{cite journal |last=Richardson G. |title=A Tale of Two Theories: Monopolies and Craft Guilds in Medieval England and Modern Imagination |journal=Journal of the History of Economic Thought |volume=23 |issue=2 |pages=217–242 |date=June 2001 |doi=10.1080/10427710120049237 |url=http://journals.cambridge.org/action/displayAbstract?fromPage=online&aid=5798968&fileId=S105383720000688X}}</ref>