Stasiun Yogyakarta: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
k perbaikan ref
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
k clean up, replaced: prov = Daerah Istimewa Yogyakarta → prov = Yogyakarta using AWB
Baris 5:
| image = Stasiun Tugu 2017.jpg
| caption = Fasad bangunan depan Stasiun Yogyakarta, setelah menggunakan papan nama dan petunjuk alur penumpang versi terbaru tahun 2017
| prov = Daerah Istimewa Yogyakarta
| kota = Yogyakarta
| kecamatan kota = Gedongtengen
Baris 64:
| align = left
| direction = vertical
| background color =
 
<!--image 1-->
Baris 79:
Meskipun Stasiun Tugu yang diresmikan tahun [[1887]]<ref name="verslag">{{cite book|title=Verslag der Staatsspoor-en-Tramwegen in Nederlandsch-Indië 1921-1932|author=Staatsspoorwegen|publisher=Burgerlijke Openbare Werken|year=1921-1932|place=Batavia}}</ref> ini merupakan salah satu stasiun yang cukup tua, stasiun ini memiliki arsitektur yang unik. Gedung stasiun berada di tengah kedua sisi rel kereta api, sedangkan bangunan menghadap ke jalan poros Kota Yogyakarta. Arsitektur stasiun ini bergaya [[art deco]] yang sangat populer pada masa antara [[Perang Dunia I]] dan [[Perang Dunia II]]. Stasiun ini pernah menjadi tujuan akhir perjalanan [[kereta luar biasa]] [[Presiden Indonesia|Presiden Republik Indonesia]] pertama, [[Soekarno|Ir. Soekarno]], saat memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Yogyakarta. Kini stasiun tersebut ditetapkan sebagai [[cagar budaya]] oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.<ref>{{cite web|url=http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/siteregnas/public/objek/detailcb/PO2015121500017/Stasiun-Kereta-Api-Tugu-Yogyakarta|title=Stasiun Kereta Api Tugu Yogyakarta|publisher=Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya, Kemendikbud RI|accessdate=12 Agustus 2017}}</ref>
 
Stasiun ini merupakan contoh stasiun berperon pulau dengan dua kepemilikan, yaitu untuk sisi selatan milik [[Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij]] (NIS) dengan lebar sepur 1.435 &nbsp;mm, sedangkan yang sisi utaranya milik [[Staatsspoorwegen]] (SS) dengan lebar sepur 1067 &nbsp;mm. NIS dan SS saling berbagai tanah untuk jalur kereta api Jogja-Solo.<ref>[http://aabandema.blogspot.com/2014/08/gauge-di-indonesia.html Gauge di Indonesia]</ref>
 
Dahulu di stasiun ini terdapat dua percabangan jalur di sisi barat stasiun yang saat ini sudah dinonaktifkan semua. Jalur pertama ke utara menuju [[Magelang]] dan berakhir di [[Parakan, Temanggung|Parakan]]. Bekas jalur Jogja-Magelang ini dapat dilihat di beberapa tempat di Jalan Tentara Pelajar, [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]]. Jalur ini juga bercabang di [[Secang, Magelang|Secang]] menuju [[Museum Kereta Api Ambarawa]] melalui [[Tuntang, Semarang|Tuntang]] hingga berakhir di [[Stasiun Kedungjati|Kedungjati]] yang kini juga dinonaktifkan. Jalur yang kedua, ke arah selatan menuju [[Palbapang, Bantul, Bantul|Palbapang]] di [[Kabupaten Bantul]]. Bekas jalur ini juga masih terlihat di beberapa tempat, salah satunya adalah yang sekarang menjadi lapangan parkir di sisi barat laut [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat|Keraton Yogya]].
Baris 120:
** [[Stasiun Tegal|Tegal]] bersambung [[Stasiun Solo Balapan|Solo]]-'''Yogyakarta''' via [[Stasiun Semarang Tawang|Semarang]]
** [[Stasiun Solo Balapan|Solo]] bersambung [[Stasiun Semarang Tawang|Semarang]]
 
* [[Kereta api Mataram|Mataram]], tujuan [[Stasiun Pasar Senen|Jakarta]] (eksekutif-bisnis)