Jogja-NETPAC Asian Film Festival: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 17:
 
== Pendirian ==
[[Berkas:Garin Nugroho.jpg|[[Garin Nugroho]], salah seorang penggagas Jogja-NETPAC Asian Film Festival|thumbjmpl|rightka]]
 
Jogja-NETPAC Asian Film Festival pertama kali digelar pada 2006 atas inisiasi beberapa pembuat film, pelaku film, dan penikmat film di Indonesia, di antaranya [[Garin Nugroho]], [[Ifa Isfansyah|Ifa Ifansyah]], [[Budi Irawanto]], [[Yosep Anggi Noen|Yoseph Anggi Noen]], [[Ajish Dibyo]], [[Dyna Herlina]], dan [[Ismail Basbeth]]. Sebelum adanya JAFF, festival film internasional di Indonesia dianggap hanya berfokus pada film Amerika dan Eropa sehingga membuat sebagian besar para pembuat film berkiblat pada cara pembuatan bahkan pada ide cerita yang diangkat. Hal ini melahirkan kegelisahan di antara Garin dan rekan-rekan untuk membuat festival film internasional yang berfokus pada Asia. Solusinya memang mencari dukungan dari kurator atau tokoh yang dalam sejarahnya mampu menghidupkan film Asia dan mempunyai kedekatan dengan Indonesia. Garin mengontak Philiph Cheach merupakan konsultan dan salah satu kurator dari NETPAC, organisasi film dan budaya yang anggotanya berasal dari 30 negara, Garin sendiri sebelumnya sudah masuk menjadi anggota dari NETPAC. Hasil diskusi antara Garin, Philiph, dan beberapa komunitas di Yogyakarta menyepakati mengangkatkan festival bertajuk Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) dan NETPAC bersedia menjadi mitra untuk JAFF.<ref name=":0" />
Baris 23:
JAFF menjadi festival film internasional ketiga yang diadakan di Indonesia setelah Festival Film Internasional (JIFFEST) di Jakarta dan Festival Film Dokumenter (FFD) di Yogyakarta. JAFF berfokus pada perkembangan sinema di Asia dan memberi ruang bagi film-film alternatif. Selain itu, JAFF menjadi tempat bertemunya komunitas film dan pelaku sinema lainnya se-Asia. Penyelenggaraan pertama JAFF berlangsung pada 7–12 Agustus 2006, tak lama setelah bencana [[Gempa bumi Yogyakarta 2006|gempa bumi melanda wilayah Yogyakarta]] pada 27 Mei. Tema yang diusung JAFF adalah “Sinema di Tengah Krisis” (''Cinema in the Midst of Crisis''), yakni meyoroti bagaimana sinema berperan di tengah krisis akibat bencana alam dan sosial yang menyebabkan perubahan di tengah masyarakat. ''[[Kompas (surat kabar)|Kompas]]'' menyebut penyelenggaraan perdana JAFF menjadi usaha untuk menunjukkan pada dunia internasional bahwa masyarakat Yogyakarta tengah bangkit dan membangun kembali kotanya.<ref>{{Cite web|url=https://seleb.tempo.co/read/82107/pasar-baru-film|title=Pasar Baru Film|date=2006-08-17|website=Tempo|access-date=14 Maret 2019}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://nasional.kompas.com/read/2010/12/22/0422422/function.simplexml-load-file|title=Kesenian Gugur Gunung Tampil di JAFF|last=Media|first=Kompas Cyber|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=14 Maret 2019}}</ref>
 
Sejak berdiri, JAFF bekerja sama dengan NETPAC dan menggandeng negara-negara Asia. Festival ini dinilai telah menjadi salah satu festival film yang disorot oleh pegiat film. Dalam perkembangannya, JAFF menjadi bagian dari agenda rutin program pemerintah daerah setempat. Pemerintah Kota Yogyakarta awalnya menyediakan dana penyelenggaraan, walaupun dukungan dana dari pemerintah tidak terus-menerus ada pada setiap tahun pelaksanaannya.<ref name=":0" /> Selain itu, JAFF berdampak pada tumbuhnya geliat perfilman di Yogyakarta. Beberapa orang yang pernah menjadi anggota panitia JAFF kini dikenal sebagai pembuat film berskala nasional, di antaranya Ifa Isfansyah (''[[Pendekar Tongkat Emas]], [[Garuda di Dadaku]]'') dan Ismail Basbeth (''[[Talak 3]],'' ''[[Mencari Hilal]]'').<ref>{{Cite web|url=http://www.muvila.com/film/artikel/10-tahun-jogja-netpac-asian-film-festival-proses-menjadi-asia-1511260.html|title=10 Tahun Jogja-NETPAC Asian Film Festival: Proses 'Menjadi Asia'|website=muvila.com|access-date=24 Maret 2019}}</ref>
 
Sukses di tahun pertamanya, JAFF kembali diadakan pada 2007 dengan tema "Diaspora", yakni bagaimana sinema dapat memberi ruang pertemuan simbolik berbagai komunitas yang mengalami dislokasi sosial akibat proses perubahan. Penyelenggaraan kedua JAFF berlangsung pada 29 Juli–2 Agustus 2007. Pada 2008, JAFF diselenggarakan pada tanggal 9–13 Agustus 2008 di seputaran [[Taman Budaya Yogyakarta]]. Edisi ketiga ini, JAFF menyoroti perubahan dengan mengusung tema besar "Metamorfosa".<ref>{{Cite web|url=https://news.detik.com/kalender-kegiatan-news/d-980559/3rd-jogja-netpac-asian-film-festival-jaff|title=3rd Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF)|website=detiknews|access-date=14 Maret 2019}}</ref>
 
== 2009–2012 ==
Pada 2009, JAFF mengusung tema "Homeland", menyoroti perubahan-perubahan makna dan konsep Tanah Air. JAFF keempat ini diselenggarakan pada 4–8 Agustus 2009. JAFF melakukan pemutaran film di beberapa kampung seperti [[Omah Opak]], [[Badran, Kranggan, Temanggung|Badran]], dan [[Gendongan, Tingkir, Salatiga|Gendingan]]. Selain itu, ke beberapa sekolah dan institusi di Sekolah Alam, SD Pringgokusuman, dan [[Anak Wayang Indonesia]] (AWI) yang dikemas dalam program Screening for Children.<ref>{{Cite web|url=https://gudeg.net/read/4681/jogja-netpac-asian-film-festival-jaff-kembali-digelar.html|title=Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) Kembali Digelar|website=gudeg.net|language=id|access-date=19 Maret 2019}}</ref>
 
Pada 2010, JAFF diselenggarakan pada 26–30 Desember 2010. Edisi ini mengusung tema "Recovery", sebagai respons terhadap proses pemulihan dari bencana. Selama 2010 sendiri, Indonesia dilanda beberapa bencana besar yakni [[Letusan Merapi 2010|Letusan Gunung Merapi]], [[Banjir Wasior 2010|Banjir Wasior]], dan [[Gempa bumi Kepulauan Mentawai 2010|Tsunami Kepulauan Mentawai]]. Terdapar 38 film yang terdiri dari 21 film panjang dan 17 film pendek dari berbagai negara di kawasan Asia yang diputar. Pemutaran film dibagi ke dalam program "Asian Feature", "Light of Asia", dan "Special Screening".<ref>{{Cite web|url=https://www.antaranews.com/berita/239424/38-film-akan-diputar-di-jaff-2010-di-tby|title=38 Film akan Diputar di JAFF 2010 di TBY|last=antaranews.com|website=Antara News|access-date=19 Maret 2019}}</ref> Selain menonton film, JAFF mengajak pegiat film mengikuti kuliah umum bersama para pengamat, praktisi, serta akademisi yang berasal dari berbagai latar belakang.<ref>{{Cite web|url=https://lifestyle.kompas.com/read/2010/12/15/10282180/jaff.2010.angkat.optimisme.hidup|title=JAFF 2010 Angkat Optimisme Hidup|last=Media|first=Kompas Cyber|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=19 Maret 2019}}</ref>
 
Pada 2011, JAFF mengusung tema "Multitude", yang menggambarkan keberagaman dari berbagai aspek industri film di Asia. Selama lima hari penyelenggaraannya pada 13-17 Desember 2011, JAFF menyedot 4.125 penonton. Pada edisi ini, diadakan program khusus, yaitu mengenai peringatan 70 tahun perjalanan sinema di [[Kirgizstan|Kyrgyzstan]].<ref>{{Cite web|url=https://www.voaindonesia.com/a/yogyakarta-selenggarakan-jogja-asian-film-festival-ke-6-135696803/102166.html|title=Yogyakarta Gelar Jogja Asian Film Festival (JAFF) ke-6 Pekan Ini|website=VOA Indonesia|language=id|access-date=24 Maret 2019}}</ref>
Baris 37:
 
== 2013–2016 ==
[[Berkas:Ifa Isfansyah, Indonesia-Germany Institute, Yogyakarta 2018-02-14 01.jpg|[[Ifa Isfansyah]]|thumbjmpl|rightka]]
 
Pada 2013, JAFF berlangsung pada 29 November–7 Desember dengan tema "Altering Asia". JAFF yang biasanya diadakan tanpa memungut biaya, tahun ini menerapkan sistem donasi untuk mengukur apresiasi dari pengunjung.<ref>{{Cite web|url=https://www.beritasatu.com/hiburan/150326/membaca-keaslian-asia-melalui-jogjanetpac-asian-film-festival|title=Membaca Keaslian Asia Melalui Jogja-NETPAC Asian Film Festival|last=BeritaSatu.com|website=beritasatu.com|language=id|access-date=14 Maret 2019}}</ref> Pada pelaksanaan JAFF kali ini, diputar 90 film yang terdiri dari 37 film panjang dan 43 pendek. Selain itu, diputar pula 13 film panjang dan 12 film pendek yang ikut serta dalam kompetisi di JAFF 2013.<ref>{{Cite web|url=https://seleb.tempo.co/read/530112/jogja-netpac-asian-film-festival-2013-digelar|title=Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2013 Digelar|last=fathiyah|first=Alia|date=2013-11-16|website=Tempo|access-date=24 Maret 2019}}</ref> Program istimewa untuk JAFF 2013, yakni National Figure on Cinema yang menayangkan ''Sang Pencerah'', ''Sang Kyai'', ''Soegija'', dan ''Soekarno''. Program berikutnya bertajuk "Ngerjain (Film) Teman" yang melibatkan enam sutradara: Bambang Ipoenk KM, Ismail Basbeth, Paul Agusta, Bani Nasution, Jason Iskandar, dan Jeihan Anggga.<ref>{{Cite web|url=http://www.kabarindo.com/post/JAFF%20Ke8%20Siap%20Di%20Gelar%2029%20Nov07%20Desember%202013/4124|title=JAFF Ke-8; Siap Di Gelar 29 Nov-07 Desember 2013|last=graphie.id|website=Kabarindo|access-date=14 Maret 2019}}</ref> JAFF 2013 meraup penonton sebanyak 6.400 orang.<ref name=":0" />
 
Pada edisi 2014, JAFF mengusung tema "Re-Gazing at Asia" (Menatap Ulang Asia) yakni menyoroti peran penting para sutradara dan produser perempuan untuk membantu publik memandang-ulang Asia lewat sentuhan afeksi dan semangat kesetaraan. Dalam penyelenggaraan ke-9 ini, JAFF memulai program The Faces of Indonesian Cinema Today. Program ini menampilkan film-film panjang maupun pendek Indonesia terkini yang dianggap mewakili pencapaian perfilman Indonesia saat ini. Selain itu, tahun 2014 untuk pertama kalinya diselenggarakan Student Ward. Di sini para mahasiswa diundang untuk menyaksikan dan menilai suatu film. Penilaian ini nantinya akan mendapat penghargaan dari pihak penyelenggara.<ref name=":1">https://www.merdeka.com/gaya/jogja-netpac-asian-film-festival-gelar-pemutaran-film-film-asia.html</ref> Negara yang berpartisipasi pada 2014 sejumlah 18 negara. JAFF 2014 menyedot 8.543 penonton.<ref name=":0" />
 
Pada 2015, JAFF telah menyiapkan berbagai program seputar film dari negara-negara Asia, dengan mengambil tema "Becoming Asia". JAFF tahun ini berlangsung pada 1–6 Desember 2015 diikuti 23 negara di Asia. JAFF 2015 menyedot 10.058 penonton.<ref name=":0" />
Baris 59:
Pada 2017, JAFF mengkreasi kategori kompetisi baru, yakni JAFF Indonesian Screen Awards yang diperuntukkan bagi film-film Indonesia baik panjang maupun pendek.<ref>{{Cite web|url=http://flickmagazine.net/news/4661-deretan-para-pemenang-di-jogjanetpac-asian-film-festival-2017.html|title=Flick Magazine : Deretan Para Pemenang di Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2017|website=flickmagazine.net|access-date=24 Maret 2019}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://tirto.id/penggiat-film-indonesia-mendominasi-penghargaan-jaff-2017-cBnT|title=Penggiat Film Indonesia Mendominasi Penghargaan JAFF 2017|last=Putsanra|first=Dipna Videlia|website=tirto.id|language=id|access-date=24 Maret 2019}}</ref>
 
Adapun program non-kompetisi terdiri dari beberapa program. Asian in Focus yakni memilih film-film dari suatu negara di Asia yang memiliki pencapaian yang layak dicatat.<ref>{{Cite web|url=https://jaff-filmfest.org/blog/2017/11/10/dari-jogja-untuk-film-asia/|title=DARI JOGJA UNTUK FILM ASIA|last=jaff|date=2017-11-10|website=13th Jogja-NETPAC Asian Film Festival|language=en-US|access-date=24 Maret 2019}}</ref> Film dalam program ini dipilih atas dasar keberanian pembuat film menyentuh ranah yang berbeda, baik dalam konteks dan tema cerita yang dipilih maupun pilihan estetika. Indonesian Cinema yakni program pemutaran khusus film-film Indonesia sebagai ruang apreasiasi atas film-film Indonesia yang tidak mendapat jalur distribusi mainstream dan film-film Indonesia yang menjadi representasi tema penyelenggaraan JAFF. Asian Perspectives merupakan program non-kompetisi terhadap perkembangan sinema dunia.<ref name=":2" /> Selain itu, terdapat program Asian Docs yang merupakan program kolaborasi dengan [[Festival Film Dokumenter Yogyakarta|Festival Film Dokumenter (FFD)]].<ref>{{Cite web|url=https://berandajogja.com/jogja-netpac-asian-film-festival-ke-12-usung-tema-fluidity/|title=Jogja-NETPAC Asian Film Festival Ke-12 Usung Tema "Fluidity" {{!}} @BerandaJogja|language=en-US|access-date=24 Maret 2019}}</ref> Dalam tiap tahun edisinya, JAFF mememiliki beberapa program istimewa.<ref name=":0" />
 
Di luar itu, terdapat program pemutaran film [[Layar tancap|layar tancap]] bertajuk Open Air Cinema. Program ini hadir untuk mendekatkan film kepada para penonton yang memiliki akses terbatas ke bioskop konvensional, biasanya diselenggarakan sebelum festival dimulai. Pemutaran film dilakukan di lapangan atau lahan luas di desa-desa Yogyakarta.<ref>{{Cite web|url=https://jaff-filmfest.org/blog/2018/11/28/ribuan-penonton-hadiri-pemutaran-film-sultan-agung-di-studio-alam-gamplong/|title=Ribuan Penonton Hadiri Pemutaran Film ‘Sultan Agung’ di Studio Alam Gamplong|last=jaff|date=2018-11-28|website=13th Jogja-NETPAC Asian Film Festival|language=en-US|access-date=24 Maret 2019}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://jaff-filmfest.org/blog/2018/11/28/open-air-cinema-2018-hari-pertama/|title=Open Air Cinema 2018 Hari Pertama|last=jaff|date=2018-11-28|website=13th Jogja-NETPAC Asian Film Festival|language=en-US|access-date=24 Maret 2019}}</ref>
 
Selain pemutaran film, terdapat sesi diskusi yang mengundang pelaku film dari berbagai nagara dan para penggerak film Indonesia. Kegiatan ini bertajuk "Public Lecture". Bentuknya berupa seminar, diskusi, maupun peluncuran buku. Topik yang diangkat beragam mengikuti isu maupun permasalahan sinema secara global.<ref name=":0" />