Aluk Todolo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 98:
Namun simbiosis mutualisme yang terjadi pada saat itu belum membawa perubahan berarti. Masyarakat Tana Toraja masih berpegang kuat pada adat istiadat dan kepercayaan Aluk Todolo. Apalagi, kehadiran Islam sebagai kekuatan politik kerajaan-kerajaan Bugis justru dipandang sebagai kekuatan agresor yang berusaha menguasai Tana Toraja. Hingga pada abad ke-19 ada satu bangsawan Toraja yang memilih masuk Islam yang bergelar Puang Sondong atau Puang Pitu.
 
Penyebaran Islam di Tator kemudian lebih banyak dilakukan lewat perkawinan. Sentuhan dakwah sangat jarang dilakukan. Minimnya dakwah dan trauma sejarah pada Kerajaan Bone, yang diasosiasikan sebagai wujud Islam agresif, dimanfaatkan betul oleh penjajah [[Belanda]]. Ketika menginjakkan kaki pada 1902, Belanda membawa serta kalangan misionaris dengan maksud melakukan [[kristenisasi]]. Sekolah-sekolah didirikan. Guru-guru sekolah didatangkan dari Sangihe Talaud dan Ambon. Pada mulanya, proses penjajahan dan Kristenisasi itu tak berjalan mulus. Masyarakat mengadakan perlawanan. Termasuk perlawanan bersenjata oleh Pong'tiku Tiku atau Ne'basoBaso, --pahlawan nasional asal Toraja, untuk mengusir Belanda dari Tana Toraja pada 1905 hingga 1907. Puncaknya, terjadi pembunuhan terhadap A.A. van de Loosdrecht, seorang misionaris Belanda pada 1917. Namun lewat kekuatan senjata, proses Kristenisasi itu akhirnya bisa berjalan lebih cepat. Perlawanan perlahan-lahan mulai surut. Sikap adaptif kalangan penginjil terhadap nilai-nilai Aluk Todolo memudahkan agama Kristen diterima masyarakat Toraja.
 
Begitulah gambaran hubungan yang dibina antara masyarakat Toraja yang masih menganut aluk todolo dengan agama lainnya yang masih bertahan hingga sekarang. Tongkonan menjadi lambang toleransi antar kepercayaan yang berbeda tersebut di dalam masyarakat Toraja.<ref>[http://arsip.gatra.com/2008-09-29/majalah/artikel.php?pil=23&id=119301 Gatra: Aluk Todolo Berdampingan dengan Islam dan Kristen]. 29 September 2008. Diakses 24 Maret 2019.</ref>