Jogja-NETPAC Asian Film Festival: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 41:
Pada 2015, JAFF telah menyiapkan berbagai program seputar film dari negara-negara Asia, dengan mengambil tema (Be)Coming Asia. JAFF menyiapkan 159 film dari 23 negara Asia yang akan dipertontonkan pada 1-6 Desember mendatang. Bertempat di Taman Budaya Yogyakarta, JAFF kali ini dibuka dengan memutar dua film pilihan, yaitu film pendek Salesi dan film panjang Memories on Stones (Biraninem li Ser Keviri).
 
Pada edisi 2017, JAFF berkerja sama dengan Kineno International Children's Film Festival di Jepang untuk program Art for Children yang mengangkat film yang bisa dinikmati oleh anak dari usia satu tahun hingga dewasa. Selain itu, JAFF mengadakan program Respect Japan dan Shanghai International Film Festival. Bekerja sama dengan Japan Foundation, Respect Japan menayangan film Shoplifters, karya sutradara pemenang penghargaan di Cannes Film Festival, Hirokazu Kore-Eda dan Tokyo Story, film dari tahun 1953 karya Yasujiro Ozu. Sementara itu, Shanghai International Film Festival menyajikan sejumlah sinema dari China seperti ''The Road Not Taken'' dan ''Birds in Mire''.
Pada 2017, JAFF mengkreasi kategori baru, yakni JAFF Indonesian Screen Awards yang diperuntukkan bagi film-film Indonesia baik panjang maupun pendek.<ref>{{Cite web|url=http://flickmagazine.net/news/4661-deretan-para-pemenang-di-jogjanetpac-asian-film-festival-2017.html|title=Flick Magazine : Deretan Para Pemenang di Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2017|website=flickmagazine.net|access-date=2019-03-24}}</ref>
 
<br />
 
== Program ==
Baris 48 ⟶ 50:
Adapun program non-kompetisi terdiri dari beberapa program. "Asian in Focus" yakni memilih film-film dari suatu negara di Asia yang memiliki pencapaian yang layak dicatat. Film dalam program ini dipilih atas dasar keberanian para pembuat film menyentuh ranah yang berbeda, baik dalam konteks dan tema cerita yang dipilih ataupun pilihan estetika yang berani dan segar, berjejak pada kondisi sosial budaya yang beragam. "Indonesian Cinema" yakni program pemutaran khusus film-film Indonesia sebagai ruang apreasiasi atas film-film Indonesia yang tidak mendapat jalur distribusi mainstream dan film-film Indonesia yang menjadi representasi tema penyelenggaraan JAFF.
 
Program pemutaran film yakni Open Air Cinema. Program yang hadir untuk mendekatkan sinema ke masyarakat umum. Program ini lebih mudah diingat jika disebut dengan “layar tancap” pada umumnya masyarakat lebih mudah memahaminya menggunakan nama tersebut. Konsep kegiatan ini dilakukan di lapangan atau lahan luas dan panitia menyiapkan screen dengan ukuran cukup besar dan sound system yang mendukung. Sinema lahir sebagai pencitraan ulang atas kondisi masyarakat itu sendiri, sementara masyarakat membutuhkan hiburan dan pendidikan. Terselenggara di empat desa di Yogyakarta , yakni Griloyo, Nitiprayan, Banyusumilir, dan Sidoakur.
 
Selain pemutaran film, terdapat sesi diskusi yang mengundang pelaku film dari berbagai nagara dan para penggerak film Indonesia. JAFF melaksanakan kegiatan bertajuk "Public Lecture" untuk membagikan berbagai ilmu melalui seminar, diskusi maupun peluncuran buku tentang sinema dan berbagai permasalahan sinema secara umum lainnya. Tiap tahunnya JAFF menyelenggarakan "Public Lecture" dengan tema pembahasan yang beragam mengikuti isu maupun permasalahan sinema secara global. Untuk sejumlah kelas di program edukasinya, JAFF telah berhasil mendatangkan sineas ternama yang siap berbagi ilmu, seperti Reza Rahadian, Ernest Prakasa, Gunnar Nimpuno, Robin Moran, Buadi, Ian Wee dan Bertrand Dauphant.
 
Berbagai kegiatan dilakukan di luar kompetisi film. Tiap tahunya JAFF di hadiri oleh berbagai komunitas di Indonesia untuk hadir di berbagai program yang diberikan.
 
Asian Perspectives merupakan program non-kompetisi terhadap perkembangan sinema dunia.
 
Selain pemutaran dan apresiasi film, JAFF juga dimeriahkan kesenian lokal yang tampil pada pembukaan dan penutupan, forum diskusi tentang dunia sinema dengan para sineas dan komunitas film nusantaraNusantara, serta pertunjukan layar tancap di 4 desa di Yogyakarta.
Dalam tiap tahun edisinya, JAFF mememiliki beberapa program istimewa, seperti Focus on Chinese Cinema, Korean Cinema Splash, Japan Day, Open Air Cinema, serta penyelenggaraan perdana Asian Docs, kolaborasi JAFF dengan Festival Film Dokumenter (FFD) Yogyakarta. Pemutaran dilakukan di Taman Budaya Yogyakarta (TBY) dan bioskop Empire XXI.
 
Selain beberapa program utama, JAFF juga menghadirkan program tamabhan khusus koumintas film di Indonesia.
 
Pada 2017, JAFF menghadirkan JAFF-Indonesia Screen Award (JAFF-ISA) yang dikhususkan untuk film-film Indonesia terpilih
 
Selain pemutaran dan apresiasi film, JAFF juga dimeriahkan kesenian lokal yang tampil pada pembukaan dan penutupan, forum diskusi tentang dunia sinema dengan para sineas dan komunitas film nusantara, serta pertunjukan layar tancap di 4 desa di Yogyakarta.
 
JAFF menghadirkan sejumlah program spesial setiap tahunnya. Pada edisi 2017, JAFF berkerja sama dengan Kineno International Children's Film Festival di Jepang mengadakan program Art for Children yang mengangkat film yang bisa dinikmati oleh anak dari usia satu tahun hingga dewasa.
 
Berbagai kegiatan dilakukan di luar kompetisi film. Tiap tahunya JAFF di hadiridihadiri oleh berbagai komunitas di Indonesia untuk hadir di berbagai program yang diberikan.
Program Respect Japan, yang merupakan hasil kerjasama dengan Japan Foundation, menghadirkan film “Shoplifters” karya sutradara pemenang penghargaan di Cannes Film Festival, Hirokazu Kore-Eda dan “Tokyo Story,” film dari tahun 1953 karya Yasujiro Ozu. Selain itu, ada juga program Shanghai International Film Festival yang menyajikan sejumlah sinema dari China seperti “Birds in Mire” dan “The Road Not Taken.”
 
Pada 2017, JAFF mengkreasi kategori baru, yakni JAFF Indonesian Screen Awards yang diperuntukkan bagi film-film Indonesia baik panjang maupun pendek.<ref>{{Cite web|url=http://flickmagazine.net/news/4661-deretan-para-pemenang-di-jogjanetpac-asian-film-festival-2017.html|title=Flick Magazine : Deretan Para Pemenang di Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2017|website=flickmagazine.net|access-date=2019-03-24}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://tirto.id/penggiat-film-indonesia-mendominasi-penghargaan-jaff-2017-cBnT|title=Penggiat Film Indonesia Mendominasi Penghargaan JAFF 2017|last=Putsanra|first=Dipna Videlia|website=tirto.id|language=id|access-date=2019-03-24}}</ref>
Selain itu, program spesial lainnya adalah Layar Klasik, di mana penonton bisa menyaksikan kembali empat film lama yang punya nilai sejarah tinggi untuk sinema Asia dan sudah direstorasi, deretan film pendek pilihan di Return to the Salt Boy, Hukla in Motion yang merupakan interpretasi sinematik dari puisi-puisi Leon Agusta, Layar Komunitas dan Special Gala untuk film “Love is a Bird” dan “Daysleepers.”
 
Dalam tiap tahun edisinya, JAFF mememiliki beberapa program istimewa.
Untuk sejumlah kelas di program edukasinya, JAFF telah berhasil mendatangkan sineas ternama yang siap berbagi ilmu, seperti Reza Rahadian, Ernest Prakasa, Gunnar Nimpuno, Robin Moran, Buadi, Ian Wee dan Bertrand Dauphant.
 
Selain itu, program spesial lainnya adalah Layar Klasik, di mana penonton bisa menyaksikan kembali empat film lama yang punya nilai sejarah tinggi untuk sinema Asia dan sudah direstorasi, deretan film pendek pilihan di Return to the Salt Boy, Hukla in Motion yang merupakan interpretasi sinematik dari puisi-puisi Leon Agusta, Layar Komunitas dan Special Gala untuk film “Love is a Bird” dan “Daysleepers.”
Program yang menampilkan deretan film buatan para sutradara Indonesia. <ref>{{Cite web|url=https://tirto.id/penggiat-film-indonesia-mendominasi-penghargaan-jaff-2017-cBnT|title=Penggiat Film Indonesia Mendominasi Penghargaan JAFF 2017|last=Putsanra|first=Dipna Videlia|website=tirto.id|language=id|access-date=2019-03-24}}</ref>
 
== Pemenang ==