Wushu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Mengganti kategori yang dialihkan Artikel mengandung aksara Tionghoa menjadi Artikel mengandung aksara Han
OrophinBot (bicara | kontrib)
Baris 93:
Banyak cerita menarik yang mengawali berdirinya wushu berstandar internasional di Indonesia. Sebagai pendobrak tentu saja Manila harus menghadapi berbagai tantangan di tengah ketidakmengertian tentang seluk beluk [[olahraga]] ini. Kisah berdirinya wushu [[Indonesia]] dimulai ketika kontingen [[Malaysia]], [[Filipina]], dan [[Singapura]] begitu seenaknya menyabet medali emas di arena [[SEA Games]] 1991 [[Singapura]], Melihat kenyatan itu , Ketua umum [[KONI]] Pusat ketika itu, Surono merasa iri dan melihat bahwa cabang wushu memiliki prospek yang sangat cerah di [[Indonesia]]. Mengapa Indonesia tidak mampu berbuat seperti [[Negara]]-[[negara]] tesebut? Sebab di [[Indonesia]] ketika itu tidak ada badan resmi anggota [[KONI]] yang menangani atau mengurusi masalah Wushu, Bahkan [[Indonesia]] belum mengenal Wushu ketika itu.
 
Begitu [[SEA Games]] usai, sesuai dengan wewenangnya maka Ketua Umum [[KONI]] Pusat Surono meminta agar didirikan wushu yang benar di [[Indonesia]], yakni wushu yang memenuhi standar Internasional dan [[IGK Manila]] ditugaskan untuk itu. Secara perlahan tetapi pasti duet Manila dan Mediteransjah mengulurkan tangan ke daerah-daerah, mengajak semua pecinta wushu di [[Indonesia]] agar bahu-membahu membentuk organsasi wushu yang benar dengan mengikuti ketentuan [[International]]. Ibarat pepatah pucuk dicinta ulam pun tiba, ajakan itu mendapat sambutan hangat dari berbagai [[daerah]] [[Jawa Timur]], [[Jawa Tengah]], [[Jawa Barat]] dan terutama [[SumateraSumatra Utara]], dengan tangan terbuka menerima ajakan itu. Maka terbentuklah apa yang dinamakan [[Pengurus Besar Wushu Indonesia]] (PBWI) dan tanggal 10 November 1992 ditetapkan sebagai hari lahirnya PBWI tersebut.
 
Manila bertindak selaku Ketua Umum dan Mediteransjah selaku Sekretaris Jenderal dan mencatat aneka peristiwa baik yang manis maupun yang pahit, kenangan manis di antaranya adalah keberhasilan [[atlet]] wushu asal [[Medan]], Jainab yang meraih juara kedua alias peraih [[medali perak]] di Kejuaraan Dunia 1995 di [[Baltimore]], [[Amerika Serikat]]. Tentu saja itu merupakan prestasi yang luar biasa, karena ketika itu wushu berstandar internasional baru berkiprah 3 tahun di bumi Indonesia. Sejak saat itu perbendaharaan prestasi [[olahraga]] di Indonesia forum dunia bertambah menyusul cabang olahraga lainnya yang berumur jauh lebih tua seperti [[bulu tangkis]], [[panahan]], [[bridge]] dan lain-lain Pantaslah kalau ada orang yang bertanya-tanya ketika itu, apakah benar Jainab memang hebat.
 
Keberhasilan Jainab merebut medali perunggu di [[Asian Games Bangkok]] 1998 juga membuktikan bahwa potensi [[atlet]] asal [[Medan]] itu memang luar biasa, Mengapa hanya [[perunggu]]? Itu cukup membanggakan. Sebab juara dunia wushu hampir seluruhnya berasal dari negeri [[China]] dan tentu saja mereka juga berusaha membabat semua [[medali emas]] [[Asian Games]]. Tak pelak lagi bahwa itu semua karena kesuksesan atau keberhasilan pembinaan. Orang yang punya peran paling besar di balik semua itu adalah Supandi Kusuma. Ketua Umum Pengurus Daerah Wushu [[SumateraSumatra Utara]] yang sehari-hari melatih Jainab dengan tangannya sendiri.
 
Menjelang [[SEA Games XXI/2001]], Pengda Daerah Wushu [[SumateraSumatra Utara]] diberi kepercayaan menjadi pelaksana pusat latihan (training center) dan tentu saja Supandi Kusuma yang juga Ketua Pengurus Daerah menjadi kordinator pelatih sekaligus penanggung jawab latihan. Sejarah mencatat aneka peristiwa perjalanan panjang wushu berstandar internasional di Indonesia. Wushu di Indonesia tetap tegar, berdiri tegak seiring dengan tekad semua pihak yang terkait dan tentu saja orang-orang yang tetap setia menangani olahraga ini.
 
== Lihat pula ==